Penjualan tanah pemakaman

GAWAT. Sekitar 2.400 kepala keluarga penduduk empat desa di sepanjang Bukit Barisan, 65 km dari Medan, tak henti-hentinya berdoa: jangan sampai ada anggota keluarganya mati dalam waktu dekat ini. Keresahan itu timbul akibat selembar kertas stensilan, yang beredar akhir April lalu. Isinya: Barang siapa yang tidak membayar Rp 6.000, tidak berhak dikebumikan di pekuburan umum di Berastagi. Selebaran itu ditandatangani Kepala Desa Gundaling I Gundaling II, Tambak Lau I dan Tambak Lau II. "Pengutipan itu dilakukan untuk membeli sebidang tanah, guna dijadikan lokasi pekuburan umum yang baru," kata Drs. Djendaingan Sinuhaji. Menurut Sekwilda Tanah Karo itu, cara itu ditempuh karena pemakaman lama sudah penuh. "Sedang pemda setempat kesulitan biaya," katanya. Areal baru yang harus dibebaskan seluas 1« ha. Harganya Rp 10 juta. "Kalau kita sudah ditimpa musibah, masa iya harus diberati lagi?", cetus B. Bangun. Sama seperti penduduk lainnya, ayah delapan anak ini bingung dan risau. Penghasilan mereka sebagai penjual sayur-mayur saat ini juga tak luput dari senggolan resesi. Selama ini mereka tak pernah mengenal biaya yang berhubungan dengan kematian. Tanah gratis, pemakaman dilakukan dengan gotong royong. Sampai laporan ini ditulis belum ada penduduk yang mendaftar. Mungkin yakin Tuhan akan mengabulkan doa mereka ....