Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KELUAR dari Pintu 2F, Joko Widodo diserbu penumpang di terminal kedatangan dalam negeri Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Terminal pesawat yang sibuk pada Rabu pekan lalu itu bertambah riuh dengan kehadirannya. Wali Kota Solo ini memboyong keluarga besarnya ke Ibu Kota sehari menjelang pencoblosan putaran kedua pemilihan Gubernur Jakarta.
Setelah bersalaman dan foto-foto, Jokowi ngeloyor menuju pangkalan taksi. Sang kandidat menyapa para sopir, bersalaman, dan membiarkan dia jadi obyek foto-foto. "Ini silaturahmi dengan saudara-saudara saya, teman-teman taksi minta ditengok," kata Jokowi, terus melempar senyum. Lima belas menit mengobrol, calon yang diajukan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Gerindra itu pamit. Ia melempar handuk putih kecil bertulisan namanya.
Bukan kunjungan tiba-tiba, sopir taksi merupakan salah satu kelompok yang digarap tim sukses Jokowi sejak putaran pertama pemilihan Gubernur Jakarta, Juli lalu. Menurut seorang politikus, tim Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mendekati para pengemudi ini. Sopir taksi dipilih karena merasakan langsung kemacetan jalanan Jakarta setiap hari. "Asumsinya, mereka tak akan suka Fauzi Bowo," katanya, menyebutkan gubernur inkumben yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli itu.
Fauzi Bowo dituding tak berhasil mengurai kemacetan sejak ia memimpin Jakarta pada 2007. Hal ini dimanfaatkan penantangnya. Sentimen negatif terhadap Fauzi itu diharapkan menular kepada penumpang taksi melalui para sopir tersebut. Penumpang taksi, menurut dia, merupakan kelompok menengah yang merasakan kemacetan setiap pergi dan pulang kerja.
Denny Iskandar, sekretaris tim sukses Jokowi, mengatakan sopir taksi merupakan golongan masyarakat yang secara sukarela membantu timnya. Ia tidak menyebutkan secara spesifik adanya penggarapan kelompok itu. Yang jelas, menurut dia, "Keaktifan sopir taksi itu menunjukkan strategi kami turun ke bawah berhasil."
Strategi menggarap kalangan menengah ke bawah berhasil mendorong perolehan suara Jokowi, yang berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama. Hasil exit poll Saiful Mujani Research & Consulting pada hari pemilihan menunjukkan sebagian besar pemilih yang berpenghasilan lebih dari Rp 3 juta dan punya kendaraan memberikan suara buat Jokowi.
Eep Saefulloh Fatah, Direktur PolMark Indonesia yang menjadi konsultan politik Jokowi, mengatakan, "Kami percaya diri: kalangan menengah ke atas akan enggan memilih Foke-Nara. Mereka cenderung memilih Jokowi-Basuki atau golput."
Maka, menurut Eep, pertarungan sesungguhnya antara Jokowi dan Fauzi adalah perebutan dukungan kelas menengah-bawah. Menurut sejumlah survei, kelompok ini cenderung memilih Fauzi. Perebutan pemilih kelompok ini memanas karena isu agama dan ras, yang marak pada bulan puasa hingga menjelang pemilihan putaran kedua.
Jokowi digosipkan punya ibu beragama Katolik, sementara Basuki atau Ahok dipersoalkan karena keturunan Tionghoa. Di masjid-masjid dan forum pengajian, para ustad mengimbau jemaahnya memilih "pemimpin yang seiman". "Isu agama dan ras tak akan berpengaruh di kelas menengah-atas, tapi sangat signifikan di kelas bawah," ujar Eep.
Strategi menyasar kelas bawah untuk membalikkan kampanye negatif itu adalah dengan menyambangi kantong-kantong pendukung Fauzi. Tim juga mengedarkan foto-foto Jokowi sekeluarga sedang menjalani umrah. Jokowi menyebut strategi turun ke kelas bawah basis lawannya sebagai umpan lambung atau umpan panjang.
Ketika kampanye putaran pertama, ia menyebut strateginya dengan melempar umpan pendek seperti tiki-taka ala gaya permainan tim nasional sepak bola Spanyol. Umpan pendek itu adalah mengenalkan diri ke kelas menengah Jakarta secara acak. Terbatasnya waktu karena harus bolak-balik Jakarta-Solo ia siasati dengan memilih 77 kelurahan-dari 267-yang berkategori kelas menengah.
Menjelang putaran kedua, Jokowi menyambangi kelurahan miskin, pasar becek, atau masjid yang jemaahnya sebagian besar memilih pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli di ronde pertama. Keterbatasan waktu ia siasati lewat berdialog dengan masyarakat melalui percakapan jarak jauh menggunakan Skype. "Tim sukses dan relawan yang menyiapkan konferensi dan mengumpulkan warga di kantor kelurahan," kata Eep.
Berbeda dengan saat kampanye putaran pertama, Jokowi tak berpidato tiap kali datang ke basis pemilih Fauzi. Ia hanya diam mendengarkan keluhan-keluhan warga setempat tentang fasilitas umum dan keinginan mereka untuk perbaikan lingkungannya. Begitu juga saat berdialog secara virtual, dialah yang bertanya apa yang mesti ia lakukan untuk memperbaiki lingkungan itu. "Ini memang sudah kami ukur, pidato tak perlu," ujarnya.
Hasilnya tak diragukan. Dalam hitung cepat satu jam setelah semua tempat pemungutan suara ditutup Kamis sore pekan lalu, enam lembaga survei menyatakan Jokowi menang dengan membukukan rata-rata 56 persen suara. Dari enam wilayah Jakarta, Fauzi hanya menang telak di Kepulauan Seribu, daerah dengan jumlah pemilih terkecil. Penduduk wilayah ini tak pernah menghadapi macet, tapi merasakan program jaminan kesehatan dan pendidikan gratis.
Perhitungan tim Jokowi terbukti: isu agama tak menggerogoti pendukungnya. Hasil exit poll menunjukkan sekitar 31,8 persen pemilih menentukan pilihan berdasarkan alasan program. Sekitar 21,6 persen pemilih mencoblos gambar kandidat berdasarkan alasan "paling memperjuangkan kepentingan rakyat kecil". Hanya sekitar 12,6 persen pemilih mendukung salah satu calon berdasarkan alasan "mewakili agama yang saya anut".
Pendukung Jokowi juga terbukti solid. Sekitar 92 persen pemilihnya pada putaran pertama tidak mengalihkan dukungan. Jokowi juga memperoleh limpahan separuh lebih pemilih Faisal Basri-Biem Benjamin dan Alex Noerdin-Nono Sampono. Pasangan Jokowi-Basuki juga mampu menarik simpati mereka yang pada dua pekan lalu belum menentukan pilihan.
Survei Tempo bekerja sama dengan Lembaga Survei Indonesia pada 2-7 September 2012 menunjukkan sekitar 9,7 persen responden belum menentukan pilihan. Pada saat itu, Jokowi hanya unggul tipis. "Tapi karakteristik yang belum menentukan pilihan ini mirip pemilih Jokowi: muda, berpendidikan tinggi, punya mobil atau motor," kata Burhanuddin Muhtadi, Direktur Komunikasi LSI.
Eep menyatakan tim Jokowi merasa perlu menjaga basis pemilih kalangan muda. Tim juga menyasar kelompok muda yang sebagian besar tidak ikut memilih pada putaran pertama. Berbagai aksi kampanye kreatif yang dilakukan sejumlah kelompok dianggap sangat membantu. Di antaranya satu klip video yang paling menarik perhatian pengakses YouTube, yaitu parodi lagu What Makes You Beautiful dari boyband One Direction. Video itu dibuat Cameo Productions dan ditebar lewat lini masa Twitter dan Facebook yang dikelola Jokowi-Ahok Social Media Volunteers atawa Jasmev.
Urusan monitoring media sosial dikelola satu tim kecil anak-anak muda penggila teknologi informasi asal Solo, Yogyakarta, dan Semarang. Mereka menciptakan program khusus untuk monitoring, yang hasilnya dilaporkan ke Jokowi.
Di Jakarta, menurut Eep, seorang pengamat dan penggiat media sosial banyak membantu. Ia juga pemilik jaringan radio dan perusahaan komunikasi. Mereka berkoordinasi dengan PolMark di dua poros: Solo-Jakarta.
Meski tak digarap khusus, pemilih kelas menengah-atas dipelihara melalui pertemuan-pertemuan dengan para tokoh Jakarta. Misalnya, ketika Partai Keadilan Sejahtera mengumumkan berkoalisi dengan Fauzi, Jokowi memilih buka puasa bersama pensiunan pejabat Pemerintah Provinsi Jakarta. Seusai pertemuan, muncul deklarasi "Pensiunan Pemprov Jakarta Mendukung Jokowi-Ahok".
Toh, pendukung Fauzi menganggap tambahan suara untuk kandidat yang diusung Partai Demokrat dan sejumlah partai lain itu lebih besar daripada tambahan suara untuk Jokowi. "Tambahan suara ke Fauzi hampir 13 persen atau sekitar satu juta," kata Widdi Aswindi, Direktur Eksekutif Jaringan Suara Indonesia, konsultan politik Fauzi.
Widdi mengakui timnya tak bisa menjangkau lapisan terbawah pemilih dan meyakinkan mereka agar mencoblos gambar Fauzi. Dibanding putaran pertama, strategi tim sukses Fauzi jauh lebih terarah. Sampai tiga hari menjelang pemilihan, mereka punya 2.400 pos sukarelawan di tingkat rukun warga. "Kekurangan kami cuma satu: tak bisa memenangi media," ujarnya.
Berita-berita buruk tentang Fauzi, seperti pengaduan guru-guru yang mengaku diarahkan agar memilih inkumben, pada tiga hari masa tenang turut mempengaruhi undecided voters. Mereka, menurut survei Saiful Mujani, memilih Jokowi karena menganggap ia lebih bersih dibanding Fauzi Bowo.
Pada Kamis sore, di markas tim suksesnya, Jalan Borobudur 22, Jakarta Pusat, semua pendukung Jokowi bersuka ria. Lagu grup musik Queen, We Are the Champions, dinyanyikan bersama. Sebagian besar mengenakan kemeja kotak-kotak, yang justru telah ditanggalkan Jokowi sebelum ia menemani Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri ke tempat pemungutan suara. Mereka merayakan kemenangan.
Suasana itu kontras dengan ketegangan yang merayapi rumah dinas gubernur di Jalan Taman Suropati, beberapa kilometer dari tempat tersebut. Di ruang tamu, Fauzi Bowo dan timnya lekat-lekat menatap layar monitor besar yang memampangkan hasil hitung cepat oleh Jaringan Suara Indonesia. Selain Nachrowi Ramli, hadir bekas Menteri Otonomi Daerah Ryaas Rasyid dan tokoh pendidikan Arif Rachman Hakim, besan Fauzi.
Jam menunjukkan pukul 13.30 ketika jumlah suara sampel yang masuk melewati 20 persen. Fauzi tiba-tiba berseru, "We lose." Ia lalu memanggil tiga anak dan menantu serta tujuh cucunya. Kepada mereka, Fauzi berkata, "Kokong kalah, this is a very sad moment, but we must looking forward." Anak-anak 2-7 tahun itu bergantian merangkul kakek mereka. Ada juga yang menangis.
Fauzi lalu beranjak ke ruang sebelah. Di sana, anggota tim sukses lebih banyak lagi berkumpul. "Maaf, saya tak mampu memenuhi wacana dan harapan Jakarta," ujarnya. Beberapa anggota timnya bereaksi dengan emosional. Arif Rachman lalu meredamnya dengan mengatakan bahwa Fauzi dan timnya harus menerima kekalahan itu dengan legawa. "Betul, mungkin ada yang salah di tim kita," kata Fauzi.
Ia lalu meminta Widdi Aswindi menelepon Jokowi. Ketika itu, jumlah suara masuk hitung cepat hampir 80 persen. "Mas Jokowi, selamat atas kemenangan ini. Saya berdoa semoga Anda dan Pak Basuki sukses. Ini kembang demokrasi. Saya titip Jakarta, semoga lebih baik dan lebih maju," kata Fauzi, seperti dituturkan Widdi.
Sesaat Fauzi berhenti bicara dan mendengarkan omongan Jokowi di seberang. "Baik, baik, Mas Jokowi, hanya itu yang ingin saya sampaikan." Ia lalu berbalik ke timnya dan minta disediakan kertas dan pulpen untuk mencatat poin-poin pidato yang akan ia sampaikan di hadapan wartawan. Setelah ganti baju, Fauzi dan timnya meluncur ke markas mereka di Jalan Diponegoro 61. Di sana, ia mengumumkan kekalahannya.
Bagja Hidayat, Amandra Megarani, Ananda Teresia, Martha Thertina
Golongan Penentu Kemenangan
Kelompok menengah disebut-sebut menjadi penentu kemenangan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama dalam putaran kedua pemilihan kepala daerah DKI Jakarta, Kamis pekan lalu. Inilah kelas berpunya yang menginginkan perubahan tapi tak bingung menentukan pilihan. Mereka kerap dicibir malas ke bilik suara. Jokowi diyakini berhasil membujuk kelas ini, yang berdasarkan hasil sigi Lembaga Survei Indonesia dua pekan sebelum pencoblosan jumlahnya 9,7 persen dari total pemilih. Berikut ini hasil exit poll yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting.
Putaran I
Survei LSI-Tempo
Putaran II
Peralihan Suara
Gender
Laki-laki:
Perempuan
Alasan Memilih
Program-program yang dijanjikan paling meyakinkan
Paling memperjuangkan kepentingan rakyat kecil
Mewakili agama yang saya anut
Orangnya jujur
Anggota keluarga semua memilih cagub tersebut
Paling mudah diingat
Mewakili suku/etnis saya
Pernah ketemu langsung
Berasal dari partai politik yang saya dukung
Anjuran pemuka agama di daerah sini
Paling memperjuangkan kepentingan perempuan
Tidak tahu/tidak jawab
Karakteristik Warga
Keterangan:
Exit poll dilakukan di 400 tempat pemungutan suara, yang dipilih secara acak dan proporsional di seluruh kota DKI Jakarta. Responden adalah dua orang yang keluar di tiap tempat pemungutan suara terpilih: satu lelaki dan satu perempuan. Jumlah responden yang diwawancarai 740 orang. Margin of error 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo