Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Di Bekas Wak Katung

Kompleks WTS Wak Katung dibongkar dan didirikan pusat perbelanjaan Kapuas Indah yang, diperuntukkan bagi pedagang yang bertebaran di kota Pontianak. Pedagang menilai harga kios di kompleks itu mahal.(kt)

11 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOMPLEK WTS Wak Katung di Pontianak berubah wajah. Tak jelas kemana larinya para 'penjual cinta' itu. Yang pasti di komplek yang terletak di persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak itu kini sudah berdiri satu pusat perbelanjaan dengan nama Kapuas Indah. Bangunan yang menelan biaya Rp 1,5 milyar itu berlantai tiga. Yang pertama dan kedua untuk pedagang, masing-masing dengan 199 dan 217 kios berbagai ukuran. Lantai tiga dibuat bioskop dengan kapasitas 1000 orang penonton. Sementara sebelah utara bangunan itu sendiri, persis di bibir Sungai Kapuas, dibangun pula 216 petak untuk pedagang sayur dan pedagang daging babi. Tempat-tempat berjualan itu dimaksudkan sebagai tempat untuk memusatkan para pedagang yang kini tersebar antara lain di Pasar Seroja, Pasar Citarum, Pasar Sayur dan di beberapa tempat lagi. Katakanlah untuk ketertiban, sekaligus keindahan kota. Tapi pedagang umumnya menilai mahal harga kios di komplek baru itu. "Petaknya kecil, harganya selangit," kata beberapa orang di antara mereka. Disebutnya harga kios ukuran 2 x 2 meter di lantai dasar mencapai Rp 3 sampai Rp 5,2 juta. Toh menurut seorang petugas kantor Walikota Pontianak sampai pertengahan Oktober lalu ternyata hanya tinggal sekitar 30 kios saja yang belum ada pemiliknya. "Itupun pemesannya sudah ada," ucap petugas itu kepada TEMPO. Lim Jafar Tapi mereka yang belum sempat hijrah ke sana sebenarnya diliputi kebimbangan. Coba sebelum Kapuas Indah penuh terisi, tiba-tiba saja pada jarak 150 meter dari sana muncul pula komplek perdagangan baru yang lain. Asrama tentara yang dikenal penduduk sebagai Asrama Sudirman dibongkar. Dan percaya atau tidak, dalam tempo 40 hari sudah berdiri seratus tempat jualan baru yang lumayan megah di halaman bekas asrama itu. Sementara komplek asrama itu sendiri secara keseluruhan memang direncanakan untuk lokasi pembangunan 900 kios. Yang membangun seorang pemborong bernama !Lim Jafar. Lim mendapat kesempatan dari Kodam. Karena tak layak asrama ada di tengah kota, Lim boleh membuatnya jadi bangunan lain asalkan Lim membangun asrama baru di sudut kota yang lain pula. Begitulah, karena Lim ingin cepat dapat uang, ia buru-buru menyelesaikan sebagian rencananya membangun bekas asrama itu sebagai tempat berjualan. Ia tak salah tentu saja, kendati ia sendiri harus berfikir siapa nanti yang akan mengisi kios-kiosnya. Cuma, karena lokasi bekas asrama itu terletak di jalan protokol, orang yang sedianya akan pindah ke Kapuas Indah pun jadi ragu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus