Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi saat kehamilan seringkali berhubungan dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Jika dibiarkan, hipertensi dalam kehamilan juga bisa membahayakan ibu hamil dan janinnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komplikasi pada kehamilan yang berkaitan dengan hipertensi terdiri dari 3 jenis, yaitu hipertensi gestasional, preeklamsia, dan eklamsia. Meski dianggap sama karena berhubungan dengan tekanan darah yang tinggi, namun sebenarnya ketiga jenis hipertensi itu memiliki perbedaan.
Berikut ini perbedaan hipertensi gestasional, preeklampsia, dan eklampsia pada kehamilan.
1. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional adalah kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi selama kehamilan. Hal ini dapat menyebabkan kondisi serius yang disebut dengan preeklampsia. Hipertensi gestasional dapat memengaruhi 6-8 persen wanita hamil. Kondisi ini biasanya terjadi setelah minggu ke 20 dalam kehamilan dan hilang setelah melahirkan. Sekitar 6 minggu pasca melahirkan, kondisi ini akan kembali normal. Namun, jika Anda memiliki tekanan darah yang tinggi, yaitu 140/90 mmHg sebelum hamil atau pada awal kehamilan, maka Anda bisa terus mengalaminya meski telah melahirkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa faktor risiko dari hipertensi gestasional yang mungkin terjadi pada Anda, yaitu kehamilan pertama, kehamilan kembar, kelebihan berat badan atau obesitas sebelum hamil, berusia 40 tahun keatas ketika hamil, dan memiliki riwayat hipertensi atau preeklampsia pada kehamilan sebelumnya.
Hipertensi gestasional dapat menyebabkan plasenta tidak mendapat cukup darah sehingga bayi kekurangan oksigen. Dalam mengatasi hipertensi gestasional, terdapat obat penurun tekanan darah yang bisa digunakan. Sebaiknya, Anda selalu memeriksakan diri Anda ke dokter untuk mengawasi tekanan darah Anda selama kehamilan.
2. Preeklapsia
Pada kasus yang parah, hipertensi gestasional dapat menyebabkan preeklamsia. Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi pada ibu hamil. Selain itu, kondisi ini juga menyebabkan tingkat protein yang tinggi dalam urin. Preeklamsia biasanya muncul di akhir kehamilan, namun dapat pula terjadi lebih awal ataupun berkembang setelah melahirkan.
Penyebab pasti dari preeklampsia tidaklah diketahui, namun terdapat berbagai anggapan mengenai penyebabnya, seperti plasenta yang tidak berfungsi dengan baik, nutrisi yang buruk, lemak tubuh yang tinggi, ataupun genetik.
Sedangkan, faktor risiko untuk preeklamsia meliputi kehamilan pertama, hamil pada usia remaja atau di atas 40 tahun, memiliki riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya, memiliki ibu atau saudara perempuan yang pernah mengalami preeklampsia, dan memiliki riwayat diabetes, ginjal, lupus, atau rheumatoid arthritis.
Sementara itu, tanda-tanda dari preeklamsia adalah berat badan bertambah dengan cepat, sakit perut, sakit kepala hebat, urine berkurang atau tidak keluar, penglihatan kabur, pusing, serta mual dan muntah. Preeklampsia tentu berbahaya karena dapat mencegah plasenta menerima banyak darah sehingga janin kekurangan oksigen dan nutrisi. Selain itu, ibu juga bisa mengalami eklampsia dan berbagai masalah lainnya.
Satu-satunya cara dalam mengobati preeklamsia adalah dengan melakukan persalinan lebih awal demi keselamatan Anda dan bayi. Dokter akan mempertimbangkan waktu yang tepat untuk melahirkan bayi Anda, kondisi bayi Anda dalam kandungan, dan seberapa parah preeklamsia yang Anda alami.
3. Eklampsia
Meski jarang, preeklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia jika sudah memengaruhi otak Anda. Eklampsia adalah komplikasi parah dari preeklampsia. Hal ini bukan hanya ditandai dengan tekanan darah yang tinggi, namun juga kejang, koma, atau bahkan kematian pada ibu hamil.
Meski tidak memiliki riwayat kejang, namun Anda dapat mengalaminya jika terkena eklampsia. Gejala-gejala dari eklampsia, yaitu kejang, hilang kesadaran, dan gelisah berat. Eklampsia dapat disertai dengan gejala preeklampsia ataupun tidak. Oleh sebab itu, Anda perlu waspada dan sering melakukan pemeriksaan kehamilan.
Jika Anda pernah atau sedang mengalami preeklampsia, maka Anda berisiko mengalami eklampsia. Sama halnya dengan preeklampsia, eklampsia juga dapat memengaruhi plasenta sehingga menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah, prematur, ataupun lahir mati.
Bukan hanya itu, ibu juga dapat mengalami berbagai komplikasi, seperti stroke, henti jantung, penyakit hati, bahkan kematian. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penanganan untuk eklampsia dan preeklampsia adalah dengan persalinan. Sementara itu, Anda juga mungkin memerlukan obat untuk mencegah kejang, yaitu obat antikonvulsan dan obat penurun tekanan darah.