Bunga di atas batu dibakar sepi Mengatas indera ia menanti Sitor Situmorang BAGAI bunga di batu, Tao Toba Nauli (Danau Toba nan Indah) menanti. Yang dinanti adalah hujan. Celakanya, musim hujan lewat, tinggi air permukaan tak naik juga. Padahal, bagi Danau Toba persoalannya tak sekadar "dibakar sepi". Tak naiknya permukaan air telah menghambat, misalnya, PT Inalum. Mestinya pabrik logam putih itu mencapai produksi 1 juta ton aluminium tiga bulan lalu. Tapi karena listrik dari PLTA Sigura-gura dan Tangga yang tergantung air Danau Toba tak berfungsi penuh, target itu baru dicapai Senin pekan lalu. Repotnya lagi, begitu target tercapai, harga aluminium di pasaran internasional lagi anjlok. Sampai-sampai Palar Batubara, anggota komisi X DPR RI mengatakan kepada TEMPO, "Penyusutan air Danau Toba sudah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan. Dapat mengancam proyek-proyek besar di sekitar danau. "Padahal, proyek itu tidak murah -- PLTA Sigura-gura dan Tangga beserta PT Inalum saja bila diperhitungkan dengan dolar kini seharga US$ 2,5 milyar. Belum lagi pabrik pulp dan rayon PT Indo Rayon Utama yang kini dalam proses pembangunan di sekitar Toba juga. Pernyataan itu dilontarkannya sepulang melakukan peninjauan ke kawasan Danau Toba bulan lalu. Andai kata memang air Sungai Asahan di Dam Pengatur Siruar menyusut terus sampai-sampai melewati ambang terendah, 902,4 m, pusat pembangkit listrik tak akan berdaya, keriuhan pabrik-pabrik pun akan berhenti . Tapi lebih daripada aluminium yang tentu tak bisa mengeluh, adalah wajah penduduk suku Batak, yang mendiami kawasan danau itu, yang cemas. Bila air susut terus bagaimana dengan ladang Iadang, sumber kehidupar mereka? Ke mana air itu hilang Sebagian ahli bilang, masyarakat yang menjalankan sistem pertanian tradisiona dengan membakar hutan telah menyebabkan gundulnya punggung Bukit Barisan. A palagi ternak petani, lembu dan kerbau, yang dilepas bebas membabat begitu saja bibit-bibit yang baru ditanam Langsung ada jawaban "Proyek-proyek itulah yang telah menyedot air Danau Toba," begitu anggapan yang berkembang di kalangan penduduk 4 kabupaten di pinggir Danau Toba. Itu tentu bukan pernyataan ilmiah, sebab menurut seorang putra Batak, Staf Departemen Kehutanan, "Penurunan air Danau Toba telah berlangsung paling tidak selama 40 tahun ini." Baiklah. Tapi bila PT Indo Rayon Utama itu, misalnya, juga memegang hak pengusahaan hutan seluas 100.000 hektar hutan pinus -- padahal bahan baku pabrik ini adalah kayu pinus -- setidaknya air Danau Toba tentulah cenderung turun daripada naik. Atau barangkali danau itu bocor ? Burhan Piliang & Muchsin Lubis (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini