LANGIT mendung. Kilat menggelegar saat tukang-tukang roti menyelesaikan pekerjaannya. Tapi cuaca lalu membaik. Dua ribu massa pun berkumpul di stadion, hari Minggu pekan lalu. Mereka duduk-duduk, bernyanyi-nyanyi, sambil mencicipi potongan kue tart raksasa. Lagu daerah setempat O Narayag A Bulan (Terang Bulan) dan Pada Pada (Semua Sama), serta lagu Happy Birthday berulang-ulang dinyanyikan. Tujuh puluh lilin merah yang ditanam di atas kue, disulut oleh Wali Kota Ernesto Tamayo dan para loyalis lain. Lalu klakson mobil-mobil pengangkut massa pun memekik riuh rendah mengingarkan kota. Di daerah asal bekas Presiden Ferdinand Edralin Marcos, Laoag -- Filipina Utara, Minggu 11 September lalu adalah hari penting. Hari itu adalah ulang tahun Marcos ke-71. Mereka, keluarga dan pengikut Marcos, memperingatinya. Kue ulang tahun telah dibikin. Sebuah tart tiga lapis setinggi 30 kaki (9 meter lebih), dengan lebar selapangan basket. Lapis pertama berukuran 10,5 X 17,5 meter, lapis kedua 6,5 X 13 meter, dan di puncaknya selebar 2,6 X 5,2 meter. Sebuah kue yang dikatakan bakal masuk Guinness Book of Records, yang oleh Preciosa Ventura Palma -- perancangnya, disebut tak hanya menjadi kebanggaan masyarakat setempat, "tetapi juga rakyat Filipina, termasuk Anda yang bukan loyalis." Tujuh ribu telur, seribu empat ratus kilo gula, seribu lima puluh kilo tepung, dan empat puluh empat galon bahan lainnya habis. Lalu ditaburi "arum manis". Tulisan "FM" tak lupa dibubuhkan di situ. Lalu Cynthia Chan, kemanakan Marcos, menyalakan lilin besar di puncak kue dengan bantuan derek. Sedang Fortuna Barbra, adik perempuan Marcos, mewakili abangnya menerima sepotong kue dari para loyalis. "Saya harap kue ini akan jadi lambang persatuan," kata Fortuna Barbra tatkala memberikan sambutan. Persatuan sesama pendukung Marcos itu sudah tercipta. Ternyata, 29 orang berulang tahun sama dengan Marcos. Delapan di antaranya bernama Ferdinand. Masing-masing dua orang lainnya bernama Marcos dan Imelda. Marcos pun memberikan sambutan, yang disiarkan langsung dari Hawaii. "Wah, bagus. Terima kasih," ujarnya setelah diberi tahu perihal kue raksasa itu. Lalu Marcos kembali mengatakan bahwa ia ingin segera balik ke Filipina. "Saya tak akan putus harapan." Adapun soal kue, sehari sebelumnya ia bilang bahwa sebenarnya uang untuk pembuatan kue itu lebih baik dipakai buat membeli pakaian, makanan, dan membangun rumah-rumah orang miskin. Perayaan ulang tahun Marcos kali ini memang luar biasa. Harian Manila Bulletin -- koran terbesar di Filipina -- memuat ucapan "Ulang Tahun Ferdinand Marcos" sehalaman penuh, di halaman tengah. Sembilan gereja Manila mengadakan misa khusus, serta sedikitnya 50 gereja lain di luar kota mengadakan acara serupa. Presiden Aquino juga mengadakan jumpa pers. "Saya ucapkan selamat ulang tahun kepada Mister Ferdinand Marcos. Dan saya harap ia mengerti situasi Filipina saat ini," kata Cory. Sedang para pendukung Marcos pun mengirimkan potongan tart raksasa itu ke Hawaii, agar bekas presidennya mencicipi. Bukan hanya potongan kue yang diterima Marcos. Bertepatan dengan ulang tahunnya kali ini, ia juga mendapat mainan baru: Mercedes SFI antipeluru berwarna biru. Sebuah mobil sakti bikinan tahun 1985. Badannya berlapis baja, kaca tahan tembakan, punya telepon dan -- seperti mobil "spy" -- di bagian belakang dipasangi lampu penyilau mata. Sementara itu, menurut Gommo Trinidad, juru bicaranya, nyawa mantan presiden ini terancam. Para pendukung setianya menghadiahi Marcos sebuah mobil yang berharga selangit (150 ribu dolar AS) itu. Ongkos kirimnya dari daratan Amerika ke Hawaii saja 17 ribu dolar AS. Namun, bukan mobil atau semata dukungan, yang paling diharap Marcos. Seperti telah dikemukakannya berkali-kali, ia ngebet pulang. Paling tidak untuk menghadiri pemakaman ibunya. Tak aneh kalau di Filipina ramai beredar kabar bahwa Marcos akan pulang tahun ini juga. Bahkan sebelum ulang tahunnya dirayakan. Marcos pulang? Itu isu murahan yang sengaja ditiupkan untuk meyakinkan dunia bahwa Marcos masih punya banyak pendukung. Padahal, bekas presiden yang kini tidur di tempat pengasingannya, Honolulu-Hawaii, sebenarnya hanya punya seupil sisa pendukung. Mereka kebanyakan berasal dari daerah kelahirannya, Provinsi Ilocos Norte, yang terpana pada gaya Marcos. "Anda akan merasakan karisma dan daya pikatnya bila langsung bertemu muka," kata seorang wartawan senior Filipina. "Padahal, tingginya cuma sekitar 5 kaki 6 inci (158 cm)." Ferdinand E. Marcos lahir di Sarrat, dari keluarga terhommat. Ibunya, Josefa, anak seorang tuan tanah setempat yang kemudian menjadi guru SD. Yosefa menikah dengan pengacara yang juga politikus, Mariano Marcos. Sewaktu Ferdinand lahir, Mariano baru berusia 18 tahun. Amat muda untuk menjadi seorang bapak. "Karena itu, bayi Ferdinand harus disembunyikan di rumah, sampai ayahnya lulus SMA," tulis H. Spence, dalam buku riwayat hidup Marcos. Sebagai anak lelaki, Marcos muda bisa di banggakan keluarga. Dalam setiap kesempatan, ia selalu juara. Ia selalu menjadi murid terpandai. Saat usianya 10 tahun, kakeknya -- yang memiliki ribuan hektar tanah -- mengajari Marcos menembak, menunggang kuda dan menjerat binatang buruan. Sewaktu ayahnya menjadi gubernur di Davao, Mindanao, Ferdinand pun bertugas sebagai penembak rusa di sana. Marcos muda melanjutkan sekolahnya ke Universitas Filipina, pada fakultas hukum. Di situ prestasinya menggila. Untuk kegiatan ekstrakurikuler, Marcos terdaftar sebagai anggota tim gulat, tinju, dan renang. Ia pun seorang orator ulung. Selama berjam-jam para mahasiswa terpukau pada kemampuan Marcos mengayun kata di podium. Selain mampu berbicara pada tiga bahasa -- Inggris, Spanyol, dan Ilocano -- ia juga lihai bercerita dengan imajinasi tinggi. Kemampuan itu dipupuknya sejak kecil. Sampai-sampai Josefa, ibunya, khawatir, "jangan-jangan anakku menjadi penulis novel." September 1935 adalah bulan bersejarah bagi Marcos. Untuk meramaikan ulang tahunnya yang ke-18, Ferdinand mengadakan lomba menembak di antara kelompoknya. Ternyata, ia sendiri yang keluar sebagai jagoan, dengan pistol kaliber 8 inci. Tepat sembilan hari kemudian, pada malam yang pekat, sesosok bayangan berkelebat di tengah hujan lebat yang ditimpali angin kencang. Kemudian, terdengar suara tembakan. Lalu tengkuk Julio Nalundasan, musuh politik Mariano Marcos, mengucurkan darah. Padahal, sehari sebelumnya, para pengikut Julio sempat mengarak peti mati bertuliskan "Marcos" keliling kota Sarrat, yang kemudian mereka lemparkan ke rumah Mariano Marcos. Ferdinand langsung dituding sebagai pembunuh. Proses pengadilan perkara itu berlangsung tiga tahun, tapi Marcos tak pernah ditahan. Tiba-tiba tengah ia mengikuti kuliah sore, petugas muncul menciduknya dengan tuduhan salah tembak. Penangkapan Marcos menjadi pemberitaan ramai di koran-koran nasional. Marcos, Ketua Dewan Mahasiswa itu, diadili. Orang terkesima. Para wartawan berdesakan memenuhi ruang sidang yang sempit. Media massa mengobral gambar Marcos -- pengacara muda itu sendiri berapi-api membela diri. Sementara itu, ibunya, Josefa, setia menghadiri persidangan yang berlangsung selama dua bulan. "Ia bagai magnet tatkala berpidato membela dirinya sendiri," kata hakim. "Ia anak muda yang begitu cemerlang." Namun, mujur tak bisa diraih, bukti-bukti memberatkan Marcos. Hakim pun menjatuhkan hukuman 7 tahun. Dalam salah satu pembelaannya, Ferdinand Marcos menyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan itu. Argumentasi yang diucapkannya selama setengah jam menghajar seluruh pengunjung terharu bahkan sampai menangis terisak-isak. Termasuk pegawai pengadilan dan sang hakim sendiri. Toh Marcos muda tetap dijebloskan ke sel sempit tanpa jendela di penjara tua Lanag, yang berusia 200 tahun. Hanya untuk menyusun pembelaan bandingnya, ia dipindahkan ke ruang yang lebih besar yang bercahaya matahari. Pembelaan banding Marcos di sidang pengadilan tinggi tebalnya 830 halaman, terdiri atas 3 buku. Media massa waktu itu menilainya sebagai "bahan literatur bidang hukum". Marcos menyampaikannya dengan mengenakan baju putih, jas putih, celana putih, sepatu putih, yang amat kontras dengan hitam pakaian toga para hakim. Tak heran, sekali lagi ia menarik perhatian khalayak. Harian The Philippines Free Press, koran yang dianggap paling obyektif dan kritis, sampai memuat gambar Marcos di halaman depan. "Inilah Pahlawan Masyarakat." Tapi Marcos tetap dinyatakan bersalah. Perang Dunia II pecah. Ferdinand Marcos dikabarkan ikut andil sebagai pejuang gerilya Filipina, menentang tentara pendudukan Jepang. Pada April 1942, ia konon tertangkap oleh tentara Jepang di Bataan dan disiksa selama satu bulan. Setelah itu, menurut otobiografinya, For Every Tear a Victory, ia bergabung dengan tentara nasional Filipina. "Jenderal Douglas McArthur langsung menyematkan tanda jasa the Distinguished Service Cross ke dada Marcos karena jasanya menyelamatkan Bataan," tulis buku yang khusus dipersembahkan istrinya, Imelda, untuk ulang tahunnya pada tahun 1964. Tetapi kemudian bualan Marcos mulai tersingkap. Seperti diketahui, ia mempunyai kemampuan imajinasi yang tinggi. Marcos bisa cipoa terus hingga dongengnya dapat diterima sebagai sebuah kenyataan. Menurut Rumulo Manriques, seorang veteran perang Filipina, Marcos memang pernah ditahan tentara Jepang "tapi sebulan kemudian ia tak menjadi tentara. Ia malah berdagang di pasar gelap waktu itu," kata Manriquez yang pada November 1944 sampai Maret 1945 menjadi komandan Marcos. Soal bintang jasa langsung dari Jenderal MacArthur, ternyata, hanya isapan jempol. Jenderal AS yang terkenal dengan ucapannya "I shall return" itu tak menyebut nama Marcos sebagai pahlawan dalam bukunya Reminiscences. Dalam deretan daftar nama para pejuang AS atau Filipina yang memperoleh bintang jasa Distinguished Service Crosses -- yang disusun oleh kantor pusat Jenderal MacArthur di Tokyo -- nama Ferdinand Marcos tak disebut-sebut. Marcos juga tak segan-segan "ngibuli" dunia, tentang berapa banyak tanda jasa yang ia gondol. Disebutkan bahwa ia paling sedikit telah menerima 30 bintang jasa dan medali dari pemerintah Filipina dan AS. Malah ia mengaku menerima Congressional Medal of Honor bintang jasa tertinggi di AS. Sebagai etalase, Imelda membangun sebuah museum di rumah keluarga Marcos di Batac, khusus untuk suaminya tercinta. Uangnya diperoleh dari "sumbangan paksa" para pengusaha, kontraktor rekanan pemerintah. Di lantai atas museum ini, tegak sebuah lemari kaca besar yang menarik perhatian pengunjung. Di dalamnya tampak koleksi bintang jasa Marcos. Ada satu bagian yang dibiarkan kosong dalam lemari itu. Itulah tempat yang diperuntukkan bintang Congressial Medal of Honor yang sempat membuat malu keluarga Marcos. Ceritanya begini. Pada upacara pembukaan museum bertepatan dengan ulang tahun ke-60 Marcos, tanpa diundang hadirlah Henry Kamm, koresponden New York Times yang sedang menulis soal pengungsi Asia Tenggara. Di lantai dua, Henry melihat bintang jasa yang jarang diberikan pada warga non-AS. "Pak Presiden, benarkah Anda diberi tanda jasa ini?" tanyanya pada Marcos. Menyadari kepalsuannya terungkap, Marcos langsung memerintahkan seorang pengawalnya untuk menurunkan medali itu. Sampai kini tempat medali itu dibiarkan kosong. Selain lemari kaca, di dalam museum itu juga ditemukan beberapa patung Marcos. Patung-patung itu seukuran tubuhnya, berdiri, tersenyum, dan mengenakan beraneka warna dan ragam baju barong. Juga dijumpai sederetan foto, ketika orang kuat dan istrinya itu bersalaman dengan para tokoh dunia. Termasuk dengan Yasser Arafat, Presiden Carter, Muammar Qadhafi, dan sudah tentu dengan pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Yohanes Paulus II. Waktu itu Imelda sengaja berlama-lama mencium tangan Paus, sampai lampu blitz para wartawan berhenti berkilat. Museum itu belakangan masih banyak dikunjungi orang. Sebab, di lantai bawah kini bersemayam mayat ibunda tercinta, Dona Josefa Edralin Marcos, yang meninggal April lalu. Mayat Dona Josefa sampai dibalsem dua kali oleh seorang ahli balsem keluarga Marcos, agar tahan sampai akhir tahun ini. Hal ini sengaja dilakukan agar Ferdinand Marcos diizinkan pulang untuk menghadiri penguburan ibunya. Para pendukung Marcos dari Manila berduyun-duyun ke desa kecil itu untuk menghadiri pembukaan peti mayat Lola (nenek) Josefa, setiap pagi. Barba Edralin Marcos, adik perempuan Presiden Marcos, yang memimpinnya. Para pendukung dan keluarga Marcos dari Manila betah berada di Batac dan Laoag, di rumah pendukung lainnya. Maklum, makan gratis, dan konon diberi uang saku. Lama-lama pihak Pemda Laoag kesal, dan memulangkan mereka ke Manila. "Habis, banyak keluhan dari penduduk sini. Mereka mengotori dan membuat gaduh bukan hanya di halaman rumah Marcos tapi juga di rumah-rumah penduduk lainnya," kata Wali Kota Ernesto L. Tamayo pada TEMPO. Kebohongan Marcos komplet terkumpul dalam buku biografinya yang berjudul For Every Tear a Victory karangan Hartzell Spence. Sampai judulnya pun mengandung tipu muslihat. Soalnya, judul itu dipersembahkan kepada ibunya yang konon -- menurut Marcos -- selalu menangis mengingat ayahnya yang mati digorok tentara Jepang. "Ibu, aku berjanji. Setiap tetes air matamu adalah sebuah kemenangan," ujar Marcos. Padahal, banyak orang tahu, ketika Jepang masuk ke Laoag pada tahun 1942, Mariano Marcos malah menjadi tukang propaganda Jepang yang meyakinkan. Kembali menunjuk zaman Jepang, Ferdinand Marcos mengaku pernah menjadi komandan gerilyawan Filipina bernama 'Ang Manga Maharlika'. Untuk meyakinkan dunia, ia menyusun suatu dokumen berisi sejarah perjuangan Maharlika yang konon anggotanya mencapai 8.300 orang. Sampai-sampai salah satu bagian dari Istana Malacanang dinamai Maharlika. Padahal menurut data pihak AS, Maharlika tak lebih dari "sebuah perusahaan mesin tulis" yang anggotanya cuma sekitar 100 orang. Kegiatannya tak menonjol, kecuali hanya "mengompas" penduduk dan tawanan Jepang. Setelah perang usai, Marcos memulai karier di bidang politik. Sejak itu ambisi Marcos untuk menjadi politikus menonjol. "Jikalau Saudara-Saudara memilih saya sebagai anggota kongres agar saya bergaji 75 ribu peso," katanya, "jangan pilih saya." Massa pun gemuruh menyambutnya. "Pilihlah saya sebagai anggota kongres sekarang. Saya jamin dalam dua puluh tahun lagi seorang putra Ilocano akan menjadi presiden Filipina," ujarnya berapi-api dalam kampanye pertama tahun 1949. Ia pun terpilih sebagai anggota kongres termuda waktu itu: 32 tahun. Ternyata, Marcos hanya butuh waktu 16 tahun -- bukan 20 tahun -- untuk bisa menduduki kursi kepresidenan. Mariano, ayah Marcos, pernah memberi wejangan ketika "tukang kibul" ini habis berantem dengan anak-anak kampung di masa muda. "Kalau kamu tak yakin menang, jangan bertarung," kata Mariano. "Pilih taktik jitu sebelum mengalahkan lawan." Rupanya, resep itu tak pernah dilupakan Marcos muda. Dalam empat kali pemilu, ia tak pernah kalah. Walaupun sudah jadi rahasia umum, tak sedikit doku yang dikeluarkan Marcos untuk mengatur kemenangan itu. Akal bulus itu tetap dipraktekkan hingga kini. Kaum loyalis Marcos, kebanyakan dari kampung halamannya, mendapat uang saku 800 peso seorang (sekitar Rp 7.000) bila mau pergi ke Manila untuk berteriak-teriak menuntut Marcos agar diizinkan kembali ke Filipina. Mengenakan kaus merah, mereka naik bis menuju ibu kota. Tapi, "banyak di antaranya turun di tengah jalan, kembali ke Laoag," ujar Juliet Pascual, seorang wartawan Laoag yang pernah mengikuti arus pendukung Marcos.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini