Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Manusia Robot Pengurai Kerumunan

Mulanya Si Kopit berperan dalam pembuatan film sekolah, tapi ia mendapat peran baru untuk mengkampanyekan penerapan protokol kesehatan.

14 Agustus 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ninuk Gagan. TEMPO/Prima Mulia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG berkostum pakaian robot tiba-tiba beraksi di tengah kerumunan massa yang menghadiri peresmian Kampung Tangguh Nusantara di Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, pekan lalu. Ia mengangkat senjata api mainan, lalu mengarahkannya ke arah tetamu program pemerintah itu. Seratusan tamu dari pemerintah kota dan kecamatan sempat kaget melihat aksi robot ini. Tapi rasa kaget itu perlahan berubah jadi tawa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Robot memang sengaja dikerahkan untuk membubarkan kerumunan,” kata Ketua Rukun Warga 11 Kelurahan Cikutra Muchammad Ganjaran Sari, kemarin.

Di hadapan para tamu, Gagan Ninuk—sapaan Muchammad Ganjaran Sari—menjelaskan bahwa kedatangan robot ini memang bertujuan untuk membubarkan kerumunan. Ia juga menyindir kegiatan peresmian itu yang justru menyebabkan terjadinya kerumunan orang. Padahal ia sudah memfasilitasi masyarakat untuk menyaksikan peresmian tersebut secara daring.

Ia mengatakan manusia robot itu bernama Si Kopit. Gagan dan anak muda di RW 11 membuat Si Kopit sejak Februari lalu. Kostum robot ini terbuat dari bahan evamat, yang biasa dipakai untuk matras senam. Mulanya mereka membuat kostum itu sebagai properti film garapan Pribadi Bilingual School yang bermitra dengan warga Jalan Sekepanjang di Cikutra, kawasan tempat tinggal Gagan Ninuk.  

Setelah pembuatan film sekolah itu, Gagan merawat kostum Si Kopit untuk kepentingan karnaval perayaan hari kemerdekaan pada 17 Agustus tahun ini. Karena penularan Coronavirus Diseases 2019 (Covid-19) makin meluas, Si Kopit kemudian diberi peran baru. “Membubarkan warga yang berkerumun sesuai dengan aturan pemerintah,” ujar Gagan.

Pemakai kostum Si Kopit adalah seorang siswa kelas XI sekolah menengah atas, yang juga warga Cikutra. Ia sengaja dipilih karena postur tubuhnya seukuran dengan kostum Si Kopit. Kostum ini menutupi seluruh badan pemakainya, dari kepala hingga kaki.

Kostum ini juga dilengkapi tiga kipas angin kecil untuk mengurangi hawa panas yang dirasakan pemakainya serta lampu kecil di beberapa bagian. Lampu menyala saat malam. Si Kopit juga dilengkapi sel surya yang berfungsi sebagai pemasok listrik.

Gagan mengatakan Si Kopit mulai berperan membubarkan kerumunan orang sejak April lalu. Manusia robot ini berkeliling kampung hingga Pasar Cikutra untuk mencari orang berkerumun, lalu membubarkannya. Robot ini sekaligus mengkampanyekan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak fisik.

Awalnya, kata dia, penampilan Si Kopit yang nyentrik justru memicu kerumunan. Bahkan aksinya terkadang memancing masyarakat untuk berswafoto. Aksi Si Kopit juga sempat terhambat karena penentangan dari penghuni pasar kaget di Jalan Cikutra. “Awalnya berat karena mereka pada galak,” ucap Gagan.

Hambatan itu mereka atasi dengan mengubah strategi sosialisasi. Mereka memutuskan agar Si Kopit mendapat pengawalan dari Ketua Rukun Tetangga dan petugas perlindungan masyarakat saat mengkampanyekan protokol kesehatan. Strategi ini cukup jitu mengurai kerumunan orang.

Menurut Gagan, saat pemerintah mulai mewacanakan pemberian sanksi kepada pelanggar protokol kesehatan, mereka sigap meresponnya. Si Kopit dikerahkan untuk mengkampanyekan kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat itu. 

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung Rasdian Setiadi mengatakan upaya Gagan dan warga Cikutra sangat membantu pemerintah menegakkan disiplin terhadap protokol kesehatan. Ia mengatakan inovasi ini harus diapresiasi. “Barangkali bosan melihat petugas kesehatan, kalau robot menarik perhatian untuk menyampaikan pesan,” kata Rasdian.

Saat ini, frekuensi kampanye Si Kopit berkurang karena pemakai kostum robot ini mulai bersekolah dari rumah. Ia harus membagi waktu antara bersekolah dan berkampanye protokol kesehatan. Dulu, ia akan beraksi dari jam sembilan pagi hingga sore. Sekarang aksi Si Kopit akan terlihat saat libur sekolah maupun sore hari.

9

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
Âİ 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus