SUDAH hampir sebulan Iyah mengkhawatirkan keadaan suaminya,
Soleh. Laki-laki ini sering berbicara sendiri,
menggerak-gerakkan tangan dan kaki seperti orang bermain silat.
Tapi lebih-lebih lagi, setiap malam Selasa dan Jumat, ayah dari
seorang anak remaja itu selalu kesurupan. Dan tentu saja
kerjanya seharihari sebagai penganyam bambu terbengkalai.
Memang Soleh, 40 tahun penduduk Kampung Babakan Embe, Kec.
Tanjungsari, Sumedang itu, sudah sebulan lebih mempelajari ilmu
"weduk dan mengentengkan tubuh" kepada Atang, penduduk kampung
tak jauh dari sana. Dengan ilmu itu, menurut Atang, seseorang
bisa kebal dan bisa melayang-layang seolah badan tak berbobot.
Tingkah Soleh mula-mula tak dihiraukan penduduk kampung. Tapi
pertengahan bulan ini mereka geger. Siang itu tiba-tiba
terdengar Oo, anak Soleh, menjerit-jerit minta tolong. "Abah mau
bunuh diri," ujar Oo kepada penduduk yang segera berdatangan.
Setelah pintu kamarnya dibuka, ternyata Soleh sedang mengerang
kesakitan. Di dekatnya tergeletak sebilah pisau perajang
tembakau yang berlumur darah. Pangkal kemaluannya hampir putus,
dar darah tentu saja mengalir deras dari sana. "Kang Soleh
mengatakan ingin mencoba ilmu kebal yang diajarkan Atang,"
ungkap istrinya "untung tidak sampai putus."
Setelah berobat ke Puskesmas, Soleh mengaku.
"Memang saya mencoba ajaran Atang. Saya pilih kemaluan karena
itu bagian yang paling empuk," katanya tersenyum kecut. Katanya,
ia sendiri menjerit kesakitan ketika pisau mulai mengiris alat
vitalnya. Tapi apa kata Atang? "Saya tak bersalah. Sebab saya
tak menyuruh Soleh mencoba ilmu itu dengan memotong
kemaluannya," jawab Atang seperti ditirukan Gajali, kakak Soleh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini