SEPULUH tahun silam begitu susah menyeberangi selat Kamal
menuju Madura. Di samping harus berjam-jam menunggu kapal
berangkat, pilihan pun terbatas hanya pada kapal milik PJKA atau
perahu kecil-kecil.
Kini laut yang memisahkan Surabay: dengan Madura itu justru jadi
rebutan pengusaha. Tahun 1973 dua buah perusahaan PT Jembatan
Madura dan Madu Perak, berhasil melakukan sewa bagi hasil 9
kapal milik Angkatan Laut jeni LCM.
Melihat sukses dua perusahaan itu April tahun lalu, PT Dharma
Lautan Utama membeli dua buah kapal ferry besar masing-masing
mampu mengangkut 200 orang dan 6 mobil besar.
Belum Memiliki Dermaga
Hadirnya dua kapal Trunojoyo dan Jokotole ini tak banyak lagi
menimbulkan persaingan keras. PT Dharma Lautan misalnya biarpun
taripnya sama dengan kapal Maduratna milik PJKA, tapi memberikan
pelayanan lebih baik Ada TV berwarna tempat duduk dari plastik
dan pramugari cantik sejumlah 20 orang.
Dari 20.000 lebih jumlah penyeberang dan 900 buah mobil setiap
harinya, 45% diangkut oleh Dharma Lautan. Karena tarip penumpang
Rp 125/orang mobil berkisar antara Rp 1.250 sampai Rp 3.500
(melihat besar kecil serta isi mobil), maka sedikitnya Rp 1,5
juta bisa dikeruk Dharma Lautan setiap hari.
Maka ganti PT Jembatan Madura merasa ketinggalan oleh "pendatang
baru" itu. Tapi M.Chuzaini, Direktur Jembatan Madura rupanya
sudah siap pula bertanding. Menurutnya saat ini fasilitas PMDN
sudah diperolehnya sehingga perusahaannya akan menurunkan tiga
buah kapal ferry sekaligus ke gelanggang Selat Kamal. Jenisnya
sama dengan yang dimiliki Dharma Lautan. "Akhir tahun depan
sudah bisa operasi" katanya pasti.
Jejak Chuzaini ini rupanya akan diikuti oleh teman
seangkatannya, PT Madu Perak, yang selama ini juga
mengoperasikan kapal ALRI. "Madu Perak sudah memesan dua kapal
ferry yang sama." Yang jelas, seperti dikatakan Soemarjoso,
Kepala LLASDF Wilayah VIII, kapal-kapal AL itu, mulai tahun
depan tidak diperbolehkan operasi lagi setelah kapal-kapal baru
itu datang.
Dengan demikian Selat Kamal yang jaraknya tidak sampai 5 km itu
akan menjadi arena duel 7 kapal ferry besar dan 1 kapal milik
PJKA. Dan karena waktu penyeberangan hanya 20 menit, maka tiap
menit sekali akan ada kapal berangkat.
Adakah kapal-kapal itu nanti tidak seperti hotel yang kekurangan
tamu? "Tidak" jawab Sukarno dari Dharma Lautan. "Soalnya
kapal-kapal LCM kan dihapus dan lagi jumlah penyeberang akan
semakin besar" katanya. Ini dikaitkan dengan semakin banyaknya
proyek di Madura dan dibangunnya 1000 lebih rumah oleh Perumnas
di Kamal yang sebagian besar calon penghuninya bekerja di
Surabaya.
Kalau toh ada yang memasygulkan mereka, soalnya menyangkut
penyediaan dermaga ferry. Sampai sekarang pun LLASDF belum
memiliki dermaga. Yang ada hanyalah dermaga pinjaman dari PJKA
yang hanya bisa dirapati sebuah kapal ferry. Padahal menghadapi
8 kapal yang akan datang itu, sedikitnya perlu dermaga yang bisa
menampung tiga kapal. "Persoalan dermaga ini memang sedang
digodog di Jakarta" ujar Soemarjoso. Tapi berapa lama
penggodogan itu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini