Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bob tutupoly: "ramayana merugi"

Menurut bob tutupoly, manager, restoran ramayana selalu merugi. ini disebabkan biaya tetap mencapai us$ 16 ribu. untuk mengatasi, pengurusannya diambil alih pertamina dan gaji karyawan diturunkan. (nas)

12 Februari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK semula, restoran itu merugi. Sampai sekarang". Begitu kata penyanyi Bob Tutupoly, manajer restoran Ramayana pada Syarif Hidayat dari TEMPO. Bob menjadi karyawan Pertamina di AS dengan jabatan purel. Kemudian diperbantukan ke restoran Ramayana yang berlokasi di daerah mahal Manhattan, New York. Di restoran itu mula-mula dia menjadi manajer panggung, lalu merangkap Kepala Urusan Kebudayaan. Kemudian diangkat menjadi asisten manajer, lalu manajer. Kata Bob, kerugian itu disebabkan oleh salah perhitungan dari konsultan Beni Hana, pengelola serangkaian restoran di AS yang diminta mengurus restoran Ramayana. Konsultan itu tadinya mengharapkan restoran Indonesia satu-satunya di New York itu akan padat pengunjung. Maka dibuatnya kalkulasi yang sangat tinggi. Antara lain sewa gedung, pengatur udara, gas dan listrik setinggi $AS 16.000 sebulan. Padahal omset restoran itu hanya mencapai 40 sampai 43 ribu dolar sebulan. Sedang titik impasnya baru tercapai bila omsetnya 45 ribu dolar. Jadi kerugian sebulan waktu itu sekitar 10 ribu dolar. Melihat keadaan ini, Ramayana kemudian melepaskan diri dari Beni Hana, dan dipegang sendiri oleh Pertamina New York. Namun menurut Bob, restoran itu tetap juga tidak dapat melepaskan diri dari sewa yang 16 ribu dolar sebulan itu. Hal itu agak aneh, sebab restoran itu sudah menempati ruang kantor perwakilan Pertamina, yang tentunya bayar sewa gedung, listrik dan gas pada pengusahanya di Amerika. Maka untuk menanggulangi makin ruginya restoran, gaji karyawan dikurangi. Para karyawan yang mula-mula menerima sekitar 500 sampai 600 dolar sebulan (Rp 200 - 24 ribu) minimal, diturunkan gaji mereka sebanyak 100 dolar sebulan. Pengurangan itu terjadi sejak 2 tahun terakhir ini. Berbeda dengan taksiran Beni Hana, nyatanya sampai sekarang pada siang hari hanya 100 pengunjung yang makan di situ, dan malam hari 60 orang. Dirut Pertamina Piet Haryono yang ditanyai wartawan di Jakarta, menyatakan mungkin akan menutup restoran itu, kalau toh rugi terus-menerus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus