Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Masih ada apel ceng beng

Lokasi kecelakaan pesawat twin otter mna telah di ketahui. tapi beberapa penumpang yang dikabarkan selamat, masih ada yang belum ditemukan. nasib koresponden tempo husni alatas masih belum jelas.

16 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEMASUKI minggu kedua sejak kecelakaan pesawat Twin Otter Merpati itu terjadi, belum juga diketahui nasib para penumpang yaag sebelumnya dikabarkan cedera. Hasan Tawil mengungkapkan ketika pesawat beberapa saat tersangkut di pohon ada seorang penumpang wanita yang terlempar keluar dan menyangkut pula di pohon. Wanita itu kemudian terjatuh ke tanah dan meninggal. Penumpang yang lain, dr. Dwi, disebutkan juga mengalami nasib serupa. Tapi dokter Puskesmas di Toli-Toli yang habis mengantarkan isterinya (seorang internis) untuk melahirkan di Jawa, tak sabar melihat tubuhnya terlalu lama menyangkut di cabang pohon. Ia meloncat ke bawah, dengan ketinggian sekitar 30 meter. Dikabarkan ia termasuk di antara 2 orang penumpang yang tewas. Akan halnya Koresponden TEMPO Husni Alatas dan isterinya, menurut Hasan Tawil, "tak bisa dipastikan kecelakaan macam apa yang dideritanya". Kata Hassan: "Husni mungkin patah tulang kaki atau mungkin juga hanya terkilir. Nyonya Husni meng alami patah lengan". Sesaat setelah pesawat membentur tanah Hasan Tawil yang duduk di belakang Husni masih sempat menolong membukakan tali pengikat pinggang koresponden TEMPO itu. Bersamabeberapa penumpang lainnya mereka keluar dari pesawat. "Pada saat itulah Husni terjatuh", tutur Hasan, "karena kakinya tak kuat.lagi berdiri". Tapi adalah Husni Alatas pula bersama pilot Anwar yang menyarankan agar Hasan Tawil dan ko-pilot Masykur segera meninggalkan tempat kecelakaan dan mencari pertolongan terdekat. Husni Alatas (37 tahun) adalah putera tertua dari A. Alatas (73 tahun) seorang pengusaha di Toli-Toli. Kunjungannya ke Toli-Toli adalah dalam rangka perjalanan jurnalistik yang diselenggarakan Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah menjelang ulang tahun propinsi ini 13 April lalu. Isterinya, Nyonya Rosni Alatas Marunduh, turut serta dengan suaminya karena sudah kangen dengan sang mertua laki-laki. (Ibu Husni, yaitu Nyonya A. Alatas, tinggal bersama beberapa anaknya yang lain di Ujung Pandang). Husni dan Rosni menikah sejak tahun 1967 dan telah dikaruniai seorang puteri, Puteri Any Alatas (10 tahun) dan seorang putera Arif Budiman Alatas (5 tahun). Beberapa saat setelah mendengar kedua orang tuanya masih hidup dalam kecelakaan pesawat itu, Puteri Any Alatas menitipkan surat bagi ayah dan ibunya, bersama pakaian dan sejumlah makanan yang disiapkan keluarga Marunduh. Melalui heli surat dan kiriman itu dijatuhkan beberapa hari lalu di sekitar tempat kecelakaan. Dalam surat itu Any meminta ketabahan hati kedua orang tuanya agar tetap hidup dan dapat berkumpul lagi dengan keluarga. "Any dan Arif selalu menunggu papa dan mama", tulis Any menutup suratnya. Bermain-main Beberapa saat setelah pesawat jatuh masi'n ada beberapa orang penumpang yang masih bisa berdiri. Tapi kebanyakan di antaranya hanya mampu merangkak. Memang kata Hasan ada penumpang yang mati mendadak. Tak lama setelah itu hujan deras turun, para penumpang berteduh di bawah kepingan pesawat atau di bawah pepohonan. Pada malam hari api memang tak dinyalakan karena bahan bakar terhambur ke mana-mana. Teki Angjaya bersama 5 anggota keluargnya termasuk di antara 23 penumpang pesawat itu. Teki adalah seorang pengusaha di Manado. Bersama isteri, 2 orang anaknya dan 2 orang saudara sepupunya pada waktu itu hendak merayakan pesta ceng beng (ziarah ke kuburan leluhur tiap tanggal 5 April) di Toli-Toli. Teki alias A Tek disebutkan sehat-sehat saja pada saat kecelakaan itu terjadi. Bahkan dua orang anaknya (10 dan 7 tahun) beberapa saat kemudian mulai bermain-main dan mencoba mencari kacamata-kacamataan mereka yang hilang di sela reruntuhan pesawat. Tatkala Teki melihat di kejauhan ada kampung, si suami pamit kepada isteri dan anak-anaknya untuk menuju ke tempat itu meminta bantuan. Ternyata sampai laporan ini diturunkan ia belum ditemukan oleh tim pencari. Seperti halnya A Tek, belum juga diketahui nasib Sugiono, Kepala BNI Cabang Toli-Toli. Ia salah seorang penumpang dari Palu yang menurut beberapa sumber mengawal uang tunai berjumlah Rp 300 sampai Rp 500 juta. Pesawat itu juga membawa uang Rp 50 juta milik BDN Toli-Toli kiriman BDN Palu. Diduga Sugiono memisahkan diri dari teman-teman senasibnya. Di samping untuk mencari bantuan, juga untuk mengamankan uang yang dibawanya. Adakah para penumpang yan selamat itu akan meninggal karena kelaparan? Mungkin - mudah-mudahan - tidak. Di antara muatan pesawat pada waktu itu terdapat sepeti buah apel sepeti minuman kaleng yang dibawa Teki Angjaya untuk persiapan pesta ceng beng. Di samping itu terdapat pula 3 kantong gulaula milik mertua Kakanwil P&K Sulawesi Tengah. Tentu juga masih terdapat makanan-makanan lainnya sebagai bawaan penumpang lainnya, di samping persediaan makanan pesawat itu sendiri. Diduga jika pilot Anwar membagi makanan itu secara rata dan teratur berbagai jenis makanan itu akan cukup bagi para penumpang tadi sampai 3 hari. Hari-hari selanjutnya mereka dapat mempertahadkan hidup dari minum air, yang sumbernya tak begitu sulit didapat. Lebih-lebih karena hujan sering turun. Hasan Tawil dan kopilot Masykur sendiri sepanjang perjalanan mereka sebelum bertemu dengan penduduk, hanya memakan permen dan minum air sungai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus