UNJUK rasa untuk mendongkel kepala desa juga terjadi di Desa Kedunglegok, Purbalingga, Jawa Tengah. Sekitar 500 penduduk berpawai keliling desa sembari meneriakkan yel-yel "copot kepala desa, copot kepala desa". Ada apa, sih? "Ia doyan mengganggu istri orang," kata seorang warga. Sulitnya, perbuatan tercela tersebut tak mudah dibuktikan. Namun, pertengahan Juli lalu, Suprayitno Abadi, sang kades, kena batunya. Malam itu, Nyonya Rasini kedatangan Mad Satin, yang mengaku diutus Kepala Desa. "Saya diminta Mad Satin datang ke rumahnya karena Pak Lurah ingin bertemu," kata Nyonya Rasini. Semula, ibu satu anak ini menolak karena merasa tak ada urusan dengan Suprayitno. Tapi, setelah berunding dengan Dakiman, suaminya, ia pun berangkat. Begitu Nyonya Rasini sampai di rumah Mad Satin, Pak Kades sudah menunggu. Wanita berkulit kuning itu langsung didorong ke kamar. Lalu dengan beringas pakaiannya dilucuti satu per satu. Rasini, yang mulutnya disumpal, tak berdaya menghadapi kedurjanaan. Syukurlah. Pada detik-detik terakhir, mendadak Dakiman muncul. Ia menyusul sang istri, karena anaknya menangis. Namun, waktu Dakiman menjebol pintu, Satin segera menghajarnya hingga tunggang-langgang . Dakiman kabur untuk minta bantuan tetangga. Malam itu juga rumah Mad Satin diserbu. "Tapi, Pak Lurah sudah lari, yang tinggal hanya istri saya," cerita Dakiman. Itulah sebabnya esoknya, 500 penduduk berbaris menuntut Suprayitno yang jadi kades sejak tahun 1985 itu dipecat. Tuntutan itu dijawab Soekirmn, Bupati Purbalingga, dengan menskors Suprayitno. Beliau dinilai mencemarkan citra kepala desa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini