Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ENTAH mengapa, bulan Agustus selalu dipilih- oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia di era Soeharto untuk mengirim orang ke Pulau Buru. ”Kontingen” pertama tiba di Pulau Buru pada Agustus 1969. Dalam rombongan ini ikut Pramoedya Ananta Toer, Hasyim Rachman, dan Tom Anwar (bekas pemimpin umum dan bekas pemimpin redaksi harian Bintang Timur, Jakarta), Oeyhaidjoen (mantan anggota MPRS), antara lain. Mereka menempati Unit I sampai Unit IV.
Wilayah Instalasi Rehabilitasi- (Inrehab) Pulau Buru meliputi se-pertiga luas pulau itu, tetapi boleh- dibilang wilayah paling strategis- karena lekukannya menghadap ke Teluk Kayeli, yang tepat berseberangan dengan Namlea, kini ibu kota Kabupaten Buru. Wilayah ini lazim disebut Lembah Wayapu, merujuk nama su-ngai yang bermuara ke Teluk Kayeli. Teluk ini dalam: sesekali ikan paus terdampar di pantai.
Lembah Wayapu—disebut juga Waeapo—meliputi puluhan desa dengan nama yang indah, antara lain Walgan, Jamilu, Marloso, Siahoni, Sanliong, Kubalaheng. Ada juga kampung bernama Wayidit, yang oleh para tahanan dulu diguraukan menjadi Way Aidit….
Inrehab Pulau Buru kemudian memberi nama unit-unitnya sesuai dengan ”selera kota”. Prakarsa- memi-lih nama itu sebagian ditentukan oleh para komandan unit, yang rata-rata berpangkat perwira pertama. Muncullah nama seperti Wanapura, Wanareja, Wanakencana, Bhirawa Wanajaya, bahkan Ronggolawe dan Trunojoyo, yang tak ada juntrungannya dengan sejarah dan kultur lokal.
Sampai sekarang tak terlalu jelas bagaimana Lembah Wayapu jatuh ke tangan Kejaksaan Agung. Ada cerita pemerintah ”membeli” tanah itu dari Raja Kayeli. Karena sang raja sudah wafat, konon tran-saksi dilakukan dengan janda beliau, yang dipanggil ”Ibu Raja”. ”Tapi kami seng tau Ibu Raja su jual ini tanah kepada pemerintah,” kata Manakati, Kepala Desa Badalale.
Pada hari-hari pertama di Unit XVI Indrakarya (komandannya yang pertama bernama Do’im Indrapraja!), misalnya, ada gesekan-gesekan kecil dengan penduduk. Ketika para tahanan menurunkan buah kelapa, Manakati datang menghunus tombak dan -parang. ”Ini kelapa beta!” ia menyergah. Setelah di-terangkan tanah itu sudah dijual Ibu Raja, ia lunglai. Akhrinya disepakati, ia tetap beroleh pembagian setiap tahanan memetik kelapa. Deal.
Di Lembah Wayapu itulah Kejaksaan Agung, melalui Instalasi Rehabilitasi Pulau Buru, ”menyemaikan” 21 unit, termasuk unit isolasi ”Ancol”, pindahan- dari Jiku Kecil, Namlea. Unit-unit itu ditandai de-ngan- nama Unit I sampai Unit XVIII, plus tiga Unit R-S-T, singkatan untuk Ronggolawe, Sawunggaling-, dan Trunojoyo. Satu unit kemudian dibubarkan, yakni- Unit IX Wanamulya, yang tanahnya dianggap tidak mulia, artinya tak bagus ditanami.
Setiap desa dihuni penduduk asli, sehingga tak bisa dihindari perbauran antara mereka dan para tahanan. Pada mulanya tak ada penduduk yang mau mendekat, karena sebelumnya mereka diwanti-wanti: rombongan yang bakal datang adalah para pembunuh, para penjahat tak alang- kepalang. Dalam sebentar me-reka tahu: mana emas mana loyang.
Penduduknya lugu, bahkan kalau men-coba menipu. Satu hari, misalnya, se-orang penduduk datang ke barak para tahanan, mengaku punya ular besar, untuk ditukar dengan sepasang pakaian. Setelah sepakat, ia menunjuk-kan ular yang masih melingkar bebas- di tengah belukar! Mereka punya kebiasaan menggunakan destar, ikat kepala, dan mengaku ”keturunan -Majapahit”.
Pada mulanya lembaga pengelola di bawah Kejaksaan Agung itu sempat bernama Tefaat Buru, yakni Tempat Pemanfaatan Pulau Buru. Barang-kali rezim Orde Lama malu sendiri dianggap sampai hati ”memanfaatkan” orang yang sudah tak berdaya, sehingga dipilihlah judul yang lebih ”manusiawi”, yakni Instalasi Rehabilitasi. Padahal hakikatnya tetap sama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo