Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

18 September 1948 - 1 Oktober 1965

Gerakan pki 18 september 1948 dan 1 oktober 1965 mengalami kegagalan. penyebabnya: rakyat tak mendukung mereka. itulah pelajaran yang paling penting bagi kita semua.

25 September 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAMA Perang Dunia II gerakan komunis internasional dikendalikan dengan Doktrin Dimitrov yang menggariskan: dalam menghadapi fasisme, kaum komunis harus membentuk front persatuan dengan kaum borjuis. Itu berarti, kekuatan-kekuatan yang melawan kekuasaan kaum borjuis, harus pula dihadapi oleh kaum komunis. Perjuangan Nasional rakyat Indonesia sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan kekuatan yang demikian itu. Karena itu tokoh-tokoh komunis Indonesia yang datang dari Negeri Belanda seperti Abdulmadjid, Maruto Darusman, dll tiba di Indonesia dalam rombongan NICA. Mereka masih dalam front persatuan dengan kaum borjuis. Jadi tidak apa-apa bekerjasama dengan pemerintah Belanda yang sedang menghadapi perjuangan rakyat Indonesia mempertahankan kemerdekaan. Dokumen Amir Setelah masuk lingkungan RI, mereka memelopori politik kompromistis terhadap kolonialisme Belanda yang menghasilkan Persetujuan Linggajati dan Renville -- yang sangat tidak populer di kalangan nasionalis karena jelas merugikan. Tetapi pada peralihan tahun 1947-1948, Doktrin Dimitrov ditinggalkan, diganti Doktrin Zhdanov-yang menggariskan: kaum komunis harus menerjunkan diri dalam gerakan pembebasan nasional dan berusaha merebut pimpinan. Dengan doktrin baru itu, kaum komunis serentak banting stir dan sekarang menentang kolonialisme, -- memihak gerakan pembebasan nasional. Di Indonesia, mereka sekonyong-konyong menyerang Persetujuan Renville, padahal arsiteknya mereka sendiri. Dan segera pula mengadakan persiapan-persiapan untuk "mengambil oper pimpinan". Rencananya termaktub dalam dokumen yang ditemukan di rumah Amir Syarifuddin. Dokumen itu menyebut dua tahap gerakan merebut pimpinan, yakni tahap parlementer dan tahap kekerasan. Perintah dari Moskow, yang waktu itu masih memegang pimpinan tunggal Gerakan Komunis Internasional, rupa-rupanya disampaikan lewat konperensi pemuda di Kalkuta (Pebruari 1948) yang kemudian segera dilaksanakan oleh pemimpin-pemimpin komunis setempat. Di Cina, Mao Tse-tung melancarkan ofensif terhadap Chiang Kai-shek yang dalam waktu kurang-lebih setahun berhasil menegakkan kekuasaan komunis. Di Filipina dilakukan oleh Luis Tarue dengan Hukbalahap-nya dan di Malaysia oleh Ching Pen. Di Indonesia, pimpinan komunis diperkuat dengan pengiriman seorang pemimpin kawakan dari Moskow, yakni Musso yang begitu datang segera mendandani barisan komunis di Indonesia, lengkap dengan doktrin Jalan baru bagi Republik Indonesia juga dikenal sebagai: Koreksi Besar Musso. Wild West Karena menilai kekuatan militernya cukup kuat (banyak satuan TNI adalah bekas laskar Pesindo/PKI), dalam waktu singkat mereka melaksanakan rencana. Tahap parlementer hanya sebentar saja dan segera beralih ke tahap kekerasan dengan menciptakan suasana Wild West di Solo. Karena terdesak ke luar kota dan sudah kepalang tanggung, mereka mencetuskan pemberontakan dari Madiun (18 September 1948). Pada puncak pemberontakan, PKI mempunyai lebih dari 20 batalyon. Pemerintah segera mengerahkan pasukan-pasukan untuk menumpas dengan kekuatan hanya 14 batalyon (tapi dengan mutu lebih tinggi). Dalam waktu 11 hari sejak bergerak, pasukan-pasukan Pemerintah memasuki Madiun dan kekuatan pemberontak cerai-berai. Pemberontakan PKI yang kedua, berlangsung dalam situasi yang agak berlainan. Strateginya juga meliputi dua tahap: tahap padementer dan tahap "jalan lain". Menjelang percobaan cukup tanggal 1 Oktober 1965, PKI telah melaksanakan"tahap parlementer" untuk waktu yang cukup lama. Buah dari kebijaksanaan yang dipimpin oleh D.N. Aidit dkk itu adalah posisi respektabilitas bagi PKI. Berlainan dengan tahun 1948 - ketika PKI mengambil postur underdog yang menghantam establishment -- tahun 1965 PKI sudah masuk dalam establishment dan sibuk dengan menyingkirkan underdog yang diberinya predikat kontra-revolusi. Dengan "aksi-aksi revolusioner" oleh mantel-organisasi serta organisasi lain yang dikuasainya, dengan taktik bloc within, mereka mengadakan aksi-aksi sefihak yang dipimpin BTI, aksi ganyang kabir (kapitalis birokrat) oleh SOBSI, aksi-aksi di bidang budaya oleh pelbagai organisasi seperti Lekra dan Papfias. Sokoguru strategi PKI sebagai "revolusi dari atas" (berlainan dengan Madiun, yang merupakan "revolusi dari bawah") adalah dukungan Presiden Sukarno. Justru sokoguru inilah yang membikin mereka panik ketika team dokter RRC menyatakan bahwa Presiden Sukarno sakit parah, bahwa jiwanya terancam atau setidak-tidaknya ada kemungkinan akan lumpuh. Ini terjadi awal bulan Agustus 1965. Analisa Suripto Dengan perkembangan situasi itu Aidit memutuskan segera beralih pada tahap kekerasan. "Dari pada didahului, lebih baik mendahului", demikian argumentasinya. Pusat perhatiannya adalah ABRI, khususnya TNI dan lebih khusus lagi TNI-AD. Dibanding dengan Madiun, pendukungnya dalam TNI kurang banyak, belum meliwati margin yang aman. Tetapi Presiden Sukarno masih ada. Mumpung masih ada, mereka harus bertindak, sehingga di kemudian hari tidak lagi memerlukan perlindungan Presiden. Sasaran utama adalah Pimpinan TNI-AD yang dikwalifikasi sebagai lawan. Kita telah mengetahui kesudahan Madiun maupun Lubang Buaya. Kedua-dua kalinya PKI gagal. Mereka salah-hitung mengenai kekuatan nasionalisme Indonesia yang berlandaskan Pancasila sebagai sistim nilai. Secara khusus, jelas bahwa basis kekuatan mereka ternyata sangat sempit, baik di kota-kota, apalagi di pedesaan. Benar analisa Suripno, salah seorang pemimpin PKI pada jaman Madiun (ketika ia dalam tahanan) bahwa PKI mengalami kekalahan karena rakyat tidak beserta mereka. Itulah pelajaran sejarah yang paling penting bagi kita semua.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus