Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lolos Dari Maut

Mayjen kartidjo tertangkap batalyon mustapa yang pro merah. dibawa ke lereng g wilis, dihukum tembak, tapi selamat. berjalan kaki ke kediri. dua hari dua malam. pernah studi kemiliteran di as. (lk)

25 September 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA saat Madiun meletus, beberapa diplomat asing anggota Komisi Tiga Negara yang mengawasi perundingan Renville masih berada di Sarangan. Kapten Kartidjo dari Resimen 34 Kediri diperintahkan menyelamatkan mereka. Mengendarai mobil bersama Letda Harsono sebagai sopir, mereka dicegat oleh Batalyon Mustapa yang pro Merah. Bersama 12 tawanan lainnya (yang jumlahnya terus bertambah) mereka disekap. Di kamar lain tampak Letkol Marhadi, Letkol Wiyono dan Kapten Bismo, yang ditahan sejak Madiun meletus. Tanggal 28 September malam, ketiganya dibawa keluar. "Bagaimana nasibnya kemudian, saya tak tahu," ujar Kartidjo yang kini Mayjen pensiun, wakil Ketua MPR. Esok harinya rombongan Kartidjo dibawa ke Dungus dengan truk, menginap semalam di rumah penduduk. Paginya, 30 September, naik truk lagi ke arah Kresek di lereng gunung Wilis. Begitu Madiun jatuh, kaum komunis mengundurkan diri ke sana. Dan seperti biasanya, tak lupa mereka membawa serta para tawanan untuk kemudian dijagali. Esoknya lagi mereka dibawa lagi lebih ke atas, jalan kaki. Tiap tawanan dikawal seorang, lalu disimpan di rumah pegawai kehutanan. Tak lama kemudian satu-persatu diperintahkan keluar tangannya diikat ke belakang. Setelah itu digiring lagi jalan kaki, mendaki sekitar 1 1/2 kilometer. Iring-iringan tawanan bertambah, menjadi 30 orang dan hanya dikawal 5 orang saja. Mereka 'diistirahatkan' di rumah bobrok tanpa dinding. Haji Pagotan Paginya, 4 tawanan diperintahkan keluar. "Mereka sudah tua. Wajahnya kerut-merut," kata Kartidjo. Rupanya 4 penembak sudah siap di luar. Suara tembakan terdengar beruntun, 4 kakek-kakek itu roboh mandi darah. Giliran kedua, juga 4 orang. Kali ini Kartidjo seorang di antaranya. Dengan tenang ia berjalan membelakangi regu penembak, melangkahi mayat-mayat yang masih segar, darahnya masih bersemburan. Ia tak tahan. Tiba-tiba dilihatnya kali bertebing landai tepat di depannya. Dangkal, berbatu-batu tapi airnya deras. Belukar lebat tumbuh di tepi-tepinya. "Kalau saya diam saja, pasti mati tertembak, pikir saya ketika itu," kata Kartidjo. "Kalau terjun ke jurang, masih ada harapan hidup." Ia memang sudah memperhitungkannya. Begitu terdengar ledakan pertama, cepat-cepat ia menjatuhkan diri seolah-olah benar-benar tertembak. Tebing itu cukup dalam: 5 meter. Untung si penembak tidak curiga meski jaraknya cuma kira-kira 7 meter saja. Tembakan lain kemudian terdengar beruntun, hampir bersamaan dengan yang pertama. Tiga tubuh yang lain berjatuhan. 10 menit tak berani bergerak, suasana pun sunyi. Ia baru sadar, peluru penembak maut itu hanya mengenai kulit pipinya. Lecet sedikit. Ketika ia terjun ke jurang, untung, tidak terlalu cidera. Dan di antara 3 tubuh yang jatuh itu ternyata ada 1 yang masih hidup. "Ia haji dari Pagotan. Sekarang saya sudah lupa namanya." Kartidjo lalu menggigit ikatan tangan pak Haji. Setelah lepas, gantian pak Haji mengurai tali pengikat Kartidjo. Suara tembakan tak terdengar lagi. Aman. Keduanya lalu menyeberangi sungai, tiba di hutan jati. "Di hutan itulah kami berpisah. Lalu saya menuju Kediri. Jalan kaki, makan waktu 2 hari 2 malam," tuturnya. Adapun Letda Harsono, sopir Kartidjo, tak sempat meloloskan diri dan gugur. "Sebelumnya penjagaan memang ketat, sama sekali tak ada kemungkinan lolos," tambahnya. Sempat studi kemiliteran di AS, kini usianya 60 tahun. Bersama ke 6 anaknya, ia menghabiskan masa pensiun di rumahnya yang besar, jalan Jendral S. Parman Blok N-4, Slipi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus