DUNIA jadi lebih menarik karena skandal terbongkar. Dan mungkin
juga menjadi lebih bersih, sedikit. Mula-mula Spiro Agnew wakil
presiden Amerika Serikat. Lalu Richard Nixon, presidennya.
Keduanya terpaksa mundur -- atau juga jatuh -- karena menyalah-
gunakan kekuasaan. Kemudian Tanaka, perdana menteri Jepang. Lalu
Pengeran Bernhard, suami Ratu Yuliana dari Negeri Belanda.
Yang terakhir ini memberikan pernyataan pengakuan. Ia diketahui
telah mengirim surat kepada perusahaan pesawat terbang Lockheed,
minta komisi. Dengan itu ia memberi kesan, bahwa pembelian
pesawat produksi perusahaan itu telah dilakukan oleh pemerintah
Belanda secara tak adil: bukan berdasarkan mutu dan kebutuhan,
tetapi berdasarkan TST.
"Saya kurang berhati-hati, mengingat kedudukan saya sebagai
suami Ratu dan Pangeran Kerajaan Belanda", kata Bernhard. "Saya
telah menulis sepucuk surat, yang seharusnya tak boleh saya
lakukan . . . ".
Salahkah dia? Mungkin secara hukum tidak. Dan di Indonesia bisa
saja ada yang geleng-geleng kepala, setengah mengejek
"puritanisme" yang ditunjukkan orang Amerika, Jepang dan
Belanda itu. Mereka menuntut terlalu banyak dari seorang
manusia, mungkin begitu terdengar komentar. Pancasila tidak
demikian, barangkali pula tambahnya.
Rupanya menjadi manusia adalah suatu dalih, suatu excuse, untuk
jadi lemah. Rupanya "puritanisme" berbau kemunafikan. Atau, ia
terdengar sebagai sesuatu yang punya dasar lain, yang hanya
terdapat pada diri mereka yang'sudah kena pengaruh "Barat" --
atau di kalangan santri. Dan rupanya Pancasila pun ditafsirkan
asal tidak sama dengan apa yang di Amerika. Atau asal tidak
sama dengan yang misalnya di RRT, di mana Teng Hsiao-ping
dikritik antara lain karena gemar main bridge.
Atau kita harus yakin, bahwa sistem kita bertolak dari asumsi
bahwa kekuasaan tidak dengan sendirinya korup. Bahwa Lord Acton
salah.
Tapi kelanjutan hidup suatu masyarakat agaknya memang harus
bertolak dari kemungkinan bahwa manusia (juga para pemimpin)
bisa serakah. Core Vidal, pengarang dan pengritik keras
negerinya sendiri itu, agaknya benar ketika ia terpaksa memuji
bertahannya sistem Amerika selama 200 tahun. Para pendiri
republik Amerika Serikat, kata Vidal dalam sebuah tulisan di The
New York Review of Books, 18 Maret 1976, "memahami keserakahan
dan kepentingan diri sendiri manusia". Mreka menyediakan cara
yang aman untuk mengontrolnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini