Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pameran imersif karya Vincent van Gogh.
Disambut antusiasme pengunjung.
Menampilkan puluhan lukisan dari masa awal hingga akhir ia berkarya.
SUARA deru mesin kereta memecah ruangan itu. Pada layar di lantai terlihat rel yang kosong ditinggalkan kereta yang melaju. Suara deru perlahan terdengar menjauh. Sementara itu, di layar di dinding terlihat lahan pertanian perdesaan yang subur di kejauhan. Tak lama kemudian muncul kereta barang beruap yang melaju membelah tanah pertanian yang menghijau dan rumah-rumah di perdesaan. Lukisan di layar menjadi hidup, berubah kecokelatan kembali dengan langit biru agak menghitam selepas kereta melintas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Layar lalu berganti dengan raut-raut wajah dalam posisi menyamping. Ada pria plontos berewokan, pria berjaket dan berpenutup kepala, serta seraut wajah pria bermantel hitam dengan pipa cangklong di sudut bibirnya. Selepasnya, denting piano yang lembut mengantarkan pemandangan pagi hari nan cerah di layar. Mentari melimpahkan sinarnya di padang bunga matahari yang mekar menguning. Padang bunga menjelma menjadi lukisan bunga-bunga matahari yang rimbun, mekar dengan elok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Foto Vincent van Gogh saat berusia 19 tahun di pameran "Van Gogh Alive" di Mall Taman Anggrek, Jakarta, 3 Agustus 2023. Tempo/Hilman Fathurrahman W
Puluhan lukisan yang menghias layar-layar besar ini merupakan alih wahana digital yang sedang dipamerkan di lantai dasar Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat. Sejak 7 Juli lalu hingga 9 Oktober mendatang, pengunjung bisa menikmati lukisan digital pelukis dunia Vincent van Gogh. Bertajuk "Van Gogh Alive Jakarta", lukisan-lukisan sang pelukis disajikan secara imersif melalui pengalaman teknologi Sensory4. Sebagian lukisan "dihidupkan" sedemikian rupa, seperti burung-burung yang beterbangan, awan yang berarak, kereta yang melaju, dan kelopak bunga yang berguguran. Semua itu makin hidup dengan dukungan video berobyek alam dan musik klasik yang mengiringi.
•••
PAMERAN lukisan digital ini mempertontonkan puluhan karya Vincent van Gogh dengan pembagian kronologi waktu kekaryaan sang seniman. Ini tentu berbeda dengan pameran biasa. Pengunjung dalam kegelapan akan mengalami sensasi visual kala mengikuti biografi kecil perjalanan kekaryaan Van Gogh.
Sebagai pengantar, pengunjung diperkenalkan dengan profil pelukis bernama lengkap Vincent Willem van Gogh ini. Ia lahir pada 30 Maret 1853 di Zundert, sebuah kota kecil di daerah pertanian di selatan Belanda. Ayahnya seorang pendeta Protestan. Ia meninggalkan bangku sekolah pada 1869 saat berusia 16 tahun dan bekerja di Goupil et Cie, sebuah kantor dealer seni, bersama pamannya. Di tempat itu ia menjalankan bisnis seni, dari mengatur pameran, menjual karya seni, hingga menghasilkan karya seni. Ia sangat menyukai karya Jean-Francois Millet dan pelukis realisme lain dari sekolah seni Barbizon di Prancis.
Replika kamar dari salah satu lukisan Vincent van Gogh di pameran "Van Gogh Alive" di Mall Taman Anggrek, Jakarta, 6 Juli 2023. Tempo/Hilman Fathurrahman W
Setelah berhenti dari Goupil et Cie, Van Gogh pun mencoba menempuh sekolah teologi, tapi gagal, lalu banting setir ke jalur seni. Terinspirasi dari gerakan impresionisme dan pasca-impresionisme pada abad ke-19 yang sangat dipengaruhi oleh seniman Claude Monet, Camille Pissarro, Émile Henri Bernard, dan Paul Gauguin, Van Gogh seperti menemukan jalannya. Ia menjadi pelukis otodidaktif yang produktif di masanya. Dalam kurun waktu 10 tahun ia menghasilkan lebih dari 2.000 karya, yang terdiri atas 930 lukisan serta 1.100 gambar dan sketsa. Ia meninggal pada 1890 dan menjadi tokoh seni yang dikenal dan berpengaruh dalam seni Barat.
Selanjutnya, pengunjung bisa melihat sebuah instalasi yang menyerupai lukisan ruang kamar Van Gogh di sebuah rumah sakit yang disebut "Rumah Kuning" di Arles, sebuah kota di Prancis. Di sana, Van Gogh membuat tiga versi lukisan kamar tidur. Versi pertama dilukis di Rumah Kuning dan yang lain di rumah sakit jiwa di Saint Rémy. Dia juga membuat sketsa kamar tidurnya dengan tinta lalu dikirim kepada saudara laki-lakinya dan Paul Gauguin, pelukis Prancis. Sebuah karya instalasi bunga matahari plastik untuk menekankan suasana lukisan Van Gogh juga disuguhkan kepada pengunjung.
•••
BEGITU kita memasuki ruang gelap, dimulailah petualangan sensasi visual. Di ruang yang memanjang itu, tak kurang dari 37 layar berukuran 2-3 x 4 meter dipasang secara vertikal dan horizontal, bahkan dipasang di lantai. Proyektor direfleksikan ke layar-layar dan menampilkan lukisan digital sang seniman. Penyelenggara membagikan visual lukisan digital berdasarkan masa atau periode kekaryaan yang mengekspresikan pengalaman dan emosi pelukis Belanda tersebut.
Pengunjung berfoto dengan latar lukisan "Starry Night", di pameran visual "Van Gogh Alive", di Mall Taman Anggrek, Jakarta, 3 Agustus 2023. Tempo/Hilman Fathurrahman W
Dimulai dari periode lukisan "petani-petani Belanda", lewat lukisan-lukisan virtual skala besar pengunjung dapat menyaksikan betapa Van Gogh di masa ini banyak memproduksi lukisan bergaya gelap yang kontras dengan gaya di tahun-tahun selanjutnya. Beberapa gambar petani, ladang, dan sketsa lingkungan sekelilingnya diperlihatkan, seperti lukisan sepasang sepatu kumal.
Lalu pengunjung seperti memasuki lorong biografi Van Gogh, memasuki periode Paris. Di sini ditampilkan di layar-layar lukisan-lukisan Van Gogh ketika ia terinspirasi impresionisme. Di sinilah ia mulai mengembangkan karyanya dalam gaya yang membuatnya terkenal. Lukisan dengan warna cerah dengan obyek buah-buahan, bunga, dan taman. Selanjutnya, kita memasuki periode Arles, ketika Van Gogh berada di Prancis selatan. Di sinilah ia menjalani masa yang paling bahagia tapi perlahan menunjukkan penurunan kondisi kesehatan dan menderita penyakit mental. Kemudian, episode Saint Rémy, tempat Van Gogh dengan sukarela menjalani perawatan mental dan menghasilkan karya yang merefleksikan ketersiksaannya dalam krisis.
Pengunjung melihat instalasi kebun bunga matahari di pameran "Van Gogh Alive" di Mall Taman Anggrek, Jakarta, 3 Agustus 2023. Tempo/Hilman Fathurrahman W
Setelah itu, pengunjung dibawa masuk ke periode Auvers-sur-Oise yang mencerminkan perasaan hampa dari karya-karya terakhirnya. Gejolak emosional sang pelukis terlihat di sini. Dipertontonkan pula lukisan potret diri yang ia lukis sepanjang ia berkarya, yang memperlihatkan ekspresi, emosi dalam terang-gelap, dan goresan kuas yang kuat. Kita menyaksikan serangkaian potret diri Van Gogh sembari merefleksikan kehidupan dan kesakitannya yang termasuk mencekam. Dalam keterangan di layar tertulis keterangan tentang lukisan pemandangan ruang terbuka di Desa Auvers-sur-Oise. “Lukisan ini menggambarkan kekosongan yang dirasakan oleh Van Gogh saat itu dan menangkap wawasan tentang keadaan pikiran sang seniman di saat-saat terakhir hidupnya.”
Lukisan bungan matahari karya Vincent Van Gogh di pameran Van Gogh Alive di Mall Taman Anggrek, Jakarta, 6 Juli 2023. Antara/Hafidz Mubarak A
Di setiap peralihan periode kekaryaan diberikan keterangan di layar dan kutipan-kutipan atau ekspresi Van Gogh yang cukup menyentuh. Di antaranya kalimat, "The way to know life is to love many things". Terdapat pula kutipan saat ia berjuang dengan kondisi dirinya yang didera penyakit mental. “The emotions are sometimes so strong that I work without knowing it. The strokes come, like speech”.
Pengunjung menyaksikan pameran multisensori karya seni Vincent Van Gogh di Mall Taman Anggrek, Jakarta, 6 Juli 2023. Antara/Hafidz Mubarak A
Pengunjung bisa bebas lesehan menghadap ke berbagai layar, bahkan bisa berfoto sebentar di layar yang digelar di lantai. Puluhan lukisan bisa secara utuh ditonton dalam waktu hampir 45 menit. Pada proyeksi lukisan-lukisan kondang, seperti De sterrennacht (Malam berbintang) dan Tournesols (Bunga Matahari), menjadi proyeksi yang disukai penonton. Mereka yang menonton rata-rata mengangkat gawai guna memvideokan dan memotret diri di hadapan layar.
Pengunjung menyaksikan pameran multisensori karya seni Vincent Van Gogh di Mall Taman Anggrek, Jakarta, 6 Juli 2023. Tempo/Hilman Fathurrahman W
Penyelenggara pameran menggunakan teknologi Sensory4 yang dikembangkan Grande Experience. Teknologi ini menggabungkan grafis gerak multi-saluran dengan suara sekeliling seperti di bioskop pada 40 proyektor. Teknologi ini dikenalkan pada 2011 di museum seni di Singapura pada penampilan "Van Gogh Alive". Selanjutnya, teknologi ini dibawa berkeliling ke lebih dari 85 kota dan ditonton jutaan orang. Pengunjung bisa merasakan pengalaman audio-visual dengan detail dalam tampilan imersif. Salah satu contohnya adalah lukisan yang memperlihatkan bilur-bilur mulai pecahnya cat pada kanvas.
Pengunjung berfoto dengan latar berbagai lukisan portrait Vincent van Gogh, di pameran visual "Van Gogh Alive", di Mall Taman Anggrek, Jakarta, 3 Agustus 2023. Tempo/Hilman Fathurrahman W
Antusiasme pengunjung melihat lukisan van Gogh versi digital cukup besar sejak pameran imersif ini diumumkan di media sosial, meski harga tiketnya cukup mahal. Penyelenggara membuka pemesanan tiket lebih awal secara daring. Kekacauan sempat terjadi pada hari pertama pameran. Pengunjung membeludak hingga malam ketika mereka menukarkan tiket yang dipesan dan membeli tiket langsung di venue. Di media sosial, mereka mengeluhkan pengelolaan tiket dan alur pengunjung di dalam ruangan karena penuh dan tidak bisa menikmati tampilan dengan maksimal.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Sensasi 37 Layar Van Gogh"