PENDUDUK Desa Gelam Sei Remah, Deli Serdang, Sumatera Utara, bertekad membasmi koruptor sampai ke anak cucunya. Tingkah para koruptor itu sudah dinilai keterlaluan. "Kami yang bersawah, masa dia yang memanen padinya," pekik Lehem Sinaga, 39, kepala desa, dengan gusar. Berbeda dengan yang di kota, koruptor di Desa Gelam tak pernah berdasi. tikus namanya. Tikus-tikus koruptor itu agaknya sudah tak mempan oleh racun tikus yang disebar petani. Setiap malam mereka menjarah tanaman padi yang mulai berbunga, hingga panen gagal total. Penduduk segera berembuk, bagaimana mengatasi koruptor tak berdasi itu. Rupanya tak ada jalan lain, kecuali mengadakan perburuan secara massal. Disetujui pula untuk melangsungkan pesta dan makan besar. Yang dibuat pesta, tak lain, tikus hasil buruan itu. "Ini kepercayaan lama untuk menolak bala, agar tikus-tikus mengungsi ke daerah lain," kata P. Tampubolon, seorang tokoh masyarakat. Maka, pada akhirJuli lalu, perburuan pun dimulai. Penduduk yang berjumlah sekitar 2.000 kepala keluarga itu boleh dibilang semua turun ke sawah bersenjatakan tombak parang, dan sejenisnya sambil menenteng keranjang. Dalam tempo empat hari, hampir 2.500 ekor "koruptor" diringkus. Binatang itu pun disembelih. Kepala, ekor, kaki, dan isi perutnya dibuang. Para wanita kemudian membumbuinya dengan garam, cabai, dan bawang, lalu digoreng. Ada pula yang membuatnya menjadi sate. Pesta di kediaman Tampubolon itu berlangsung amat meriah, tak ubahnya pesta kawin. "Dagingnya mirip daging burung tekukur, enak dan gunh," komentar seorang penduduk. Nyatanya, sejak itu Desa Gelam bebas dari koruptor. Tikus-tikus, yang biasanya berkeliaran, hilang bak ditelan bumi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini