Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mencontoh Pasar Ikan Tsukiji di Muara Baru

Pedagang mengeluhkan minimnya lokasi pengepakan.

18 Maret 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pedagang ikan di Pasar Ikan Modern Muara Baru, Jakarta, 13 Maret 2019. TEMPO/Hilman Fathurahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Heryanto lekas memilah ikan dagangannya selepas mendapat pasokan dari nelayan di Muara Baru, Jakarta Utara, kemarin. Ikan berukuran besar, sedang, hingga paling kecil dipisahkan ke beberapa bak. Cara itu dilakukan untuk membedakan harga ikan segar yang dia jajakan di Pasar Ikan Modern Muara Baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak berapa lama, setelah dia membuka lapak, beberapa orang datang mendekat untuk menawar ikan bawal. Rupanya para pengunjung tertarik belanja di sana karena bisa langsung mengikuti lelang ikan. "Setelah dipindah ke pasar baru, banyak pengunjung yang datang selain pelanggan," ucap pria 29 tahun tersebut kepada Tempo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasar Ikan Muara Baru adalah proyek milik Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dikelola oleh Perum Perindo. Dibangun dengan anggaran negara pada 2018 senilai Rp 150 miliar, bangunan tiga lantai itu rencananya meniru kemasyhuran Pasar Tsukiji di Tokyo, Jepang.

Menurut Direktur Utama Perum Perindo, Risyanto Suanda, pasar tersebut dilengkapi berbagai fasilitas, seperti 894 kios basah (wet market) dan 155 kios kering (dry market). Ada pula cold storage, food court, ruang pengepakan, instalasi pengolahan limbah, klinik, mesin ATM, ruang pertemuan, sampai masjid. "Ini karena Muara Baru adalah pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia," tuturnya.

Pasar Ikan Modern Muara Baru, kata Risyanto, mengusung konsep berbeda dari kebanyakan pasar di Tanah Air. Pasar dibangun dengan konsep tempat belanja yang bersih serta tak becek, apalagi bau. Berkaca dari Pasar Tsukiji, rencananya para pedagang mendapatkan Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (Kusuka). Fasilitas tersebut mempermudah perlindungan dan pemberdayaan bagi pelaku usaha.

Pedagang ikan bernama Ridwan, 38 tahun, misalnya, mengungkapkan cerita berbeda. Dia mengatakan, meski tempat penjualan ikan telah direnovasi total, tempat pengepakan ikan masih terbatas. Menurut dia, lokasi pengepakan ikan sangat berpengaruh terhadap daya tarik pembeli yang datang. "Kalau lapaknya di pojok, ya susah."

Terlepas dari keluhan itu, hampir semua pedagang sepakat pasar kini lebih nyaman ketimbang sebelumnya. Saluran pembuangan air lancar, sehingga air limbah tak menggenang di lantai lagi. Bau amis juga tak menusuk seperti di tempat sebelumnya. Namun lantai semen licin kalau air menggenang.

Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa jumlah ikan yang diperjualbelikan di Pasar Ikan Modern Muara Baru bisa mencapai 400 ton per hari dengan omzet Rp 10-12 miliar. Dia berharap omzet pedagang terus meningkat seiring dengan perbaikan tempat berjualan. "Pasar ikan juga bisa menjadi destinasi wisata." Dia berupaya mengubah paradigma pasar ikan yang identik dengan kotor dan bau. YUSUF MANURUNG | LANI DIANA | AVIT HIDAYAT

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus