PARA dermawan boleh menyisihkan rupiah, atau dolar, untuk menghapus kesedihan Ibu Siam. Nenek dua cucu itu kehilangan tabungan yang sedianya akan digunakan berdikit-dikit bila ia sudah tak mampu lagi membanting tulang. "Tabungan itu saya kumpulkan sejak dulu, sejak saya masih gadis," tutur penjual nasi kecil-kecilan di Jalan Tumpang, Semarang Selatan, itu, yang kini berusia 58 tahun. Simpanan yang dikumpulkannya selama kira-kira 30 tahun itu memang tak banyak. Hanya berupa uang Rp 22 ribu dan emas 32 gram. Tapi bagi Mbok Siam, kekayaan sebegitu adalah segalanya. Setiap hari, sejak mudanya, Siam biasa menyisihkan sebagian keuntungan dari warung nasinya yang teramat kecil dan yang kini sudah keropos di sana-sini. Uang itu dimasukkan ke dalam tanah, dekat kaki meja, ditandai dengan tegel. Bila dirasa sudah banyak, uang diambil, dibelikan emas. Penyimpanan di dalam tanah itu, kata Siam, supaya aman dari gangguan tuyul. Tapi bebas dari tuyul tidak lantas bebas dari jamahan maling. Akhir Juni lalu, sewaktu Siam hendak memasukkan uang, ia terkejut melihat semua simpanannya lenyap. Ia menduga, emas dan uangnya diambil tamunya, pembeli nasi bertubuh gemuk dan berewokan. Pembeli itu datang saat warung sedang sepi. Setelah makan, tamu itu tertarik melihat meja Mbok Siam yang dikatakannya antik. Ia bemiat membelinya. Ketika melihat-lihat itulah, kakinya terperosok ke dalam lubang berisi emas dan uang. Dan sore harinya, ketika Siam memeriksa, kekayaannya sudah amblas. Yang membuat Siam bertambah sedih, polisi yang dilapori seperti tak percaya ia bisa kehilangan harta "sebanyak" itu. Itulah. Nasib terkadang memang sulit diduga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini