PEMENTASAN tarian Bedoyo Jumenengan di Purwodiningratan, Yogya karta, awal Juli lalu, berakhir dengan sebuah misteri. Salah seorang penarinya, yang memerankan Sultan Hamengku Buwono X, mendadak pingsan seusai memperagakan kebolehannya. Setelah dirawat ia siuman, tapi lima menit kemudian roboh lagi. Tak lama kemudian kembali sadar, eh kok tiba-tiba terus ambruk lagi. "Saya pingsan tiga kali berturut-turut. Tubuh saya gemetar," kata Susiani, 21 tahun, menceritakan pengalamannya. Ia yakin penyebabnya bukan faktor kecapekan. "Ada sesuatu yang membuat saya takut," ujar Susi. "Sewaktu menari, saya seolah-olah diajak wanita cantik sekali. Saya pikir, itu penjelmaan Kanjeng Ratu Kidul," tambah mahasiswi Jurusan Tari, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu. Apa pasal? Kabarnya, sebelum tampil di depan publik, ada sejumlah persyaratan yang perlu dipenuhi seorang penari--khususnya yang mencoba menampilkan Bedoyo Jumenengan. Misalnya, berziarah ke makam Sultan Agung di Imogiri dan Kanjeng Panembahan Senopati di Kotagede. Susi sendiri sudah membereskan syarat itu. Hanya saja, ketika itulah, Susi mengaku melihat sejumlah putri cantik. Selain itu, ia seperti mendengar wisik, agar berpuasa tujuh hari sebelum naik pentas. Salah seorang rekannya malah ada yang mendapat "petunjuk" bahwa Kanjeng Ratu Kidul akan hadir. Ketika tarian Bedoyo Jumenengan yang diciptakan khusus untuk menyambutsultan baru - itu digelar, sambutan penonton, di antaranya Sri Sultan Hamengku Buwono X, luar biasa. "Semua menari dengan sempurna," kata Sumono, pelatih tari. Yang menarik, kendati Sri Sultan datang sendiri, panitia tetap menyediakan dua buah kursi. Adakah yang satu untuk Ratu Kidul? Entahlah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini