Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jimat Untuk Kaya

Emas 30 gram milik Ny. Nining melayang ke tangan penipu dengan cara menukarkan jam jimat kepada Nining yang konon dapat mendatangkan keberuntungan. Ternyata cuma jam murahan.(ina)

25 Mei 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WAJAH lelaki 60-an tahun itu begitu saleh. Nasihatnya, agar Nyonya Nining memperbanyak membaca beberapa surah Alquran seusai sembahyang, pun memberi kesan bahwa Pak Tua yang mengaku haji itu orang yang tahu agama. Ternyata, dengan cara begitu halus, "Pak Haji" membuat Nining secara sukarela memberikan kalungnya seberat 30 gram. Dan itulah memang tujuannya. Sore itu, medio April lalu, Nining - ibu lima anak - berada di terminal bis di Bandung untuk pulang ke Sumedang. Trayek Sumedang-Bandung sudah biasa ia tempuh setiap hari sejak 20 tahun lalu, sewaktu ia mulai berdagang beras. Tadinya, kata Nining, ia hendak naik bis. Mendadak ada mobil colt dengan penumpang hanya dua orang. Nining yang kepingin buru-buru sampai ke rumah segera naik. Penumpang itu, seorang "haji" dan seorang "guru", mencoba membuka percakapan. "Tapi saya nggak peduli," kata Nining. Lalu keduanya, yang memberi kesan seolah tak saling mengenal, bertegur sapa. Pak Tua mengatakan, ia dari Sumatera dan akan ke Semarang. Tapi di Jakarta semua barangnya ludes kena copet. Yang tertinggal hanya sebuah benda berharga, semacam jimat yang ia peroleh waktu mukim di Arab Saudi. Jimat itu berupa kotak kecil, berisi arloji warna kuning emas dan secarik kertas bertuliskan huruf Arab. Jimat itu, kata Pak Haji, bisa mendatangkan keberuntungan. Caranya: tiap sembahyang ditaruh di sajadah, dan pemiliknya membaca beberapa surat. Si lelaki yang mengaku guru tampak antusias sekali, dan menyatakan berani menukar jimat tadi dengan emas paling tidak 40 gram. Tapi, kata si haji, ia ingin menukar dengan emas yang ada dalam mobil itu. Nining akhirnya tertarik, dan menyerahkan kalungnya seberat 30 gram. Jimat segera dibawa pulang. Encang, suami Nining, malam itu jadi heran sekali: istrinya sembahyang lama sekali. Lagi pula, tak seperti biasanya, pintu dikunci dari dalam. Saat Nining membuka pintu, Encang kaget melihat sebuah benda di sajadah. Cerita punya cerita, akhirnya Nining sadar. Arloji yang ada dalam kotak, setelah diteliti, tenyata cuma jam murahan. "Seumur hidup saya tak bakal lupa wajah para penipu itu," ujar Nining dengan kesalnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus