MEMASUKI minggu kedua sejak kecelakaan pesawat Twin Otter
Merpati itu terjadi, belum juga diketahui nasib para penumpang
yaag sebelumnya dikabarkan cedera. Hasan Tawil mengungkapkan
ketika pesawat beberapa saat tersangkut di pohon ada seorang
penumpang wanita yang terlempar keluar dan menyangkut pula di
pohon. Wanita itu kemudian terjatuh ke tanah dan meninggal.
Penumpang yang lain, dr. Dwi, disebutkan juga mengalami nasib
serupa. Tapi dokter Puskesmas di Toli-Toli yang habis
mengantarkan isterinya (seorang internis) untuk melahirkan di
Jawa, tak sabar melihat tubuhnya terlalu lama menyangkut di
cabang pohon. Ia meloncat ke bawah, dengan ketinggian sekitar 30
meter. Dikabarkan ia termasuk di antara 2 orang penumpang yang
tewas.
Akan halnya Koresponden TEMPO Husni Alatas dan isterinya,
menurut Hasan Tawil, "tak bisa dipastikan kecelakaan macam apa
yang dideritanya". Kata Hassan: "Husni mungkin patah tulang kaki
atau mungkin juga hanya terkilir. Nyonya Husni meng alami patah
lengan".
Sesaat setelah pesawat membentur tanah Hasan Tawil yang duduk di
belakang Husni masih sempat menolong membukakan tali pengikat
pinggang koresponden TEMPO itu. Bersamabeberapa penumpang
lainnya mereka keluar dari pesawat. "Pada saat itulah Husni
terjatuh", tutur Hasan, "karena kakinya tak kuat.lagi berdiri".
Tapi adalah Husni Alatas pula bersama pilot Anwar yang
menyarankan agar Hasan Tawil dan ko-pilot Masykur segera
meninggalkan tempat kecelakaan dan mencari pertolongan terdekat.
Husni Alatas (37 tahun) adalah putera tertua dari A. Alatas (73
tahun) seorang pengusaha di Toli-Toli. Kunjungannya ke Toli-Toli
adalah dalam rangka perjalanan jurnalistik yang diselenggarakan
Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah menjelang ulang tahun propinsi
ini 13 April lalu. Isterinya, Nyonya Rosni Alatas Marunduh,
turut serta dengan suaminya karena sudah kangen dengan sang
mertua laki-laki. (Ibu Husni, yaitu Nyonya A. Alatas, tinggal
bersama beberapa anaknya yang lain di Ujung Pandang). Husni dan
Rosni menikah sejak tahun 1967 dan telah dikaruniai seorang
puteri, Puteri Any Alatas (10 tahun) dan seorang putera Arif
Budiman Alatas (5 tahun). Beberapa saat setelah mendengar kedua
orang tuanya masih hidup dalam kecelakaan pesawat itu, Puteri
Any Alatas menitipkan surat bagi ayah dan ibunya, bersama
pakaian dan sejumlah makanan yang disiapkan keluarga Marunduh.
Melalui heli surat dan kiriman itu dijatuhkan beberapa hari lalu
di sekitar tempat kecelakaan. Dalam surat itu Any meminta
ketabahan hati kedua orang tuanya agar tetap hidup dan dapat
berkumpul lagi dengan keluarga. "Any dan Arif selalu menunggu
papa dan mama", tulis Any menutup suratnya.
Bermain-main
Beberapa saat setelah pesawat jatuh masi'n ada beberapa orang
penumpang yang masih bisa berdiri. Tapi kebanyakan di antaranya
hanya mampu merangkak. Memang kata Hasan ada penumpang yang mati
mendadak. Tak lama setelah itu hujan deras turun, para penumpang
berteduh di bawah kepingan pesawat atau di bawah pepohonan. Pada
malam hari api memang tak dinyalakan karena bahan bakar
terhambur ke mana-mana.
Teki Angjaya bersama 5 anggota keluargnya termasuk di antara 23
penumpang pesawat itu. Teki adalah seorang pengusaha di Manado.
Bersama isteri, 2 orang anaknya dan 2 orang saudara sepupunya
pada waktu itu hendak merayakan pesta ceng beng (ziarah ke
kuburan leluhur tiap tanggal 5 April) di Toli-Toli. Teki alias A
Tek disebutkan sehat-sehat saja pada saat kecelakaan itu
terjadi. Bahkan dua orang anaknya (10 dan 7 tahun) beberapa saat
kemudian mulai bermain-main dan mencoba mencari
kacamata-kacamataan mereka yang hilang di sela reruntuhan
pesawat.
Tatkala Teki melihat di kejauhan ada kampung, si suami pamit
kepada isteri dan anak-anaknya untuk menuju ke tempat itu
meminta bantuan. Ternyata sampai laporan ini diturunkan ia belum
ditemukan oleh tim pencari.
Seperti halnya A Tek, belum juga diketahui nasib Sugiono, Kepala
BNI Cabang Toli-Toli. Ia salah seorang penumpang dari Palu yang
menurut beberapa sumber mengawal uang tunai berjumlah Rp 300
sampai Rp 500 juta. Pesawat itu juga membawa uang Rp 50 juta
milik BDN Toli-Toli kiriman BDN Palu. Diduga Sugiono memisahkan
diri dari teman-teman senasibnya. Di samping untuk mencari
bantuan, juga untuk mengamankan uang yang dibawanya.
Adakah para penumpang yan selamat itu akan meninggal karena
kelaparan? Mungkin - mudah-mudahan - tidak. Di antara muatan
pesawat pada waktu itu terdapat sepeti buah apel sepeti minuman
kaleng yang dibawa Teki Angjaya untuk persiapan pesta ceng beng.
Di samping itu terdapat pula 3 kantong gulaula milik mertua
Kakanwil P&K Sulawesi Tengah. Tentu juga masih terdapat
makanan-makanan lainnya sebagai bawaan penumpang lainnya, di
samping persediaan makanan pesawat itu sendiri.
Diduga jika pilot Anwar membagi makanan itu secara rata dan
teratur berbagai jenis makanan itu akan cukup bagi para
penumpang tadi sampai 3 hari. Hari-hari selanjutnya mereka dapat
mempertahadkan hidup dari minum air, yang sumbernya tak begitu
sulit didapat. Lebih-lebih karena hujan sering turun. Hasan
Tawil dan kopilot Masykur sendiri sepanjang perjalanan mereka
sebelum bertemu dengan penduduk, hanya memakan permen dan minum
air sungai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini