Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Memorial dari Belanda

12 Februari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Januari 1953. Provinsi di barat daya Belanda ini luluhlantak. Inilah salah satu bencana terburuk yang pernah melanda Benua ­Eropa—1.836 orang tewas dan 67 tanggul ­jebol.

Selang 21 hari setelah musibah, ­pe­merintah mulai membentuk Ko­misi Delta. Misinya, Belanda tak boleh mengalami bencana banjir lagi. Ko­misi ini harus meletakkan dua ­prioritas sebagai patokan: keselamatan manusia dan keseimbangan lingkung­an.

Proyek pertama ada­­lah menyelamatkan kotakota pen­ting di bagian utara dengan membangun­ bendungan di Su­ngai­­ Hollandse Ilssel­ pada 1958. Sungai ini meng­hubungkan Rotterdam dengan Laut Utara. Jika gelombang pasang, air su­ngai akan terseret air laut. Akibatnya, su­ngai meluap dan pa­yau. Padahal Hollandse Ilssel menjadi sumber air minum warga Rotterdam.

Pembangunan ben­dung­an Ilssel segera saja memicu­ ­kontroversi karena dianggap akan ­me­matikan usaha 1,5 juta penduduk yang bergantung pada sungai.­ ­Akhir­nya dibuatlah bendungan bu­katutup yang hanya akan ditutup­ kala badai datang sehingga tidak mengganggu pelayaran. Bendungan ini didesain bisa menahan dua kali hantaman badai dengan dua pintu dari baja. Panjangnya 80 meter, tinggi 11,5 meter, dan berat 635 ton.

Proyek selanjutnya adalah memba­ngun bendungan antarpulau yang berhadapan langsung dengan Laut Utara. Ada bendungan Haringvliet­dam, Brouwersdam, Oosterschel­de­dam­, dan Veersegatdam.

Delta telah mendirikan 13 ben­­dung­an, selain membangun lahan yang bisa menyerap air hujan sebelum kembali ke laut. Proyek ini telah memakan waktu 39 tahun dengan ­bia­ya sekitar 15 miliar euro atau setara dengan Rp 175 triliun.

Negeri yang separuh wilayahnya­ berada di bawah permukaan air laut itu kini sudah menikmati hasil proyek raksasa tersebut. Dan banjir pun menjadi memorial. Setiap tahun diperingati sebagai hari besar: The Saint Aechtens’s Day Flood (1288), The Saint Elizabeth’s Day Flood (1404 dan 1421), dan The Saint Felix’s Day (1530).

Ketua Kelompok Studi Arsitektur­ Lanskap Indonesia Nirwono Joga mengatakan Belanda telah memba­ngun semua kotanya dengan basis bencana. ”Prinsip ini seharusnya menjadi acuan kita juga,” katanya.

Yandi M.R.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus