Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Partai menggeber safari politik untuk rencana membentuk koalisi pemilihan presiden 2024.
Tiga poros politik telah diumumkan. Satu di antaranya semakin tak menentu.
PDIP melempar sinyal peluang koalisi dibumbui persyaratan.
JAKARTA – Partai politik mulai mengencangkan sabuk menuju Pemilihan Umum 2024. Mereka sibuk menjajaki komunikasi dengan partai lain untuk diajak berkoalisi demi memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemarin, Partai NasDem kembali kedatangan tamu. Setelah sebelumnya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, giliran Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu yang mampir ke NasDem Tower, Jakarta Pusat. “Ada banyak kesamaan pandangan dan pikiran yang sangat memungkinkan bagi kami untuk berkolaborasi,” kata Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh seusai pertemuan, Rabu, 22 Juni 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Surya Paloh mengatakan pertemuan kemarin belum memutuskan koalisi NasDem dan PKS. Walau begitu, menurut dia, “Komitmen kedekatan perasaan saja sudah modal awal yang baik."
NasDem menjadi partai pertama yang telah mengumumkan tiga bakal calon presiden yang akan diusung dalam pemilihan presiden 2024. Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Ketiga nama kandidat ini dipilih dalam Rapat Kerja Nasional NasDem pekan lalu, 15-17 Juni 2022. Selanjutnya, NasDem akan mulai menjaring masukan dan peluang dukungan dari daerah terhadap masing-masing nama itu untuk menentukan calon terkuat. Partai ini juga berencana menggeber safari politik untuk menemukan pasangan koalisi.
Ahmad Syaikhu menyebutkan ketiga nama bakal calon presiden yang diusung NasDem juga masuk dalam pembahasan di Majelis Syuro partainya. Majelis inilah yang memiliki kewenangan untuk memutuskan nama calon presiden pilihan PKS. Namun, dia mengatakan, pertemuan dengan NasDem kemarin belum mengerucut pada nama calon presiden. “Masih menyerap informasi-informasi bacapres (bakal calon presiden),” ujar Syaikhu.
Sebelumnya, PKS sempat membentuk koalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bernama Koalisi Semut Merah. Namun PKB kemudian bermanuver dengan mengumumkan pembentukan koalisi bersama Partai Gerindra dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya pada 18 Juni 2022.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar di Kertanegara, Jakarta, 18 Juni 2022. ANTARA/Muhammad Adimaja
Sekretaris Jenderal PKS, Aboe Bakar Alhabsyi, menanggapi santai langkah PKB. Partai politik, kata dia, memang masih dalam tahap penjajakan menuju Pemilu 2024. Begitu pula PKS akan terus menjajaki komunikasi dengan partai lain, seperti NasDem dan Demokrat. “Memang jadwal percintaan kami masih panjang,” kata dia.
PKS tak menjadi satu-satunya partai yang "ditinggal" oleh PKB. Sehari sebelum PKB mengumumkan pembentukan koalisi dengan Gerindra, Partai Demokrat menyatakan rencana koalisi dengan PKB dan PKS. “Komunikasi dengan PKS dan PKB semakin intens,” kata Herzaky Mahendra Putra, juru bicara DPP Partai Demokrat, 17 Juni 2022.
Hari ini, Kamis, 23 Juni 2022, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Yudhoyono juga dijadwalkan berkunjung ke NasDem Tower untuk membicarakan rencana kerja sama dalam pemilihan presiden 2024. Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Johnny Gerard Plate, menyebutkan komunikasi dengan Partai Demokrat akan lebih spesifik dan terbuka. “Ini pertemuan yang semakin intens dengan AHY,” kata dia, kemarin.
Sejauh ini, tiga poros koalisi partai politik sempat diumumkan pembentukannya. Partai Golkar merangsek lebih awal membangun Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sementara itu, nasib Koalisi Semut Merah belum terang setelah PKB merapat ke Gerindra lewat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya.
Adapun Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) agaknya belum terburu-buru menentukan mitranya. Hasil Pemilihan Umum 2019 memang menjadikan PDIP sebagai satu-satunya partai yang mengantongi golden ticket untuk mengusung kandidatnya tanpa berkoalisi. Partai berlambang banteng moncong putih ini menguasai 22,26 persen kursi di parlemen, lebih dari presidential threshold yang salah satu di antaranya berupa partai atau gabungan partai dengan jumlah kursi paling sedikit 20 persen di DPR.
Meski bergerak lebih awal, Koalisi Indonesia Bersatu juga tampak adem ayem di tengah ingar bingar partai politik lain yang sibuk membicarakan bakal calon presiden. Golkar, PAN, dan PPP hingga saat ini belum mengerucutkan nama yang akan mereka usung.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat PPP Achmad Baidowi mengatakan Koalisi Indonesia Bersatu masih perlu berdiskusi lebih lanjut ihwal kandidat pasangan calon presiden dan wakil presiden. “Pembahasannya masih di kriteria,” kata Baidowi kepada Tempo, kemarin.
Yang jelas, menurut dia, kandidat Koalisi Indonesia Bersatu bisa berasal dari dalam maupun luar koalisi. Bahkan, jika memenuhi kriteria, kandidat yang diusung bisa juga berasal dari luar partai politik.
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri), Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa saat pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) di Senayan, Jakarta, 4 Juni 2022. ANTARA/Rivan Awal Lingga
Politikus senior PAN, Guspardi Gaus, mengungkapkan bahwa Koalisi Indonesia Bersatu telah memiliki tiket untuk mengusung calon karena telah memenuhi presidential threshold. Karena itu, kata dia, penentuan nama kandidat tidak boleh serampangan. “Kami memperhatikan sosok yang berpeluang menang,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai Koalisi Indonesia Bersatu tidak memiliki figur kuat dari dalam partai yang bisa diajukan sebagai calon presiden. “KIB masih mencari figur itu,” ujarnya.
Sementara itu, Adi melihat adanya peluang bagi bergabungnya PDIP dalam koalisi Gerindra dan PKB. Peluang ini terbuka setelah NasDem justru menempatkan Anies Baswedan sebagai salah satu kandidat yang akan mereka usung. “PDIP wajah politik pemerintah. Mereka tidak ingin Anies diusung,” kata Adi.
Jika betul terbentuk, Adi menilai, koalisi PDIP, Gerindra, dan PKB bakal kuat. Gerindra dan PDIP dikenal telah memiliki hubungan mesra sejak dulu. Sedangkan PKB dapat menjadi wajah politik Islam moderat di koalisi.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, Dedi Kurnia Syah, menyebutkan PDIP memegang kunci atas terciptanya poros baru dalam koalisi pemilihan presiden. Selama PDIP tidak melenggang sendiri, hanya ada tiga poros koalisi dalam Pemilu 2024. Namun, jika PDIP memutuskan untuk mengusulkan kandidat tanpa berkoalisi, akan ada empat poros politik yang mewarnai pemilihan presiden 2024. “PDIP sudah ada Puan, tinggal mencari wakil presiden,” kata Dedi.
Sebelumnya, Ketua Bidang Pemerintahan, Pertahanan, dan Keamanan Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Puan Maharani, sempat memberi sinyal bahwa partainya mungkin saja berkoalisi dengan Gerindra dan PKB. “Mungkin saja. Ibu Ketua Umum tadi mengatakan membangun Indonesia tidak bisa sendirian, harus gotong royong,” kata dia, Selasa, 21 Juni 2022.
Namun kemarin, ketika ikut dalam rombongan kunjungan Presiden Joko Widodo di calon lokasi Ibu Kota Negara, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Puan melempar pernyataan yang bisa menjadi sinyal persyaratan bagi partai lain yang ingin bergandengan dengan PDIP. Ketika para wartawan menanyakan apakah ia harus menjadi calon presiden, bukan wakil presiden, Puan menyahut, “Harus, dong. Kami partai terbesar, harus percaya diri.”
IMA DINI SHAFIRA | AVIT HIDAYAT | BUDI SETYARSO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo