Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Makam Siti Nurbaya

Gunung Padang yang konon tempat makam Siti Nurbaya, ditutup untuk kuburan baru cina. Antara walikota Padang Drs. Hasan Basri Durin & pemuka tionghoa dicapai kesepakatan: Gunung Padang akan dihijaukan.(kt)

11 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GUNUNG Padang, satu bukit di sekitar Kota Padang, punya riwayat. Mungkin mengada-ada saja. Tapi almarhum pengarang Marah Rusli menyebut Gunung Padang sebagai tempat dimakamkannya Siti Nurbaya, tokoh roman karangannya yang terkenal. Siti Nurbaya. Begitu pula dalam cerita rakyat Si Malin Kundang, kapal anak durhaka pada orang tua itu kandas di pantai di balik gunung itu. Sementara dalam nyanyian Minang berjudul Si Malin Kundang sendiri gunung itu digambarkan sebagai tempat bersarang ular naga. Wallahualam. Yang pasti gunung itu sudah tertera sebagai ilustrasi lambang kotamadya Padang sendiri. Dilihat dari kejauhan banyak orang memuji keindahan Gunung Padang. Tapi tak kurang dari Walikota drs. Hasan Basri Durin sendiri sekarang iustru menilai sebaliknya. Perladangan cengkeh penduduk yang mungkin kurang teratur dan terutama meluasnya kuburan Cina di sana, membuat gunung itu dari dekat "kelihatan bopeng dan gundul," ucap Hasan Basri. Sumpek dengan kebopengan itu, Walikota pernah mengundang para pemuka warga Tionghoa ke kantornya. Dicapai kesepakatan, tempat itu tertutup untuk kuburan baru. Kecuali bagi warga setempat yang memiliki tanah di sana secara turun-temurun. Sementara itu, penghijauan pun dilakukan. Tak hanya instansi kehutanan yang dikenakan beban, masyarakat Cina pun ambil bagian. Kepercayaan Leluhur "Kita akan menanam cemara laut disana," ungkap para pemuka Cina yang antara lain diwakili seorang bernama Lian Cin-tek, di muka walikota bulan September lalu. Rencana penghijauan gunung itu disambut masyarakat sebagai mengandung dua harapan. Pertama, lingkungan jadi sehat. Kedua, bukan mustahil tempat itu bisa ditampilkan sebagai obyek wisata. Tapi lebih dari itu diam-diam, masyarakat warga Tionghoa sebenarnya sedikit gusar. Kepercayaan leluhur mereka menyebut pemakaman sebaiknya di tempat yang tinggi. Dengan dialihkannya kuburan baru Cina ke tempat pemakaman umum seperti di komplek Tunggul itam sekarang -- karena Gunung Padang tertutup -- tak ayal disebut orang-orang Cina setempat sebagai apa boleh buat. Maksudnya memang sambil menunggu tempat lain yang lebih cocok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus