Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Maling budiman

Usman saragih, 47, warga desa dolok manampang, simalungun menemukan kotak kardus yang berisi suku cadang sepeda motor. setelah dicocokkan ternyata nomor mesinnya sesuai dengan motor miliknya yang hilang.

27 Oktober 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGAI ketiban durian runtuh. Usman Saragih, 47 tahun, jadiriuh ketika ada kotak kardus tergeletak di halaman rumahnya, suatu sore awal Oktober lalu. Warga Desa Dolok Manampang di Simalungun itu -- 120 km dari Medan -- berdebar membuka kotak tadi, yang disaksikan segenap anggota keluarganya. Bukan main kagetnya setelah mereka melihat di dalamnya berisi suku cadang sepeda motor berikut bodynya. Siapa sinterklas yang mengirimkan sepeda motor ini? Setelah menelitinya, sesaat kemudian Usman bersorak girang, "Eee, ini sepeda motor kita yang hilang setahun lalu." Lalu disaksikan Gafur, kepala desa, dicocokkanlah nomor mesin dan nomor rangka sepeda motor itu dengan yang tertera dalam Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) yang masih disimpan Usman. Cocok. Semua lengkap, kecuali pelat nomor polisi. "Jadi, suku cadang sepeda motor dalam kotak itu sah milik Usman," kata Gafur. Usman Saragih kemudian memboyong kepingan sepeda motor itu ke bengkel di Tebingtinggi, 30 km dari desanya. Di kota itulah miliknya ini lenyap setahun lewat tanpa surat, sehingga Usman heran juga bagaimana sang maling tahu alamat rumahnya. "Sepeda motor aku beli dua tahun lalu, mencicil di dealer di Tebingtinggi," tuturnya kepada Makmun Al-Mujahid dari TEMPO. Setahun silam sepeda motor itu dipakai anaknya, Robert, ke Tebingtinggi. Barang itu diparkir di pekarangan Rumah Sakit Herna. Sehabis menjenguk ibunya yang dirawat di sana, Robert mendapatkan sepeda motornya raib. Dan lazimnya nasib kendaraan yang hilang, petugas satpam di rumah sakit itu juga menyatakan tak tahu-menahu. Sejak itu Usman dan anaknya mencari hilir mudik. Ia sudah pula melapor ke polisi. Namun, yang dicari tak ketemu, apalagi untuk membekuk malingnya. Sampai-sampai Usman, yang sehari-hari jualan lauk-pauk dapur di pasar di Kecamatan Dolok Masihul itu, putus asa. Ketika barang itu didapatkannya kembali, perasaannya membaur antara girang dan berang. "Itu namanya maling budiman," komentar Bachtiar Amir, sahabat Usman Saragih. "Ah, tidak," sambut Usman. "Mana ada maling yang budiman. Kalau budiman, ia harus menyerahkan diri, minta maaf, dan menambah satu unit lagi motor untukku. Kalau bisa kubekuk, maling bangsat itu akan kupilah-pilah tubuhnya seperti ia memilah-milah motorku," ujarnya gregetan. Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus