BANGUNAN itu berlantai 70, tinggi meraih langit. Empat bentuk segi tiga bersusun, bertengger dengan angkuh pada dasar segi empat. Kaca-kacanya yang berbentuk jajaran genjang memantulkan cahaya ke sekitamya. Itulah Bank of China di tengah Hong Kong, seandainya jadi berdiri. Didesain oleh arsitek AS kenamaan, I.M. Pei, bank milik pemerintah RRC itu direncanakan berharga US$ 128 juta. Gagalnya rencana yang sudah matang itu bukan karena terjadi sesuatu antara pemerintah komunis dan arsitek keturunan Cina yang sudah jadi warga negara Amerika Serikat. Juga bukan karena pihak RRC menunggu tahun baik kini 1988, Tahun Naga bernama Tanah yang muncul di masa Emas, untuk pemasangan fondasi pertama. Tapi karena sebab yang bagi mereka yang tak percaya - sangat tidak modern. Yakni, gedung itu dari segi bentuk tak membawa untung. Malah, cenderung berbahaya. Mei, tahun lalu, sejumlah ahli feng shui -- ahli menilai baik buruknya rumah bagi penghuninya -- diminta mengkaji desain yang megah itu. Kata mereka, bentuk-bentuk segi tiga di bagian atas bangunan, yang sisi-sisinya begitu tajam, bisa membelah keseimbangan alam - membelah yin dan yang. Itu artinya gedung tersebut mengundang suasana buruk. Kemungkinan besar uang tak bakal masuk, justru kekayaan bank pemerintah ini bakal ludes-, ternyata, pemerintah RRC yang menganggap feng shui, warisan leluhur mereka, sebagai takhyul belaka -- mempercayai nasihat itu. Demikian meyakinkankah fengshui hingga komunisme pun dipaksa tunduk? Feng shui, menurut buku The Living Earth Manual of Feng Shui oleh Stephen Skinner, berasal dari zaman sebelum Konfusius. Yakni di zaman Tao, 1300 SM. Feng shui -- secara harfiah berarti angin dan air -- menganggap bahwa alam ditentukan oleh kerja sama penghumpenghuninya. Dan "tuan rumah" alam itu, banyak. Ada makhluk halus, gunung, kolam, mata air, pohon, dan batu-batu, ditambah berbagai hal yang ada di sekitar itu semua. Singkat kata, bagai kepercayaan yang hidup di Tiongkok kala itu, semua yangada di jagat ini merupakan kesatuan organis yang saling mempengaruhi, tak peduli makhluk hidup atau mati. Lalu diajarkanlah -- kira-kira begitu -- bila engkau menambahkan sesuatu pada alam itu sudah seharusnya diselaraskan dengan yang sudah ada itu. Itulah, orang-orang Cina waktu itu tak berani mendirikan rumah atau kampung atau kota sebelum rencananya disetujui para ahli feng shui. Bahan bangunan dari alam - batu, kayu, dan sebagainya - bila dipindahkan tempatnya dan diberi fungsi yang lain, tetap harus dikembalikan ke alam dengan selaras, itulah prinsipnya. Kemudian, diturunkanlah sejumlah aturan. Sesuai dengan namanya, feng shui, pokokpokok aturan itu menyangkut angin dan air.Ditambah unsur tanah. Menempati rumah dan lokasi yang baik menurutm feng shui akan mendatangkan nasib yang baik, kedamaian, dan umur panjang. Feng shui dibagi dua menurut-sejarah terbentuknya. Bagian yang lebih kuno usianya disebut Aliran Bentuk. Yang lebih kemudian, Aliran Arah. Yang pertama disebut juga aliran Kanchow dan Kiangsi, menurut tempat lahir dan tempat tinggal Yang Yun-sung, orang yang mengembangkan (bukan menemukan) soal angin dan air ini. Tokoh ini lahir pada 840, dan meninggal di usia 48 tahun. Orang yang juga bernama Shuh Meu itu kala hidupnya menjadi ahli feng shui kekaisaran Hi Tsung. Adapun aliran arah, yang dinamakan juga aliran Fukien, baru populer pada tahun 960. Disebarkan oleh seorang warga Fukien bemama Wang Chih. Ilmu firasat bangunan ini landasan dasarnya satu. Yakni yang disebut chi. Dalam tubuh manusia chi itulah tenaga murni yang konon berpusat beberapa cm di bawah pusar. Di jagat raya,chi merupakan kekuatan mumi alam yang ada dengan sendirinya. Maka, gampangnya, bangunan atau rumah yang baik tentulah yang berada di daerah yang banyak chinya. Dan bila ilmu ini disebut feng shui, antara chi dan angin dan air ada hubungan erat demikianlah ceritanya. Konon, chi berkendaraan angin. Tapi bila angin terlalu kencang, chi pun akan kucar-kacir. Maka, pelajaran pertama feng shui adalah jangan berumah di tempat yang kencang anginnya. Ini sesuai dengan akal sehat, di zaman kapan pun dan mana pun. Rumah gampang roboh, penghuninya gampang masuk angin. Adapun air, itu tempat yang dicintai chi. Tentu saja bukan sembarang air, kata Yan Yun-sung. Mestilah air yang jemih, dan tidak berbau busuk. Chi, singkatnya, berada banyak di daerah yang anginnya sepoi-sepoi basa, dan di situ ada aliran air yang selalu mengalir. Di situlah manusia bisa menemukan alam yang membuat jiwa raganya selalu sehat. Lalu bagaimana bila letak rumah atau bangunan di tempat yang sebaliknya, yakni di tempat tanpa angin? Jangan bikin rumah di situ, kata Yang Yun-sung pula. Sebab, chi, bagaikan makhluk hidup, membutuhkan pula udara segar. Tanpa aliran udara chi akan jadi kekuatan jahat. Sejalan dengan rumusan itu maka rumah atau bangunan yang langsung segaris dengan jalan yang lurus tentulah tak baik. Orang Jawa mengatakan sebagai "rumah tusuk sate". Yang Yunsung bilang, itulah rumah tanpa chi karena angin langsung menerpanya dengan keras lewat jalan lurus tadi. Dan bagi feng shui semua yang lurus-lurus itu adalah sumber kekuatan jahat bila arahnya langsung menuju rumah. Dan dalam dunia modern yang serba lurus itu bisa berupa macam-macam, tak cuma jalan. Kawat listrik, misalnya. Juga, seperti kata orang-orang tua, rel kereta. Bayangkan bila sepasang rel kereta langsung lurus menuju rumah Anda. Bukan cuma suara kereta lewat tak enak di telinga, tapi telinga itu bisa remuk kelindas roda kereta - itu bila rumah Anda memang masih utuh berdiri. Mengapa yang lurus-lurus itu tidak baik? Garis lurus dalam feng shui disebut "-garis panah rahasia". Kata Yunsung, bagi naga penjaga alam itu menakutkan dan bisa-bisa melukai sang naga. Dan bila luka itu parah, tak bisa sembuh sendiri (di sana mungkin tak ada dokter), itu berbahaya. Menimbulkan hal yang busuk karena luka itu lalu bernanah. Ini semua tentunya bahasa simbol-simbol yang mesti ditafsirkan oleh ahli-ahli feng shui. Teori feng shui, bila dijabarkan kata Hembing Wijayakusuma, ahli akupungtur di Jakarta yang hobi mempelajari kebudayaan Cina lama, tak cukup satu majalah TEMPO memuatnya. Untunglah, Stephen Skinner, penulis buku The Liuing Earth Manual of Feng Shui, meresumekannya jadi delapan ajaran pokok. Pertama, bila mungkin, bangunlah rumah di tanah lereng yang tak begitu curam dan kering tapi tidak tandus. Benar juga. Kalau tanah itu tandus, tentulah sulit membuat sumur. Dan bila rumah itu bukan di lereng tapi di lembah, bisa-bisa kebanjiran. Aturan nomor dua, di sisi utara rumah atau bangunan baiknya ada perisainya. Boleh berupa bukit, tirai, atau sederet pepohonan. Gunanya, menjaga kekuatan jahat dari utara yang menurut kepercayaan sehubungan dengan feng shui, dijaga oleh kura-kura hitam. Aturan ini memang khas Tiongkok, guna menjaga kota-kota di negeri itu dulu kala dari serangan orang-orang pegunungan yang sering melawan kerajaan. Dan orang-orang itu tinggal di sebelah utara. Ketiga, kuburan sebaiknya di sebelah selatan. menghadap ke arah rumah atau kota. Mestinya ini untuk memudahkan orang ziarah, agar tak usah berputar. Yang keempat, pintu pagar mestilah di sisi selatan agar pengaruh burung foeniks penjaga selatan mudah datangnya. Ini tentu berkait dengan pasal-pasal sebelumnya dan terutama dengan musuh orang kerajaan (Cina), orang-orang pegunungan, yang ada di utara. Kelima, untuk menjaga yang dan yin berinterkasi secara positif agar chi kerasan berada di situ. sebuah rumah mestilah dilingkungi halaman sedemikan rupa hingga naga di timur dan macan di barat tak saling mencakar. Idealnya, pekarangan rumah berbentuk tapal kuda, agar naga dan macan bertemu dengan damai. Memasuki pintu yang sempit dan temyata ruang di dalam luas, memang menimbulkan rasa lega. Jika lokasi pekarangan tak mungkin seperti disebutkan aturan kelima, ada aturan keenam. Yakni, adalah tanah mesti memenuhi perbandingan yin dan yang yang haik. Yin, itulah tanah bergelombang. Yang, itulah tanah datar yang tinggi letaknya. Komposisi yang baik, yang mesti lebih dominan. Dalam hal seperti itulah chi tak akan lari ke luar -- mudah-mudahan. Konsekuensi dari aturan keenam, tanah datar sepenuhnya, menurut feng shui, tidak mendatangkan keberuntungan buat ru- mah atau bangunan. Inilah aturan ketujuh, mungkin untuk menghindarkan suasana monoton, yang tentulah membosankan, membuat orang tak kerasan di rumah. Terakhir, ukuran perbandingan daerah naga (timur) dan daerah macan (barat) di pekarangan mestilah 3 banding 2, demikianlah ajaran Tao mengatakan. Tentu, tak semua lokasi memenuhi syarat itu. Maka, sejumlah modifikasi pun dihalalkan untuk mencapai sebaiknya feng shui. Umpamanya, dengan mendirikan tembok atau tirai atau apa saja guna menyetop garis lurus yang menuju rumah. Memindah pintu rumah agar bangunan menghadap ke selatan, dan lain-lain. Di mana pun tak ada aturan yang sepenuhnya diterima, meski feng shui, konon, sangat dipegang oleh orang Cina - ingat saja kasus Bank of China di Hong Kong itu. Tapi baiklah diingat juga kata pepatah Cina ini: "Bila seorang ahli feng shui datang ke rumah Anda, sebaiknya Anda siap berbenah." Itu bisa ditafsirkan tak ada hal yang sempuma di dunia ini. Tapi bisa juga pepatah itu menyindir feng shui.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini