TAWARAN itu, selain mendapat sambutan, juga membuat geger. Soetrisno, pelayan sebuah restoran es krim di Surabaya, dihimpit utang. Bapak dua anak yang berpenghasilan Rp 40 ribu sebulan itu tertimbun pinjaman Rp 300 ribu kepada seseorang. Berkali-kali ditagih, Soetrisno tak juga bisa melunasinya. Maklum. Di rumahnya yang kecil dan pengap pun tak ada barang yang layak dilego. Karena kesal, si pemilik uang mengancam akan melaporkan Soetrisno ke polisi. Soetrisno panik. Lalu astagfirullah -- ide setan itu tiba-tiba muncul di benaknya: menjual anak. Herminingsih, 5, dan Herlina, 3, sempat ditawarkan diam-diam. Wartawan harian Jawa Pos kemudian mendengar -- lalu memuat berita itu. Dan tawaran pun datang dari berbagai kota Jakarta, Semarang, Bondowoso. "Ada yang menawar Rp 5 juta, ada yang satu setengah juta, ada juga yang pas Rp 300 ribu," ujar Soetrisno kepada Yopie Hidayat dari TEMPO. Tetapi transaksi anak manusia itu akhirnya batal. Selain didamprat istri -- yang tak tahu rencananya -- Soetrisno juga dilarang pak ketua RT. "Saya sudah terdesak. Menurut saya, asal ndak maling atau nodong, ya halal," ujar Soetrisno polos, sambil membelai Ningsih dan Lina. Kini utang itu ditangani BP7 Kota Madya Surabaya. Dan bantuan pun mengalir -- antara lain beras dan duit dari masyarakat, susu dari PLN Surabaya. Sedang dari majikannya -- yang sudah 10 tahun mempekerjakannya -- ia mendapat uang Rp 50 ribu. Bukan pemberian. Melainkan dihitung utang. Dan harus dicicil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini