SETIAP waktu bisa . . . Betul, boleh Rp 1 juta minimum. Tapi
sebaiknya Rp 5 juta paling sedikit . . . Ya, sebagai permulaan
bapak coba Rp 5 juta saja dulu . . . Red beans sedang lesu".
Ini adalah percakapan telepon yang terdengar di PT Dharma
Unicus, suatu perusahaan broker (perantara) di bidang bursa
komoditi, minggu lalu. Salah seorang penasehatnya, selalu
disebut adviser, berbicara dengan seseorang yang berrinat
menjadi nasabah di PT itu.
Sementara itu, adviser di PT Duta Komoditi Indra menerima
panggilan telepon dari nasabahnya di Semarang. Nasabahnya itu
rupanya bingung mendengar harga kacang merah (red beans)
cenderung menurun, lantas bertanya apakah sudah waktunya untuk
segera menjual. "Baik kita tunggu dua hari lagi", jawab adviser
itu.
Dharma Unicus membuka usaha bursa komoditi ini yang pertama di
Jakarta hampir dua tahun lalu, sedang Duta Komoditi Indra
terakhir muncul bulan lalu. Ada empat perusahaan lainnya semacam
itu di Jakarta: PT Multi Pertiwi, PT Tri Daya Artha Universal,
PT Utama Growth dan PT World Utama Traders.
Main Kayu
Kelihatan tanda-tanda bahwa bisnis di bidang bursa komoditi
makin maju dan menarik, hingga segera akan muncul pula
perusahaan ke-7: PT Pelangi Nusantara Trading. Mereka
seakan-akan mendorong iklim untuk berspekulasi, tapi pasti
mereka membiasakan publik mengenal cara bursa bekerja, yang
mungkin ada faedahnya menjelang lahirnya Pasar Modal, tempat
berbagai saham perusahaan diperjual-belikan orang, di DKI ini.
Setiap perusahaan merahasiakan identitas nasabahnya maupun
mengenai berapa jumlah yang diperdagangkannya. Tapi umumnya
mereka berusaha menarik golongan klas menengah yang ditaksir
ingin mencari tambahan penghasilan. "Anda misalnya cuma dapat
untung 2% sebulan paling tinggi dari deposito berjangka", kata
adviser dari PT World Utama Traders. "Di sini mungkin anda bisa
untung 15%, bahkan bisa 20%".
Sungguh orang akan tergiur. Tapi ada perusahaan, seperti PT
Multi Pertiwi, yang menasehatkan supaya jangan "berdagang dengan
tabungan anda yang sedikit" atau bila anda tidak memiliki
"keberanian untuk berspekulasi".
"Berdagang dengan tabungan" itu pernah dialami seorang dokter.
Dengan uang Rp I juta, dokter itu tertarik pada resep adviser
dari suatu perusahaan bursa. Dalam dua pekan saja modalnya
bertambah mencapai Rp 1,5 juta. Tapi kemudian si adviser melapor
bahwa modal dokter menurun, malah ia diminta supaya menyetor Rp
1 juta lagi. Adviser rupanya "main kayu", menjual dan membeli
tanpa seizin dokter. Akhirnya modal dokter dinyatakan habis.
Rosihan
Jika keliru memilih adviser, risiko memang besar, terutama bila
nasabah adalah orang awam. Tiap perusahaan berusaha mengumpulkan
tenaga penasehat yang tajam menganalisa posisi pasar. Mereka
saling membeli dan berebutan advisers. Rosihan Nazwar, kini
presdir PT Duta Komoditi Indra, memulai kariernya sebagai
adviser di PT Dharma Unicus. Banyak tenaga yang pernah dilatih
di Dharma Unicus kini dijumpai pula bertebaran di perusahaan
lain yang tumbuh kemudian.
Meskipun begitu, tenaga baru yang berbakat selalu muncul. Kini
Dharma Unicus tampaknya masih mempunyai cadangan advisers,
antara lain Anis Ibrahim, bekas tokoh mahasiswa.
Di setiap perusahaan bursa yang ada di Jakarta ini, orang pasti
menjumpai aneka-ragam angka terpampang luas dipapan tulis. Ada
pula perusahaan yang memakai angka tempel, tanpa kapur. Semua
angka itu bisa berobah selalu, malah sampai 6 kali berobah
sehari untuk kacang merah Komoditi lainnya yang diperdagangkan
ialah kepompong kering, sutera kasar, benang rayon, benang
katun, benang wol dan kacang putih. Semua perdagangan mereka
berpedoman pada harga bursa di Jepang. Umumnya perusahaan broker
di DKI ini mewakili, sebagai agen atau pun subagen,para anggota
bursa komoditi di negeri sakura itu.
Sebagian kecil saja nasabah yanglangsung terlibat secara fisik
dengan perdagangan komoditi. Sebagian besar mengikutinya tanpa
harus mengimporekspornya. Tiap nasabah bisa turut berdagang cuma
dengan menyediakan 5% saja dari harga komoditi. Namun, semua
broker di sini mengharuskan nasabah menyetor sedikitnya Rp 1
juta. Dengan demikian nasabah membuka rekening pada perusahaan
broker. Neracanya akan berobah secara otomatis mengikuti
perputaran jual-beli yang dilakukannya.
Nasabah yang bukan ahli memerlukan nasehat untuk mengambil
keputusan. Walaupun ia ahli, jasa konsultan diperlukannya dalam
usaha mengurangi risiko. Adviser di perusahaan broker pada
hakekatnya berlaku sebagai konsultan pribadi bagi nasabah.
Adviser memperoleh gaji plus komisi dari perusahaan. Perusahaan
mengutip komisi dari nasabah. Dan nasabah tidak perlu membayar
pada adviser atas nasehat yang diperolehnya.
Santai
Sesama perusahaan bersaing menjual jasa pada nasabah. Jika
nasabah mengikuti peraturan tertulis dari tiap perusahaan, dia
tidak mungkin tertipu. Tapi kasus penipuan tetap terjadi,
umumnya karena kurang telitinya nasabah sendiri dan, tentu pula,
disebabkan perusahaan kurang teliti mengawasi karyawannya yang
disebut advisers itu.
"Kepercayaan nasabah penting sekali", kata adviser Nelwan Darwin
dari Duta Komiditi Indra. Berkata pula adviser Anis Ibrahim dari
Dharma Unicus: "Adalah demi kepentingan kami sendiri untuk
membuat nasabah beruntung atau, katakanlah, mengurangi risiko
rugi".
Mengurangi risiko? Nasehat umum yang kini diperoleh ialah jangan
turut berspekulasi dengan modal di bawah Rp 5 juta. Jika nasabah
menyetor Rp 5 juta, dia memperoleh pilihan jualbeli 3 atau 4
macam komoditi. Kerugian di kacang merah, misalnya, mungkin akan
bisa diatasi dengan untung di kepompong kering dan benang katun.
Spekulasi keras biasanya terjadi pada kacang merah--makanan
rakyat Jepang -- yang diimpor mereka dari RRT dan Taiwan. Setiap
kali gaduh di RRT, bursa di Jepang goncang. Benang wol yang
biasanya kalem pernah mengagetkan harga bursa ketika banyak
domba mati di Australia.
Tapi kenapa kacang merah belakangan ini lesu? Banyak teori
beredar tentang ini, antara lain: Ketua Hua Kuofeng, yang
biasanya berpangkas pendek, telah muncul di depan publik Peking
dengan rambut tersisir rapi. Itu pula agaknya yang membuat
pasaran si kacang merah ikut-ikutan santai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini