DIBANDINGKAN dengan Langsa dan Lhok Seumawe, Meulaboh tampaknya
kurang beruntung Sebagai kota yang juga berambisi jadi kota
terpandang, Meulaboh tak punya penopang seperti Langsa di Aceh
Timur dan Lhok Seumawe di Aceh Utara itu. Meski ketiga kota
tersebut sama-sama mendapat prioritas Gubernur Muzakkir Walad
untuk dikembangkan. Lhok Seumawe menggelembung ke arah kota
dagang berkat LNG Arun mendekam di kawasan sana. Sedangkan
Langsa membengkak berkat menjamurnya berbagai pabrik. Lantas
Meulabaoh?
Tak terlihat pertambangan. Tak ditemui pabrik muncul. Apalagi
jalan raya menuju kota itu, hancur luluh. Meulaboh lumpuh. Meski
dengan susah payah markas Korem, KBN dan beberapa kantor penting
dipancangkan di sana. Hingga Meulaboh dipandang layak mendekap
sebutan kota kordinator bagi 2 kabupaten, Aceh Barat dan Aceh
Selatan.
Tapi Bupati Syamsunan enggan dijuluki pejabat tak berkemampuan.
Maka diliriknya pasar lama yang mendekam di pusat kota. "Pasar
itu sudah sumpek. Apalagi tempatnya berhampiran dengan mesjid
raya", ucapnya. Dipilihnya Rundeng sebagai tempat hijrah. Selain
tersedia tempat yang lapang, maksud Syamsunan tentunya berkaitan
dengan mengelembungkan kota. Meski suara tak mengaminkan
lumayan santer terdengar, toh sang Bupati jalan terus. Kini
pasar itu berwujud sudah. Dan sudah bernama pula: Bina Usaha.
Beres?
Ternyata muncul perkara lain. Pasar baru itu tak menarik
pedagang. Bisa dimaklumi. Selain dari keramaian kota suasana
sekitarnya memang lengang. Sementara pedagang-pedagang eks pasar
lama, banyak yang bangkrut dan beralih usaha. Bahkan ada yang
merubah mata pencaharian jadi tukang becak. Sedang bekas pasar
lama yang menurut keinginan Syamsunan, akan dijadikan pusat
pertokoan, tetap cuma impian sampai kini. Kabarnya bukan karena
soal biaya, tapi setelah dijajagi, peminatnya memang tak ada.
Tapi Bupati Syamsunan yang hampir berakhir masa jabatannya itu,
tetap gigih berpengharapan bahwa pasar Bina Usaha suatu waktu
akan ramai berpenghuni. Seperti juga dulu ia bersikeras, "bangun
terus, tentu kelak akan ada penghuninya". Boleh jadi ia benar.
Sebab Merpati Nusantara Airlines ternyata memanfaatkan salah
satu sudut pasar dengan membangun gedung buat kantor agennya
berharga Rp 40 juta. Tapi penerbangan tetap MNA ke Meulaboh
masih belum dipastikan kapan dibuka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini