Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Medan Laga Jenderal 212

PENSIUN dari militer, Gatot Nurmantyo berancang-ancang berlaga dalam pemilihan presiden 2019. Didukung kelompok relawan, Gatot menjalin komunikasi dengan partai-partai.

1 April 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Medan Laga Jenderal 212

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENSIUN dari militer, Gatot Nurmantyo berancang-ancang berlaga dalam pemilihan presiden 2019. Didukung kelompok relawan, Gatot menjalin komunikasi dengan partai-partai. Politikus Gerindra menyebutkan Gatot telah mendaftar sebagai calon presiden dari partai itu.

Meski belum membentuk tim pemenangan, Gatot sudah memiliki tim pengelola media sosialnya. Gayanya tak lagi kaku seperti saat menjabat Panglima Tentara Nasional Indonesia. Saat berkunjung ke kantor Tempo pada Selasa pekan lalu, ia luwes mengobrol tentang aneka tema, kerap tertawa lepas, dan mahir berkelit dari pertanyaan pelik.

Walau tingkat keterpilihannya masih rendah, namanya hampir selalu mengekor Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Menonjol dalam demonstrasi "212", basis massanya pemilih muslim konservatif.

BEBERAPA hari setelah bertemu dengan mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia, Gatot Nurmantyo, di Masjid Al-Azhar, Jakarta Selatan, pada 3 Maret lalu, Rama Yumatha kedatangan pria tak dikenal. Sang tamu bertanya penuh selidik mengenai latar belakang Rama hingga siapa orang di balik Relawan Selendang Putih Nusantara, perkumpulan yang didirikan Rama.

Pada saat Rama tak ada di rumah, pria berbeda datang dan menemui istrinya untuk menanyakan hal serupa. Para tamu tak pernah berterus terang berasal dari mana. "Saya menduga itu orangnya Pak Gatot. Beliau kan pasti ingin tahu kenapa kami meminta dia jadi calon presiden," katanya Rabu pekan lalu.

Di Al-Azhar, Gatot datang sebagai pengisi acara kuliah subuh bersama Jimly Asshiddiqie, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi. Di sela acara, Rama bertemu dengan jenderal Angkatan Darat yang baru pensiun akhir bulan lalu itu selama sepuluh menit. Kepada mantan Panglima TNI itu, Rama mengutarakan bahwa Relawan Selendang Putih, organisasi yang didirikannya, mendorong Gatot berlaga pada pemilihan presiden.

Menurut Rama, saat itu Gatot mengatakan sudah mengetahui Selendang Putih dari media. "Beliau mengucapkan terima kasih telah diusung." Di ujung pertemuan, Rama meminta Gatot menyapa Relawan Selendang Putih, yang kemudian direkam Rama dengan telepon seluler. "Selendang Putih, hai," ucap Gatot. Selain salam, hanya kalimat itu yang disampaikan Gatot dalam rekaman video.

Rama mengatakan itulah pertemuan pertamanya dengan Gatot. Selanjutnya, mereka bertemu di acara Mata Najwa yang disiarkan stasiun televisi Trans7 sebelas hari kemudian. Sejak itu, Selendang Putih intensif berhubungan dengan Gatot. "Lewat orang dekatnya," kata Rama.

Selendang Putih didirikan Rama pada awal Januari lalu. Inisiatif pembentukan kelompok relawan ini berasal dari dia. Mulanya, ia mengunggah tulisan di Facebook yang berisi ajakan mendorong Gatot sebagai calon presiden. "Ternyata banyak yang menyambut," ujarnya.

Ia kemudian mengorganisasi sokongan itu dengan membentuk kelompok relawan bernama Selendang Putih. Menurut Rama, ia mencomot nama Selendang Putih dari gerakan pendukung pencalonan Abdurrahman Wahid sebagai presiden pada 1999. "Dulu ada sebentar, terus bubar," katanya. "Saya anggotanya."

Rama, penggebuk drum band Ome & The People sekaligus produser musik di PT Remz Music Indonesia, merogoh kocek sendiri untuk modal awal organisasi. "Saya jual satu set drum dan dua gitar," ujarnya. "Dapat Rp 25 juta."

Kini, Rama mengklaim, Selendang Putih punya sekitar 2,7 juta anggota di 116 kabupaten dan kota di 28 provinsi. Hampir separuh anggota berasal dari DKI Jakarta dan Jawa Barat. "Sebagiannya ‘Alumni 212," ujarnya, merujuk pada peserta unjuk rasa pada 2 Desember 2016 yang menuntut Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama, dipenjarakan. Jumlah tersebut dihitung dari relawan yang telah menyerahkan datanya ke Selendang Putih.

Selendang Putih yakin Gatot bakal maju sebagai calon RI-1. Rama mengatakan telah mendapat jaminan dari orang dekat Gatot. Waktu itu, ia bermaksud mengklarifikasi kabar yang tersiar bahwa Gatot mengajukan diri sebagai calon wakil presiden kepada Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. "Pasti jadi calon RI-1," ujar Rama menirukan ucapan orang yang disebutnya sebagai asisten Gatot.

Gatot mengatakan belum lama mengenal Selendang Putih. Setelah berjumpa di Al-Azhar, ia bertemu lagi dengan mereka di Mata Najwa. "Ya, terima kasih telah mendukung. Tapi saya tak pernah memberikan petunjuk."

l l l

SETELAH meletakkan jabatan sebagai Panglima TNI pada Desember tahun lalu, Gatot Nurmantyo sowan kepada Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Prabowo Subianto. Ia mendatangi tokoh dari tiga poros politik itu untuk berterima kasih telah didukung mereka selama menjadi Panglima TNI. "Dulu waktu mau fit and proper test di DPR juga menghadap mereka," ujar Gatot, Selasa pekan lalu.

Setelah terima kasih diucapkan, pembicaraan mengancik tema lain. Menurut Gatot, pada saat bertemu dengan Prabowo pada akhir Januari lalu di rumah orang tua Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, di ujung pertemuan Ketua Umum Partai Gerindra itu mengajaknya masuk partai. "Pak Gatot, mau bergabung dengan saya?" kata Gatot menirukan Prabowo.

Gatot tak menjawab "ya" atau "tidak". Ia mengatakan TNI aktif tak boleh membicarakan politik. "Pak, kalau mendapat pertanyaan seperti itu, pasti jawaban Bapak sama dengan saya," ujar Gatot kepada Prabowo.

Di Gerindra, pertemuan Gatot dan Prabowo menjadi obrolan hangat. Politikus Gerindra, Muhammad Syafii, mengatakan pada pertemuan itu Gatot menyatakan berniat maju dalam pemilihan presiden 2019. "Pak Gatot kan datang, ya, mendaftarlah untuk menjadi capres," ujar anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat itu.

Menurut Syafii, Gatot datang ke Gerindra ketika partai itu belum membuka pendaftaran calon presiden dan wakil presiden. "Cuma, dia datang menyatakan, bila memang memungkinkan, dia siap."

Para kader menyatakan Gerindra menutup peluang Gatot maju sebagai calon presiden karena mereka sudah punya Prabowo. Gerindra hanya membuka kemungkinan Gatot sebagai calon wakil Prabowo. Syaratnya: disetujui partai koalisi. Gerindra punya 73 kursi di DPR. Mereka membutuhkan sekurang-kurangnya 39 kursi tambahan untuk menyorongkan kandidat dalam pemilihan presiden 2019.

Menurut Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Hashim Djojohadikusumo, pertimbangan lain Prabowo memilih wakilnya adalah keleluasaan pendanaan. "Kalau cawapresnya nanti ada akses ke logistik itu, alhamdulillah, puji Tuhan," ujarnya di kompleks DPR, Rabu pekan lalu.

Gatot juga mengetuk Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional. Menurut juru bicara PKS, Mardani Ali Sera, partainya membuka pintu untuk berkomunikasi dengan siapa pun. "Pak Gatot kontak kami. Itu sah dan normal," katanya. Tapi PKS belum terlalu jauh mempertimbangkan Gatot sebagai calon karena partai ini sudah punya sembilan kandidat dari kalangan internal, termasuk Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Di PAN, inisiatif pertemuan juga datang dari kubu Gatot. Menurut seorang pengurus PAN, di kalangan internal partai muncul opsi menduetkan Gatot dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sebagai calon presiden dan wakil presiden. Zulkifli, kata pengurus itu, cukup tahu diri mengambil posisi calon wakil presiden karena berasal dari Sumatera.

Ihwal partainya didekati Gatot, Bendahara Umum PAN Eddy Soeparno tak bersedia mengkonfirmasi. "Kami membuka komunikasi seluas-luasnya," ujarnya. Adapun soal kemungkinan Gatot maju dari PAN, Eddy mengatakan partainya lebih mengutamakan kader sendiri.

Gatot berkukuh pertemuannya dengan para pemimpin partai, termasuk Prabowo, bukan untuk membicarakan peluangnya maju pada 2019. "Nah, berita yang muncul saya mau beli partai Pak Prabowo, ha-ha-ha…."

l l l

DI sejumlah survei calon presiden, elektabilitas Gatot jauh di bawah Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Dalam hasil sigi lembaga Populi Center pada Februari lalu, angkanya masih di bawah 1 persen. Sedangkan Jokowi di atas 52,8 persen dan Prabowo di atas 15,4 persen.

Sebagai calon wakil presiden, posisi Gatot rada lumayan. Tingkat keterpilihannya relatif tinggi ketimbang nama lain. Ketika Gatot masih menjabat Panglima TNI, Jokowi dikabarkan sempat meliriknya menjadi calon wakil presiden. Gatot dianggap cukup populer di kalangan pemilih muslim setelah muncul dengan peci putih di lautan massa di lapangan Monumen Nasional dalam demonstrasi 212.

Salah seorang yang diutus sebagai pengantar pesan oleh Jokowi adalah mantan Sekretaris Kabinet, Andi Widjajanto, yang memimpin "Tim Garut" mencari calon wakil presiden. Menurut Gatot, ia cukup dekat dengan Andi. "Mas Andi itu dosen saya di UI," ujarnya. Terakhir, kata Gatot, mereka bertemu di Tambling, Lampung, pada Juni 2017, dalam acara pelepasan harimau atas undangan pengusaha Tomy Winata. Gatot enggan mengungkapkan pembicaraannya dengan Andi.

Hubungan Jokowi dengan Gatot makin renggang menginjak September 2017. Pada bulan itu, Gatot gencar melontarkan isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia. Dia membuat instruksi nonton bareng film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI di markas-markas militer di daerah. Isu ini merugikan Presiden Jokowi, yang oleh sebagian orang disebut "anak PKI".

Pada September itu juga Gatot membuat kegaduhan lain. Ia menyebutkan ada institusi di luar TNI yang mengimpor ribuan senjata militer lengkap dengan amunisi tajam. Tuduhan tak langsung ke Kepolisian RI ini sempat membuat hubungan TNI dan Polri tidak nyaman.

Pada malam sebelum peringatan ulang tahun TNI, Jokowi mengumpulkan perwira militer di lantai 6 Hotel Aston Pantai Anyer, Cilegon, Banten. Jokowi mengkritik kepemimpinan Gatot yang masih mendengung-dengungkan kebangkitan komunisme. Menurut Jokowi, TNI semestinya menjadi pionir dalam penerapan teknologi mutakhir. Ia mencontohkan penggunaan Internet yang awalnya dipakai militer di Amerika Serikat.

Setelah melepaskan jabatannya, Gatot tak pernah terdengar bertemu dengan Jokowi. Tapi Gatot menepis kabar bahwa hubungannya dengan Jokowi tak akur. "Baik-baik saja," ujarnya.

Resmi pensiun akhir pekan lalu, Gatot belum mendeklarasikan diri bakal maju dalam pemilihan presiden tahun depan. Ia hanya memberikan isyarat, "Apabila Republik memanggil saya dan rakyat menghendaki, jadi apa pun saya siap." Gatot mengatakan akan blakblakan soal rencana politiknya mulai April ini.

Walau belum berterus terang akan berlaga, Gatot telah mengumpulkan orang yang dikenalnya untuk menjajaki peluang menjadi calon presiden. Ia memang belum membentuk tim pemenangan yang terorganisasi. Tapi ia sudah punya tim yang mengelola akun Twitter, Facebook, dan Instagram-tiga media sosial yang paling banyak pemakainya. Gatot kerap memeriksa lebih dulu kutipan yang akan diunggah pengelola akun media sosialnya.

Hanya, Relawan Selendang Putih Nusantara tak sabar menunggu deklarasi Gatot. "Saya perkirakan pertengahan April," ujar Rama Yumatha.

Gatot berpikir sebaliknya. "Politik itu harus sabar, politik itu cair," katanya. "Dalam kondisi seperti ini, kalau saya bilang, ’Oh, saya mau jadi wakilnya ini, saya mau jadi wakilnya itu,’ lu mimpi atau gimana?"

Anton Septian, Wayan Agus Purnomo, Raymundus Rikang, Arkhelaus Wisnu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus