Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Memanfaatkan Sungai Itu

Sungai Aceh yang membelah kota Banda Aceh dimanfaatkan untuk sumber air minum. Sebuah pelabuhan ferry juga sedang dikerjakan di sana.

16 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKHIRNYA sungai Aceh yang membelah ibukota propinsi Serambi Mekah itu dimanfaatkan. Sekitar 6 km di udiknya yaitu di Lambaro sekarang sedang galak dikerjakan sebuah proyek air minum. Sementara itu tepat di tengah kota, agak di hilir jembatan Peunayong, akan dibangun pula sebuah pelabuhan khusus untuk fery. Selama ini, sungai itu tak lebih dari tempat pembuangan sampah, tem1asuk sampah perut, bagi para warga Kutaraja alias Banda Aceh. Satu-satunya manfaat yang pernah diambil adalah oleh pasukan Jenderal van Switen, yaitu ketika tentara Kompeni ini menyeberanginya untuk menghancurkan kraton Aceh. Tapi dengan adanya rencana untuk mendirikan pelabuhan di sungai Aceh ini hampir dapat dipastikan bahwa pelabuhan Olele yang terletak 7 km di mulut kuala Aceh itu akan menjadi lengang. Sebab sekarang saja sekitar 0 buah kapal motor sudah dengan santainya setiap hari berlabuh di tengah kota. Mereka terdiri dari kapal-kapal nelayan yang sebelumnya berpangkalan di belakang Pasar Ikan Peunayong. Perang Aceh Memanfaatkan air sungai Aceh untuk membasahi kerongkongan warga kota yang 150.000 jiwa itu, rupanya baru akan dirasakan sekitar akhir tahun depan. Pengerjaannya memang sudah dimulai sejak 1972 lampau. Namun dengan biaya yang direncanakan sebesar Rp 1,5 milyar, rupanya proyek ini tak begitu lancar karena seretnya aliran uangnya. Selama ini warga kota hanya dapa menikmati air ledeng sisa peninggalan Belanda dari sumber mata-air di Mata Ie yang dibangun sesaaat setelah Perang Aceh dinyatakan usai. Sumber ini hanya mampu memberikan air 25 liter per detik. Akibatnya selama ini warga kota Banda Aceh mencukupi kebutuhan mereka akan air dengan menadah tetesan hujan atau membeli sekaleng air sumur dengan harga Rp 25 sekaleng minyak tanah. Bila proyek air minum Lambaro kelak rampung, tetesan air bersih bagi warga kota akan menjadi 300 liter setiap detik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus