Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mafia Narkotik Kolombia: Escobar Digebuk Tumbuh Cali

Cartel medellin dilumpuhkan, pimpinannya, pablo emilio escobar gaviria menyerah. muncul mafia nar- kotik lain, cartel cali. mafia kolombia yang lebih suka menggunakan jalur hukum.

20 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cartel Medellin, yang berdagang narkotik secara koboi, main tembak, digantikan Cartel Cali yang lebih elegan. Inilah mafia narkotik Kolombia yang lebih menggunakan otak dan jalur hukum daripada kekerasan. Pengusaha Kolombia mencemaskan di hari depan sebagian industri dan perbankan, bahkan kekuasaan, di negeri ini di tangan anak turun mereka. Warisan Kekuasaan Khmer Merah: Kebutaan Orang-orang Kamboja di Amerika banyak yang jadi buta. Bukan karena penyakit atau kelainan biologis. Mereka menderita kejutan psikologi ketika dlpaksa menyaksikan keluarga atau handai tolan disiksa sampai mati di hadapan mereka. Duet Narkotik: Si Gendut dan Pemain Catur Cartel Medellin digebuk, Escobar menyerah, tapi di kota lain, tumbuh jaringan penyelundup narkotik yang lebih elegan. Mereka bekerja lebih dengan otak, dan mengelola bisnisnya dengan manajemen modern. MEMBERANTAS jaringan narkotik, seperti membunuh gurita. "Kamu tak mungkin menghancurkan organisasi itu bila tak memotong kepalanya," kata seorang agen Kesatuan Pemberantasan Obat Bius Amerika. Bila tangannya yang dipotong, gurita itu akan pulih kembali, akan beroperasi lagi. Ini hanya soal waktu. Jadi, akan lumpuhkah jaringan terkenal di Kolombia, Amerika Selatan, yang bernama Cartel Medellin karena bos besarnya, Pablo Emilio Escobar Gaviria, kini dikurung di sebuah penjara terpencil di sebuah bukit? Mungkin, teori si agen Pemberantasan Obat Bius itu benar. Belum sebulan Escobar dikurung, ada pernyataan dari para pembantunya, kesatuan serdadu Cartel Medellin dibubarkan. Tapi, di dalam Kesatuan Pemberantasan Obat Bius itu sendiri, ada silang pendapat. Tom Cash, Ketua Kesatuan yang berpos di Miami, Florida, Amerika, sangsi bahwa Cartel Medellin habis sudah. Ia menduga, bisa saja Escobar sudah menyiapkan penggantinya sebelum menyerah, dan tetap saja organisasi penyelundup narkotik itu terus jalan. Sesungguhnya, di luar dua teori spekulatif itu, ada yang sudah pasti. Di Kolombia, negeri 32 juta penduduk dengan jurang kaya-miskin demikian dalam, tak hanya ada satu gurita. Di Cali, kota ketiga terbesar, sekitar 300 km di barat daya Bogota, juga lebih kurang 300 km dari Medellin, sebuah gurita lain siap mengambil alih jalur-jalur perdagangan narkotik milik Escobar. Dari sudut penampilannya, menurut majalah Time, gurita yang satu ini lebih sulit dibuntuti, lebih susah ditindak. Kata Elaine Shannon, wartawan Time yang menulis tentang Cartel Cali ini, yang banyak memperoleh informasi dari Kesatuan Pemberantasan Narkotik, gurita yang lain ini lebih luwes, cermat, cerdas, dan sabar. Dibandingkan dengan Medellin, Cartel Cali memang kurang merakyat. Pablo Escobar, di kalangan rakyat miskin di Medellin, disebut sebagai Robin Hood. Ia membangun perumahan untuk si miskin, ia menyediakan makan siang buat anak-anak sekolah, ia memberi beasiswa bagi 10.000 murid dan mahasiswa tidak mampu. Sedangkan, para bos Cartel Cali lebih suka bergerak di kalangan atas. Konon, Cartel ini lebih suka memberi upeti kepada para hakim, hadiah bagi para kepala polisi, dan dana buat para politisi. Kata orang DEA (Drug Enforcement Administration), Kesatuan Pemberantasan Obat Bius Amerika itu, mereka tak takut pengadilan karena yakin pasti bisa keluar dengan mulus. Pada 1977, misalnya, salah satu dari dua bos besarnya, Jose Santacruz Londono, ditahan di New York karena memiliki senjata api. Ketika polisi memperoleh informasi lebih jauh siapa dia, bos yang dijuluki sebagai Don Chepe itu sudah bebas dengan membayar uang jaminan. Bos besar satunya lagi, Gilberto Rodriguez Orejuela, pada 1984, ditangkap di Spanyol atas permintaan DEA. Sialnya bagi DEA, Pemain Catur -- itulah julukannya -- ini tak dikirim ke Amerika Serikat, tapi ke Kolombia. Tak sulit diduga, ini juga karena upaya jaringannya guna menyelamatkan bosnya. Pengadilan di kandang sendiri, 1986, seperti sudah sering terjadi, seolah hanya sandiwara. Rodriguez dibebaskan, dinyatakan tak bersalah, meski saksi-saksi, termasuk kesaksian dari wakil DEA yang langsung dikirim dari Amerika Serikat, membuktikan keterlibatannya dalam perdagangan narkotik. Cartel Medellin memang bergerak cara koboi: main tembak. Cartel Cali lebih suka menyelesaikan masalah di pengadilan, dengan hakim dan jaksa yang sudah diatur. "Orang-orang Cali hanya membunuh bila sangat diperlukan," kata kepala DEA New York. "Mereka lebih suka berurusan dengan pengadilan." Selera orang Cali memang lain. Si Pemain Catur itu, misalnya, membenci football Amerika, yang dari pakaiannya, dengan helm dan pelindung kaki, sudah mencerminkan dibolehkannya main keras. Ia lebih suka sepak bola. Lebih dari itu, ia suka puisi. Rodriguez bisa menyitir bait-bait sajak penyair Kolombia Rafael Maya. "Tak seorangpun tahu rahasia duka tersembunyi ini/Yang bagaikan lembah, makin terasa dalamnya ketika gelap/Serasa pula bagaikan senja di musim yangberjalan lambat." Itu diucapkannya ketika ia diwawancarai John Moody, wartawan Time. Anatomi Cartel Cali Dari Lembah Cauca yang kumuh, seorang pemuda bercita-cita jadi insinyur. Tak jelas adakah ia menyelesaikan kuliahnya atau tidak, tapi pemuda itu muncul sebagai pemborong konstruksi. Jose Santacruz Londono, kini 47 tahun, akhirnya dikenal sebagai Don Chepe. Di pinggir Kota Cali, yang dikelilingi perkebunan tebu, sebuah istana marmar berdiri dengan megah. Itulah salah satu istana Don Chepe, yang oleh Kesatuan Pemberantas Obat Bius Amerika dituduh menjadi salahsatu bos besar Cartel Cali. Ia mengotaki pembelian, pengolahan, dan penyelundupan narkotik dari Kolombia ke Eropa dan Amerika. Riwayat hidupnya tak banyak diketahui. Di tempat lain, masih di Cali, di kawasan perumahan modern, Ciudad Jardin namanya, tinggal bos besar satunya lagi, Gilberto Rodrigue Orejuela, 52 tahun. Inilah menteri keuangan Cartel Cali. Ia dijuluki sang Pemain Catur karena menjalankan bisnisnya -- baik yang legal maupun yang ilegal -- dengan perhitungan yang dingin. Ia berangkat dari karyawan di sebuah rumah obat di siang hari dan sebagai penculik di malam hari. Kini, ia mengendalikan satu jaringan perusahaan besar. Dari jaringan pabrik farmasi, gedung perkantoran dan apartemen, bank, pemancar radio, agen penjualan mobil. Tim sepak bola Cali pun berada di bawah manajemennya. Adiknya, Miguel Angel Rodriguez, sebaya dengan Don Chepe, dikenal sebagai manajer eksekutif dari jaringan perusahaan itu. Keluarga ini dikenal sebagai salah satu keluarga milyuner di Kolombia. Anak-anak mereka sekolah di Amerika atau Eropa. Orang Kolombia menyamakan mereka dengan anak-anak Kennedy atau Rockefeller. Enam dari tujuh anak Gilberto Rodriguez sudah bekerja. Satu masih kuliah. Tapi polisi agen-agen DEA melihat mereka sebagai penjahat narkotik yang berotak dingin, kesalahannya lebih sulit dibuktikan daripada jaringan mafia Italia di Amerika. Dan ketika pemerintah Kolombia memerangi Cartel Medellin habis-habisan sejak pertengahan 1989, Cartel Cali siap menyerobot jalur-jalurnya, dan kini diduga sudah menggantikan peran Medellin: jadi jaringan penyelundup narkotik terbesar dari Amerika Latin ke Eropa dan Amerika. Sekitar 70% narkotik yang masuk ke Amerika dan 90% yang masuk Eropa berasal dari kerajaan hitam yang dikendalikan secara duet oleh Santacruz dan Rodriguez ini. Konon, Cartel Cali mengatur bisnis gelap narkotik mereka bagaikan mengatur sebuah perusahaan konglomerat modern. Semuanya diatur rapi dan di depan bisnis gelap selalu ada perusahaan resmi. Selain di Amerika, bank-bank perwakilan mereka tersebar di semua negara Eropa Barat plus Hungaria dan Israel. Menurut DEA, kini Cartel Cali sedang mencoba berhubungan dengan yakuza, mafia Jepang. Orang-orang Escobar, dibandingkan dengan Cartel Cali, tampak lebih suka menggunakan otot daripada otak. Orang-orang Medellin membawa narkotik dengan kapal-kapal berkecepatan tinggi, atau pesawat-pesawat dengan bahan bakar cadangan. Lalu mereka main kejar-kejaran dengan polisi. Orang Cali lebih suka lambat asal selamat. Narkotik diselundupkan di peti-peti kemas barang ekspor-impor yang legal. Pihak bea cukai Amerika, konon, hanya mampu memeriksa teliti 3% dari 9 juta ton kontainer yang masuk tiap tahunnya. Inilah salah satu jawaban, mengapa masih saja di jalanan New York dijajakan narkotik, padahal penyelundupan sudah sering terbongkar di pelabuhan. Cartel Cali memang seolah punya sekelompok pemikir yang selalu mencari cara baru mengirimkan narkotik bila satu cara diketahui polisi. Dan cara-cara mereka, menurut penilaian Kesatuan Pemberantasan Obat Bius Amerika, kreatif dan autentik. Pada 1979, seorang agen pengedar tertangkap oleh DEA. Di sakunya ada kartu nama pedagang kayu dari Baltimore, Maryland, AS. Diintiplah perusahaan kayu ini. Orang-orang DEA hanya melihat kayu-kayu impor dari Amerika Latin berwujud papan-papan, yang tengahnya berlubang, atas dan bawah ditutup dengan sambungan yang amat halus. Informasi masuk tentang narkotik yang diselundupkan bersama kayu. Tapi, sampai lama, tak ditemukan apa pun di antara tumpukan kayu. Baru pada 1988, suatu kebetulan terjadi. Ada informasi sampai pada DEA bahwa kayu dari Brasil akan dibongkar di pelabuhan Tarpon Springs Florida. Informasi ini sebenarnya sama juga dengan yang sudah-sudah. Tapi sebagai petugas agen-agen DEA tak lalu mengabaikannya. Dalam pemeriksaan, sejumlah papan dibor. Tak ditemukan apa pun. Lalu, secara kebetulan sekali, seorang karyawan bea cukai melihat seorang buruh bongkar muatan menjatuhkan papan kayu dengan agak gugup. Iseng-iseng, ia melapor kepada orang DEA. Papan pun dibor, bubuk putih mengalir keluar. Peristiwa itu menjadi salah satu pembongkaran penyelundupan terbesar dalam sejarah penyelundupan narkotik Amerika. Lebih dari 3.200 kg narkotik disita. Tapi, untuk mengumpulkan bubuk maut sebanyak itu sungguh memerlukan kesabaran. Dari 9.000 papan kayu yang diturunkan di pelabuhan itu, hanya 700 yang berisikan narkotik. Pada tahun itu juga, pihak bea cukai Amerika, lewat mesin deteksi, memergoki kotak-kotak timah yang ditanam dalam kemasan cokelat. Tak salah lagi, kotak-kotak timah berisi narkotik. Beberapa waktu kemudian kotak-kotak timah itu menghilang. Kemudian, setelah lama, ada yang iseng membongkar kemasan cokelat. Ternyata, kotak timah sudah diganti dengan kotak plastik tebal, yang tak tertangkap oleh alat deteksi yang hanya mencari benda logam itu. Bayangkan, sudah berapa kotak plastik yang lolos. Cara lain lagi, menanam kotak-kotak narkotik ke dalam alkali. Logam alkali, seperti diketahui, bisa bikin gatal di kulit, merusak mata dan paru-paru. Tak seorang karyawan bea cukai atau agen DEA pun yang bersedia konyol dengan memeriksa ada apa di bawah lapisan alkali yang diimpor. Tapi, pada 1989, masuk informasi bahwa di dalam alkali impor yang akan sampai di New York ada narkotik. Dengan mengenakan pakaian pelindung dan masker khusus, pagawai bea cukai memeriksa logam berbahaya itu. Dan memang benar, di dalam alkali padat itu ditemukan kotak-kotak berisi bubuk putih yang mahal itu. Dan ditemukan narkotik lebih banyak daripada yang diselundupkan lewat kayu: dari 252 drum alkali, dibongkar sekitar 5.000 kg narkotik. Dan sebagaimana juga dalam manajemen perusahaan modern, orang-orang Cali pun dituntut menegakkan disiplin dengan keras. Di sini hukuman pelanggar disiplin bukan hanya dipecat, tapi nyawa. Agen-agen Cali yang tersebar di Eropa dan Amerika, semuanya hidup dengan standar yang sudah diatur. Mereka harus punya usaha legal, sebagai kedok. Gaya hidup yang eksklusif harus dijauhkan. Dilarang mengenakan pakaian yang khas selera mereka, juga dilarang memiliki mobil sport. Mobil mereka harus yang mobil empat pintu. Tidak boleh jadi peminum, dan dilarang keras mengadakan pesta-pesta meriah. Dan, ini yang membedakannya dengan perusahaan biasa: tak ada kata "kegagalan", tak ada kata "ampun", tak ada kata "kesempatan kedua". Taruhannya bukan hanya nyawa mereka sendiri, tapi sanak famili mereka yang ada di Kolombia. Bahkan, kerugian yang tak berarti yang mereka buat, ibaratnya meski hanya sedolar, akan dipotongkan dari honorarium mereka, yang disimpan di bank di Kolombia. Dari para pembelinya pun, Cartel Cali pun menentukan kriteria yang harus dipatuhi. Cartel Medellin konon mau berdagang dengan siapa saja. Santacruz Londono yang dijuluki si Gendut dan si Pemain Catur sangat pilih-pilih pembeli dalam menjual barang haram mereka. Pembeli harus mereka kenal baik-baik, diketahui apa dan siapanya. Soal pembayaran, malah boleh belakangan, setelah dagangan laku. Hanya saja, siapa berani menipu orang-orang Cali? Para pembeli mesti juga menaruh jaminan di Kolom- bia, dan itu bukan berwujud uang tapi manusia. Dan bukan sembarang manusia tapi sanak-saudara. Transaksi berlangsung cepat dan sederhana. Mereka berjanji bertemu di sebuah sudut jalan atau di tempat parkir mobil. Perundingan biasanya hanya berlangsung dua menit. Setelah sepakat, mereka -- pembeli dan agen Cali di New York atau di Paris, umpamanya -- akan bertemu untuk kedua kalinya. Yakni setelah dagangan diterima dan diedarkan. Pertemuan kedua ini untuk pembayarannya. Tak sesederhana yang terlihat, di balik pertemuan dua menit itu, ada penjagaan sangat ketat. Apakah mereka dibuntuti? Apakah percakapan telepon mereka disadap? Dan setelah kesepakatam jual-beli tercapai, segera saja sopir-sopir mobil yang tetap bersiaga di dalam mobil menghubungi Kolombia, melaporkan segalanya. Tentu, menurut informasi DEA, para agen sudah punya kode-kode tertentu -- negosiasi gagal atau sukses -- hingga sebelum mereka kembali ke mobil pun sopir-sopir mereka yang juga kaki-tangan cartel sudah mafhum. Peraturan sangat keras. Tak ada kata main-main di sini. Begitu diketahui sebuah telepon mobil sudah dilacak polisi, harus segera dilepaskan dan ganti yang baru. Dan bila telepon kantor yang ketahuan disadap, bukan hanya teleponnya, tapi seluruh bangunan yang sudah disewa itu harus ditinggalkan secepat mungkin. Kalau perlu, segalanya ditinggalkan saja. Tapi yang terakhir itu memang jarang terjadi. Untuk menghindarkan sadapan, orang-orang Cali tiap dua hari sekali ganti nomor telepon. Mereka tahu, formalnya polisi memerlukan empat bahkan lima hari untuk memperoleh perintah penyadapan dari kejaksaan. Tapi secepat-cepatnya ganti nomor, satu-dua kali tersadap juga nomor mereka. Pernah suatu kali agen DEA mencium jejak telepon di sebuah apartemen di Manhattan, New York, dipakai sebagai perantara transaksi. Langsung apartemen digerebek. Yang didapati hanyalah sejumlah bubuk putih, uang kontan sejumlah US$ 1,5 juta, dua peti senjata, dan sebuah buku pembukuan. Tak seorang pun ada di situ. Dan bila para agen meneruskan penggerebekan di alamat yang tercantum dalam buku pembukuan, yang didapati sama saja: tak sebatang hidung pun tinggal. "Sering, bila kami menggerebek mereka, ternyata mereka sudah ada di pesawat menuju Kolombia," tutur Andrew Maloney, jaksa di New York City. Dalam operasinya, semua yang terlibat mesti punya identitas yang sah. Dari STNK mobil sampai SIM resmi. Polisi New York pernah menemukan formulir-formulir surat kendaraan asli tapi palsu. Ternyata, seorang karyawan di kantor urusan kendaraan disuap oleh komplotan penyelundup dari Kolombia ini US$ 100 per formulir. Yang erat kaitannya dengan perdagangan narkotik adalah bagaimana kemudian memutihkan uang panas itu. Dahulu, orang-orang Cali memasukkan uang itu ke bank-bank lokal milik mereka sendiri. Gilberto dan adiknya dahulu punya bank di New York, namanya First Interamericas Bank. Uang panas di bank ini kemudian ditransfer ke Panama, ke negeri Jenderal Noriega -- yang kini meringkuk di penjara AS. Pada 1985 pemerintah Amerika menekan Panama untuk melaporkan semua transaksi bank Cartel Cali tersebut dengan bank yang ada di Panama. Akhirnya, First Interamericas terpaksa ditutup, untuk menghapuskan jejak penyelundupan. Kini, mereka langsung mengirimkan uang itu ke Cali. Sebagian diinvestasikan, sebagian lagi ditukarkan ke dalam peso (mata uang Kolombia), dan sisanya dikirim balik ke bank-bank di Amerika atau Eropa, atas nama relasi. Konon, tiap bulan uang panas yang perlu diputihkan itu berjumlah antara US$ 7 juta dan 12 juta, dan berwujud pecahan 20 dolar, 10, dan lima. Berat keseluruhan antara 450 dan 1.400 kg. Januari 1989 polisi New York menahan sebuah truk yang menuju Meksiko, yang mengangkut lembaran dolar berjumlah US$ 19 juta. Dan Oktober tahun itu, di Long Island, dalam kemasan gulungan kabel besar ditemukan uang sejumlah US$ 14 juta. Juga sebuah dokumen yang memberitahukan pengiriman uang US$ 100 juta. Dengan penghasilan berjuta dolar itu, memang mereka bisa membeli apa saja, termasuk para pejabat yang lemah. Itulah sebab- nya Rodriguez Orejuela, 'Menteri Keuangan' Cartel Cali, hidup tenang-tenang di Kolombia, resmi sebagai bos sejumlah industri dan bank. Bahkan kepada Time ia mengaku membantu polisi memerangi Pablo Escobar. Misalnya, ia sudah memberi tahu kandidat presiden Luis Carlos Galan Sarmiento, bahwa nyawanya diincar oleh Escobar. Akhirnya Carlos Galan, anggota parlemen yang gigih mendorong pemerintah Kolombia agar melawan mafia narkotik, ditembak mati pada 1989. Ia juga yang memberi tahu polisi bahwa kantor El Tiempo, surat kabar terbesar di Kolombia dan yang gigih melawan penyelundup narkotik, akan dikirimi truk bermuatan 800 kg bahan peledak. Memang kemudian ada bom, tapi tak sampai 800 kg. Tapi, diterimakah Si pemain Catur ini di kalangan para pengusaha di Kolombia? Sebagian mencemaskan kiprahnya. Perusahaan-perusahaan Rodriguez akhirnya memang dikelola secara profesional dan sah. Seorang anaknya lulus sebagai sarjana perdagangan internasional. Seorang putrinya bergelar Master of Business Administration. Beberapa anaknya belajar macam-macam bidang, antara lain teknik industri, di universitas ternama di Eropa dan Amerika. Ditambah dengan modal dari uang panas yang sulit dibuktikan keharamannya, yang besarnya sulit ditandingi, orang mengkhawatirkan bahwa sebagian industri dan perbankan Kolombia akhirnya dikuasai oleh Cartel Cali. "Suatu hari nanti bisa saja anak-cucu mereka memerintah sebagian dari negeri ini," kata Luis Gabriel Cano, pemimpinredaksi surat kabar El Espectador" sejak 1986, sejak pemimpin redaksi koran itu, saudaranya, ditembak mati oleh orang Escobar. Jadi, membasmi perdagangan narkotik bukan hanya bak membunuh gurita, harus memangkas kepalanya, tapi juga sekaligus harus menggebrak sejumlah gurita, bukan hanya satu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus