Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Hua kuo-feng dan kacang merah

Bisnis di bidang bursa komoditi makin maju dan me narik. komoditi yang diperdagangkan ialah kacang merah, kepompong kering, sutera kasar, benang rayon, katun, wol dan kacang putih.

16 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETIAP waktu bisa . . . Betul, boleh Rp 1 juta minimum. Tapi sebaiknya Rp 5 juta paling sedikit . . . Ya, sebagai permulaan bapak coba Rp 5 juta saja dulu . . . Red beans sedang lesu". Ini adalah percakapan telepon yang terdengar di PT Dharma Unicus, suatu perusahaan broker (perantara) di bidang bursa komoditi, minggu lalu. Salah seorang penasehatnya, selalu disebut adviser, berbicara dengan seseorang yang berrinat menjadi nasabah di PT itu. Sementara itu, adviser di PT Duta Komoditi Indra menerima panggilan telepon dari nasabahnya di Semarang. Nasabahnya itu rupanya bingung mendengar harga kacang merah (red beans) cenderung menurun, lantas bertanya apakah sudah waktunya untuk segera menjual. "Baik kita tunggu dua hari lagi", jawab adviser itu. Dharma Unicus membuka usaha bursa komoditi ini yang pertama di Jakarta hampir dua tahun lalu, sedang Duta Komoditi Indra terakhir muncul bulan lalu. Ada empat perusahaan lainnya semacam itu di Jakarta: PT Multi Pertiwi, PT Tri Daya Artha Universal, PT Utama Growth dan PT World Utama Traders. Main Kayu Kelihatan tanda-tanda bahwa bisnis di bidang bursa komoditi makin maju dan menarik, hingga segera akan muncul pula perusahaan ke-7: PT Pelangi Nusantara Trading. Mereka seakan-akan mendorong iklim untuk berspekulasi, tapi pasti mereka membiasakan publik mengenal cara bursa bekerja, yang mungkin ada faedahnya menjelang lahirnya Pasar Modal, tempat berbagai saham perusahaan diperjual-belikan orang, di DKI ini. Setiap perusahaan merahasiakan identitas nasabahnya maupun mengenai berapa jumlah yang diperdagangkannya. Tapi umumnya mereka berusaha menarik golongan klas menengah yang ditaksir ingin mencari tambahan penghasilan. "Anda misalnya cuma dapat untung 2% sebulan paling tinggi dari deposito berjangka", kata adviser dari PT World Utama Traders. "Di sini mungkin anda bisa untung 15%, bahkan bisa 20%". Sungguh orang akan tergiur. Tapi ada perusahaan, seperti PT Multi Pertiwi, yang menasehatkan supaya jangan "berdagang dengan tabungan anda yang sedikit" atau bila anda tidak memiliki "keberanian untuk berspekulasi". "Berdagang dengan tabungan" itu pernah dialami seorang dokter. Dengan uang Rp I juta, dokter itu tertarik pada resep adviser dari suatu perusahaan bursa. Dalam dua pekan saja modalnya bertambah mencapai Rp 1,5 juta. Tapi kemudian si adviser melapor bahwa modal dokter menurun, malah ia diminta supaya menyetor Rp 1 juta lagi. Adviser rupanya "main kayu", menjual dan membeli tanpa seizin dokter. Akhirnya modal dokter dinyatakan habis. Rosihan Jika keliru memilih adviser, risiko memang besar, terutama bila nasabah adalah orang awam. Tiap perusahaan berusaha mengumpulkan tenaga penasehat yang tajam menganalisa posisi pasar. Mereka saling membeli dan berebutan advisers. Rosihan Nazwar, kini presdir PT Duta Komoditi Indra, memulai kariernya sebagai adviser di PT Dharma Unicus. Banyak tenaga yang pernah dilatih di Dharma Unicus kini dijumpai pula bertebaran di perusahaan lain yang tumbuh kemudian. Meskipun begitu, tenaga baru yang berbakat selalu muncul. Kini Dharma Unicus tampaknya masih mempunyai cadangan advisers, antara lain Anis Ibrahim, bekas tokoh mahasiswa. Di setiap perusahaan bursa yang ada di Jakarta ini, orang pasti menjumpai aneka-ragam angka terpampang luas dipapan tulis. Ada pula perusahaan yang memakai angka tempel, tanpa kapur. Semua angka itu bisa berobah selalu, malah sampai 6 kali berobah sehari untuk kacang merah Komoditi lainnya yang diperdagangkan ialah kepompong kering, sutera kasar, benang rayon, benang katun, benang wol dan kacang putih. Semua perdagangan mereka berpedoman pada harga bursa di Jepang. Umumnya perusahaan broker di DKI ini mewakili, sebagai agen atau pun subagen,para anggota bursa komoditi di negeri sakura itu. Sebagian kecil saja nasabah yanglangsung terlibat secara fisik dengan perdagangan komoditi. Sebagian besar mengikutinya tanpa harus mengimporekspornya. Tiap nasabah bisa turut berdagang cuma dengan menyediakan 5% saja dari harga komoditi. Namun, semua broker di sini mengharuskan nasabah menyetor sedikitnya Rp 1 juta. Dengan demikian nasabah membuka rekening pada perusahaan broker. Neracanya akan berobah secara otomatis mengikuti perputaran jual-beli yang dilakukannya. Nasabah yang bukan ahli memerlukan nasehat untuk mengambil keputusan. Walaupun ia ahli, jasa konsultan diperlukannya dalam usaha mengurangi risiko. Adviser di perusahaan broker pada hakekatnya berlaku sebagai konsultan pribadi bagi nasabah. Adviser memperoleh gaji plus komisi dari perusahaan. Perusahaan mengutip komisi dari nasabah. Dan nasabah tidak perlu membayar pada adviser atas nasehat yang diperolehnya. Santai Sesama perusahaan bersaing menjual jasa pada nasabah. Jika nasabah mengikuti peraturan tertulis dari tiap perusahaan, dia tidak mungkin tertipu. Tapi kasus penipuan tetap terjadi, umumnya karena kurang telitinya nasabah sendiri dan, tentu pula, disebabkan perusahaan kurang teliti mengawasi karyawannya yang disebut advisers itu. "Kepercayaan nasabah penting sekali", kata adviser Nelwan Darwin dari Duta Komiditi Indra. Berkata pula adviser Anis Ibrahim dari Dharma Unicus: "Adalah demi kepentingan kami sendiri untuk membuat nasabah beruntung atau, katakanlah, mengurangi risiko rugi". Mengurangi risiko? Nasehat umum yang kini diperoleh ialah jangan turut berspekulasi dengan modal di bawah Rp 5 juta. Jika nasabah menyetor Rp 5 juta, dia memperoleh pilihan jualbeli 3 atau 4 macam komoditi. Kerugian di kacang merah, misalnya, mungkin akan bisa diatasi dengan untung di kepompong kering dan benang katun. Spekulasi keras biasanya terjadi pada kacang merah--makanan rakyat Jepang -- yang diimpor mereka dari RRT dan Taiwan. Setiap kali gaduh di RRT, bursa di Jepang goncang. Benang wol yang biasanya kalem pernah mengagetkan harga bursa ketika banyak domba mati di Australia. Tapi kenapa kacang merah belakangan ini lesu? Banyak teori beredar tentang ini, antara lain: Ketua Hua Kuofeng, yang biasanya berpangkas pendek, telah muncul di depan publik Peking dengan rambut tersisir rapi. Itu pula agaknya yang membuat pasaran si kacang merah ikut-ikutan santai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus