INI juga cerita perkosaan. Pelakunya bernama Dedi, warga desa Tumbang Miri, sekitar 500 km dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Awal mulanya, Dedi ingin kaya. Tapi ia tak mau bekerja keras, misalnya mendulang emas sebagaimana yang dilakukan kebanyakan orang di sana. Ia pun tak suka berjudi, termasuk memasang KSOB dan TSSB, seperti yang dilakukan di mana-mana. Mencuri dan menggarong? Tak terlintas pula dalam pikirannya. Nah, baguslah itu semua. Tapi ia ingin kaya, lantas mau apa, dong? Dedi Moses, begitu nama lengkap lelaki satu anak ini, lalu pergi ke Desa Tumbang Kejuei. Ia berguru pada Bandui, dukun tersohor di seantero kawasan itu. Itu terjadi enam tahun lalu. Sang dukun memberi "minyak pekasih". Tapi, minyak itu bukan untuk dijual supaya kaya. Itu hanya sarana awal. Dengan minyak itu, Dedi harus memperkosa anak-anak yang usianya 7 sampai 14 tahun. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, 60 anak. Minyak itulah yang akan memperlancar tugas gila itu. Agustus lalu, Dedi ditangkap. Ia memang dituduh telah memperkosa anak usia 7 tahun. Si anak cilik itu, kabarnya, diam saja ketika diajak kencan oleh Dedi -- itulah khasiat minyak tadi. Namun, setelah sadar akan terjadi bencana, dan anak itu mau melawan, Dedi mengancamnya. Si anak malah tak berani melaporkan kasus itu ke orangtuanya. Tapi, lama-lama toh orangtuanya tahu dan melaporkan kasus itu ke polisi. "Entah kenapa saya tidak bernafsu pada wanita dewasa," kata Dedi. Ketika diperiksa polisi itulah Dedi mengakui segala kisah yang sudah dituturkan di atas. Anak kecil yang diperkosanya Agustus lalu, katanya, anak yang ke-52. Bisa dipercaya? "Ah, gombal itu semua," ujar Letkol. Wahyu Saronto, Kapolresta Palangkaraya, kepada Alimin Hatta dari TEMPO. Alasan Pak Polisi, tak ada orangtua yang melaporkan anaknya diperkosa, kecuali yang satu ini. "Perkosaan dari pertama sampai yang ke-51 tak pernah terungkap karena para korban takut melapor, sebab saya ancam," kata Dedi. Ia kini ditahan dan ia sangat menyesal, bukan karena melakukan perkosaan, tetapi korbannya kurang 8 anak lagi untuk bisa jadi kaya raya. Busyet. Tri Budianto Soekarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini