MENJADI bos di desa rupanya diidamkan banyak orang. Tercatat ada sembilan orang yang mencalonkan diri dalam pemilihan kepala desa Maribaya, Purbalingga, Jawa Tengah, yang akan diadakan Mei mendatang. Kesemuanya berminat menggantikan Pak Tjitro, kepala desa lama yang meninggal dua tahun lalu. Itu tentu boleh-boleh saja. Yang membuat sementara penduduk kurang sreg adalah, seperti dikatakan seorang tokoh, "Tak satu pun calon yang motivasi utamanya ingin membangun desa atau mengabdi kepada masyarakat." Para calon umumnya mengikuti pemilihan karena merasa "mendapat wangsit". Imam Suwardi, misalnya, mengaku turut menjadi kontestan karena mimpi. "Saya bermimpi, Pak Tjitro menyerahkan picinya kepada saya. Pici itu 'kan berarti mahkota," katanya kepada Slamet Subagyo dari TEMPO. Sobari agak lain. Ia, tepat di malam Jumat Kliwon, mimpi diberi buku tebal oleh Tjitro. Dan Sobari mengartikan buku tebal itu sebagai "buku desa", yang sering dibawa-bawa Tjitro. Dengan begitu, "Sayalah yang diserahi jabatan kepala desa ini," katanya. Saingannya, Sujadi, punya dalih sendiri Tiga puluh tahun lampau, kakeknya menjadi bos di Desa Maribaya itu. Sebelum meninggal, sang kakek berwasiat bahwa salah seorang cucunya bakal menjadi kepala desa setelah Maribaya mengalami tiga kali pergantian pimpinan. "Sekarang inilah waktunya," kata Sujadi, yang tak lain kakak Imam Suwardi. Sishadi, 45, lain lagi. Berdasarkan perhitungannya, peruntungan Pak Tjitro, yang meninggal hari Sabtu Pon, lari ke arah utara. Dan agar bisa ketiban "wahyu", Sishadi pun pmdah rumah ke rumah barunya di utara. Tapi, katanya, ia mencalonkan diri sekadar iseng, "Ibarat ikut ramai-ramai menangkap ikan di kolam ...."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini