Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mampukah manusia berbuat adil ?

Seorang hamba dihukum majikannya sampai meninggal, karena membuat pincang anjing kesayangan. tapi majikan tidak dihukum. kemampuan manusia untuk berbuat adil diragukan.

12 Februari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERKENALKAN, nama saya Ivan. Lengkapnya Ivan Karamazov. Bukan, pak, saya bukan anggota KGB. Saya hanya tokoh novel, karya Dostoyewski. Tentu anda kenal namanya. Ia seorang pengarang... ya, benar: dari Rusia. Komunis? Ah, bukan. Ia mati sebelum itu. Novel ini pun pertama kali terbit 1879, sebagai cerita bersambung dalam majalah Russky Vistnik. Waktu itu Lenin baru berumur 9, dan kakaknya belum digantung Tsar di halaman benteng Schusselburg. Jadi sulit membuktikan bahwa Dostoyewski ini . . . "gestapu", ah, maaf, "komunis". Memang, ia pernah dijatuhi hukuman mati. Tapi kesalahannya hanyalah karena ia bersama anak muda lain saling bertemu untuk membaca karya pemikir Perancis Fourier dan Proudhon. Ia dituduh "ambil bagian dalam pembicaraan menentang penyensoran" dan "mengetahui adanya niat mendirikan sebuah percetakan". Di bawah kekuasaan Tsar Nikholas I, "kejahatan" itu sudah cukup. Dostoyewski dikirim ke regu tembak. Ia diikat bersama dua orang lain di tiang. Ternyata beberapa saat kemudian, Tsar memberikan keringanan. Mereka tak jadi di-"dor". Dostoyewski dibuang ke Siberia. Seorang terhukum lain jadi gila karena perubahan nasib yang mendadak itu. Bukan maksud saya mau membentangkan biografinya. Itu cuma lukisan, bahwa Dostoyewski pertama-tama adalah, bak kata seorang kritikus,"seseorang yang telah menderita jauh lebih banyak dari kita", hingga wawasannya berkesan sebagai "kearifan hati". Saya pun, Ivan Karamazov, lahir dari sana. Saya bukan tokoh yang luhur. Saya telah ceritakan kepada adik saya, Alyosha yang salih, tentang seorang hamba yang dihukum pemilik tanahnya: di pagi musim gugur Rusia yang dingin itu, anak itu ditelanjangi, dipaksa lari, untuk dikejar rombongan anjing pemburu yang ganas. Sampai tewas robek-robek. Kesalahannya hanya: ia membikin pincang anjing kesayangan sang juragan. Sang juragan sendiri, pensiunan pejabat tinggi, tak dihukum pemerintah . . . Ada saya katakan kepada Alyosha, bisakah kita menyerukan keadilan Tuhan setelah itu. Mungkin saya hanya meragukan yang lain: kemampuan manusia untuk berbuat adil. Apa boleh buat: sistem yang ada waktu itu hanya cerminan kesewenang-wenangan. 100 tahun yang lalu itu saya belum dengar seseorang yang punya cukup kepercayaan kepada manusia tapi juga tak alpa belajar dari kekejiannya. Saya belum dengar bagaimana hal yang bertentangan itu bisa ditampung dalam suatu sistem. Saya belum dengar ucapan Jimmy Carter: "Kemampuan manusia untuk berbuat adil menyebabkan demokrasi mungkin kemampuan manusia untuk tidak adil menyebabkan demokrasi perlu". Tapi bukankah ia presiden Amerika kini sedang saya tokoh novel di negeri lain di jaman gelap?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus