Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Membuat rekor mendorong klenteng

Juprianto, 25, tukang becak dari desa sidamulih, ja-teng, membuat rekor mendorong klenteng (biji kapuk) sejauh 3 km selama 5 jam. ia mendapat hadiah rp 5.000 sejak itu ia beralih jadi tukang beras. (ina)

27 Juli 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERNAH melihat klenteng (e dibaca seperti pada cespleng)? Itulah biji kapuk. Bayangkan kalau benda sebesar (tepatnya: sekecil) itu harus didorong, dengan jari tangan, melewati jalan berpasir dan berkerikil. Anda mungkin bertanya: Apa bisa? Dan Juprianto, 25, dari Desa Sidamulih, Banyumas, Jawa Tengah, akan menjawab, "Kenapa tidak?" Abang becak bertubuh atletis dan ganteng itu memang telah membuat rekor tersendiri. Ia berhasil mendorong-dorong klenteng melewati jalan yang sulit sejauh 3 km. Waktu tempuh: 5 jam. Rekor itu diciptakan belum lama ini, disaksikan ratusan orang yang membenkan spirit. Lima abang becak, dimotori Tarwan - yang mensponsori acara - membuat beberapa ketentuan. Klenteng harus didorong dengan jari tengah dan telunjuk, tak boleh yang lain. Perjalanan harus ditempuh dengan jongkok, tak boleh berdiri. Bila lelah, boleh istirahat dalam posisi duduk. Kalau klenteng hilang, start mesti diulang. Tapi kalau biji kapuk itu pecah atau rusak, boleh diganti dengan yang baru. Hadiah untuk Jupri: Rp 5.000. Jupri setuju. Pada pukul 08.00, suatu pagi, ia start dari jalan di desanya menuju Desa Banjarparakan. Di luar dugaan, sambutan penduduk luar biasa. "Sepanjang jalan, orang-orang memberi semangat dan berteriak, terus . . . terus . . .," ujar Tarwan kepada Slamet Subagyo dari TEMPO. Tak hanya berteriak, mereka juga aktif membantu Jupri. Ada yang meminjamkan topi, memberi es dan makanan. Yang lain membantu menyingkirkan batu atau kerikil di jalan yang akan dilalui klenteng. Para pengemudi sepeda, sepeda motor, atau mobil turut menunjukkan solidaritas. Mereka berjalan lambat atau menepi. Setelah tiga kali istirahat dan tiga kali mengganti biji kapuk - karena pecah - Jupri tiba di garis finish pada pukul 13.00. "Melelahkan, tapi menyenangkan," ujarnya. Malam harinya, dengan uang hadiah yang diperoleh, ia membuat tumpeng dan mengadakan syukuran di rumahnya. Acara itu diadakan sebagai hasil obrolan Tarwan, Jupri, dan kawan-kawan, saat tarikan mereka sedang sepi. Dan entah mendapat "berkah" dari mana, sejak peristiwa itu Jupri menjual becaknya. Kini ia menjadi pedagang beras.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus