MENTERI Perhubungan Emil Salim belakangan ini bagai main
kucing-kucingan dengan wartawan. Itu dilakukannya sejak
tersiarnya tulisan Seymour M. Hersh dalam koran terkemuka The
New York Times 25 Januari lalu, berjudul flughes Aircraft Faces
Allegation That It Used Bribery in Indonesia (Hughes Aircraft
dituduh memberikan uang suap di Indonesia).
Di depan sidang Komisi V DPR-RI (5 Pebruari lalu), Menteri
Perhubungan membuka keterangannya dengan minta maaf kepada pers.
"Apabila akhir-akhir ini saya terpaksa - di luar kebiasaan saya
- menghindari para wartawan, maka ini bukan terdorong oleh
keinginan untuk menyembunyikan sesuatu atau keengganan untuk
bersikap terbuka. Tapi semata-mata didasarkan atas kesadaran
bahwa saya wajib memberi keterangan kepada Rakyat melalui
Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat ini terlebih dulu, sebelum saya
dapat melayani para wartawan", katanya. "Lebih-lebih apabila
keterangan yang ingin saya sampaikan menyangkut hal yang serius
dan tidak dapat diremehkan".
Didampingi Ketua Komisi V Harsono RM dan Dirjen Postel Mayjen
Soehardjono - yang oleh tulisan dalam NYT itu dituduh sebagai
pejabat yang minta komisi $ 40 juta pada wakil dari perusahaan
General Telephone and Electrionics (GTE) - Emil Salim telab
memberikan keterangan panjang lebar tentang rencana dan
pelaksanaan proyek SKSD Palapa. Antara lain mengenai biaya dan
perkembangan harga satelit, prosedur dan pelaksanaan proyek dan
tanggapan tentang berita NYT itu sendiri. Beberapa petikan
penting:
Dalam menanggapi berita NYT ini, maka langkah-langkah yang
diambil adalah terlebih dulu meneliti prosedur dan proses
pelaksanaan pembangunan SKSD Palapa berdasarkan dokumen-dokumen
yang tersedia. Dan mengambil langkah-langkah dengan Kedubes AS
di Jakarta, fihak pengusaha dan konsultan yang ada di Jakarta
maupun dengan Kedubes Rl di Washington AS, untuk memperoleh
fakta dan gambaran mengenai tuduhan adanya kelainan dalam
pelaksanaan proyek dan kemungkinan penyuapan ini.
Pada tingkat sekarang ini, Vladimir Gold, bekas agen GTE yang
dikutip NYT itu sebagai sumber, memberi pernyataan bahwa ia tak
pernah menyatakan tuduhan yang tersebut dalam artikel itu. Ia
bermaksud mengambil langkah-langkah tertentu terhadap penulis
artikel dan koran NYT. Teleconsult, yang ditunjuk sebagai
konsultan proyek tersebut, menegaskan pejabatnya tak pernah
terlibat atau mengetahui adanya kelainan dalam pengadaan barang
oleh para pensuplai Palapa.
Juga kalangan EXIM Bank di Washington - sebagaimana dilaporkan
Dubes RI di sana -- berkesimpulan bahwa sertiflkat yang harus
diselesaikan antara para pensuplai dan pembeli adalah bersih.
Juga semua surat untuk mengadakan disbursemen (pembayaran uang
tunai) sudah dicek dan ternyata sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Hingga sekarang, berdasarkan data yang ada, tak ditemukan
kelainan dalam pelaksanaan proyek SKSD Palapa.
Sekalipun begitu, Presiden Soeharto - setelah menerima laporan
sehubungan dengan berita NYT itu - memberi beberapa petunjuk.
Seperti dikemukakan Emil Salim, Presiden minta agar "kami
melanjutkan pengecekan dan penelitian". Juga, "supaya
mengusahakan fakta-fakta bukti dari fihak-fihak yang menuduh".
Dedengkot
Dirjen Soehardjono - yang selalu menghindar dari pers - hari
itu sempat juga dikerumuni wartawan. Itu terjadi ketika sidang
terpaksa diskors karena Menteri Emil Salim terlambat datang
sekitar sejam. Berbeda dengan Emil yang "di luar kebiasaan
terpaksa menghindar dari pers", Soehardjono dengan tegas
berkata: "Sejak dulupun saya tidak mau publikasi-publikasian".
Nada bicaranya agak emosionil, terutama ketika ditanya tentang
tuduhan NYT itu.
"Saya lebih senang kerja dulu, kalau sudah jadi baru
dibuktikan", katanya. "Saya ini kan dedengkot Departemen
Perhubungan. Sudah tiga Menteri yang ganti sejak tahun 1966,
saya masih di situ terus. Ini kan tandanya saya dipakai".
Ia jadi tertawa setelah membaca berita NYT, yang olehnya disebut
sebagai "fitnah". Berfikir sebentar, ia melanjutkan: "Memang
sulit, karena ini menyangkut kebenaran. Dan kebenaran itu hanya
Tuhan yang tahu. Jadi ini masalah saya dengan Tuhan", katanya.
Soehardjono juga merasa heran bercampur kesal kepada pers
"Mengapa bagian yang positif dari berita itu tak dikutip?"
tanyanya.
Dalam berita NYT itu, Hersh juga mengutip pelbagai bantahan
terhadap tuduhan yang dikemukakan Dr. Thomas P. Cheathem Jr.,
bekas pejabat tinggi Pentagon (Departemen Pertahanan AS) dan
konsultan GTE. Misalnya dari orang GTE sendiri, William L. Mayo
wakil presiden untuk urusan Asia & Pasifik. Bantahan lain yang
dikemukakan Hersh datang dari William A. Glick, pejabat penting
Exirn Bank di Washington, yang menilai tuduhan Cheatem itu
sebagai "hal-hal yang semuanya kabur" (lihat TEMPO, 5 Pebruari).
Soehardjono yang dikenal gemar berkuda-kuda, juga merasa kesal
ketika ditanyai soal ranch dan jumlah kuda miliknya. "Kok orang
suka ngutik-ngutik saya dalam soal hobi?" tanyanya haru. Tapi
setelah menceritakan kegemarannya akan kuda itu sejak masih
kanakkanak - "kakek saya juga penggemar kuda" - Soehardjono
mengatakan ranch yang di Pamulang daerah Parung, Jawa Barat itu
seluas 25 Ha. Dan punya kuda balap di situ sebanyak 100 ekor
lebih.
Kepada wartawan ia mengingatkan agar tak cepat berprasangka.
"Kalau ada orang Indonesia yang maju sekarang, terus terang saya
bangga. Dan menjadi cambuk bagi saya untuk maju", katanya. Ia
tertawa terbahak-bahak ketika ditanya telah memasukkan sembilan
ekor kuda balap dari Inggeris. "Wah itu mengada-ada", katanya.
"Tapi kalau ada orang Indonesia yang kaya, saya malahan jadi
senang. Bukan jadi iri dan curiga"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini