BAGAI ketiban durian runtuh. Usman Saragih, 47 tahun, jadiriuh ketika ada kotak kardus tergeletak di halaman rumahnya, suatu sore awal Oktober lalu. Warga Desa Dolok Manampang di Simalungun itu -- 120 km dari Medan -- berdebar membuka kotak tadi, yang disaksikan segenap anggota keluarganya. Bukan main kagetnya setelah mereka melihat di dalamnya berisi suku cadang sepeda motor berikut bodynya. Siapa sinterklas yang mengirimkan sepeda motor ini? Setelah menelitinya, sesaat kemudian Usman bersorak girang, "Eee, ini sepeda motor kita yang hilang setahun lalu." Lalu disaksikan Gafur, kepala desa, dicocokkanlah nomor mesin dan nomor rangka sepeda motor itu dengan yang tertera dalam Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) yang masih disimpan Usman. Cocok. Semua lengkap, kecuali pelat nomor polisi. "Jadi, suku cadang sepeda motor dalam kotak itu sah milik Usman," kata Gafur. Usman Saragih kemudian memboyong kepingan sepeda motor itu ke bengkel di Tebingtinggi, 30 km dari desanya. Di kota itulah miliknya ini lenyap setahun lewat tanpa surat, sehingga Usman heran juga bagaimana sang maling tahu alamat rumahnya. "Sepeda motor aku beli dua tahun lalu, mencicil di dealer di Tebingtinggi," tuturnya kepada Makmun Al-Mujahid dari TEMPO. Setahun silam sepeda motor itu dipakai anaknya, Robert, ke Tebingtinggi. Barang itu diparkir di pekarangan Rumah Sakit Herna. Sehabis menjenguk ibunya yang dirawat di sana, Robert mendapatkan sepeda motornya raib. Dan lazimnya nasib kendaraan yang hilang, petugas satpam di rumah sakit itu juga menyatakan tak tahu-menahu. Sejak itu Usman dan anaknya mencari hilir mudik. Ia sudah pula melapor ke polisi. Namun, yang dicari tak ketemu, apalagi untuk membekuk malingnya. Sampai-sampai Usman, yang sehari-hari jualan lauk-pauk dapur di pasar di Kecamatan Dolok Masihul itu, putus asa. Ketika barang itu didapatkannya kembali, perasaannya membaur antara girang dan berang. "Itu namanya maling budiman," komentar Bachtiar Amir, sahabat Usman Saragih. "Ah, tidak," sambut Usman. "Mana ada maling yang budiman. Kalau budiman, ia harus menyerahkan diri, minta maaf, dan menambah satu unit lagi motor untukku. Kalau bisa kubekuk, maling bangsat itu akan kupilah-pilah tubuhnya seperti ia memilah-milah motorku," ujarnya gregetan. Ed Zoelverdi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini