Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEBUAH mobil tak berbentuk menerbitkan kecurigaan polisi. Posisinya nyaris di titik ledakan di Jalan Legian. Tapi detail identitas mobil—nomor rangka dan nomor mesin—sama sekali tidak ada. Mesinnya sudah tak utuh dan menghunjam ke tanah. Bodinya tercabik-cabik. Ia tergeletak di antara reruntuhan bangunan Sari Club dan Paddy's yang luluh-lantak di Kuta, Bali, 12 Oktober silam. Belakangan, petugas menduga: mobil ini sejenis minibus Mitsubishi L-300.
Lima polisi dari Laboratorium Forensik Jakarta kemudian terbang ke Bali. Bersama dengan polisi forensik Australia, mereka mengais-ngais sisa-sisa ledakan di lokasi. "Pasir pun diayak hanya untuk mendapatkan bagian-bagian dari mobil ini," kata Brigjen Polisi Dudon Satiaputra, Kepala Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri. Sebagian serpihan mesin mobil mereka temukan di loteng bangunan di sekitarnya.
Setelah dua pekan bekerja, pecahan mesin dan bodi mobil bisa dipertautkan kembali dengan menyusunnya seperti puzzle. Tapi nomor rangkanya tidak tampak, kecuali jejak yang sudah rata bekas gerinda.
Akhirnya, polisi menempuh metode re-etching, sebuah teknik memunculkan ukiran pada lempeng logam. Caranya, cairan kimia tertentu dipoleskan dengan media kapas yang digulung di ujung tongkat pada permukaan bekas nomor rangka. Cairan kimia ini merupakan adonan bikinan mereka sendiri. "Kami menciptakan cairan berdasarkan pengalaman bertahun-tahun mengidentifikasi kendaraan curian," kata Dudon Satiaputra.
Nomor rangka baru muncul setelah polisi berkutat dua pekan. Bayangannya timbul dalam bentuk citra. Nomornya GB 611286. Tapi kemudian, setelah diamati lebih saksama, ternyata nomornya B 001230. Pemunculannya hanya sesaat—sekitar 20 detik—lalu menghilang begitu cairan mengering. Karena itulah, pada saat dioles, seorang petugas sudah bersiaga dengan kamera. "Kalau terlambat difoto, nomor itu bisa tidak muncul kembali," kata Komisaris Polisi Toto Sudarto, Kepala Unit Pemeriksaan Nomor Seri pada Pusat Laboratorium Forensik Polri, kepada Istiqomatul Hayati dari Tempo News Room.
Nah, berbekal temuan nomor rangka yang asli, polisi mengetahui bahwa mobil tersebut berkapasitas 1.400 cc, hasil rakitan tahun 1983. Belakangan, polisi juga menemukan nomor kir mobil. Dalam penelusuran selanjutnya, nomor polisi mobil DK 1324 DS diketahui, sekaligus nama pemiliknya.
Tugas menelisik mobil selesai, tapi polisi belum menemukan orang yang diduga terkait dengan peledakan. Untuk itu, Kamis 17 Oktober 2002, Komisaris Polisi Wiryono, ahli sketsa raut wajah dari kantor polisi pusat, juga terbang ke Bali bersama tiga rekannya yang menangani foto dan sidik jari. Di sana ia bekerja keras mengais-ngais ingatan para saksi yang disiapkan penyidik untuknya.
Wiryono adalah alumni Jurusan Antropologi Universitas Gadjah Mada tahun 1985. Dengan pengetahuan tentang dasar raut wajah ditambah bakat melukis yang ia miliki, Wiryono dengan mudah menggambar dari ingatan saksi. Di Bali, penyidik telah menyiapkan tiga saksi kunci kasus bom di Legian: seorang penjaga masjid dan dua pegawai ruang pamer Mitra Motor di Denpasar.
Melukis sketsa dilakukan di salah satu ruangan di Hotel Kartika Plaza, Kuta. Bersama Wiryono, yang memegang pensil dan kertas putih, ada pula seorang polisi Australia dengan komputer jinjing berisi koleksi bentuk-bentuk muka. "Tapi koleksi bentuk mata di komputer polisi Australia kurang lengkap. Makanya, lebih baik dibikin manual saja," kata Wiryono.
Tiga orang saksi ini secara bergiliran masuk ke ruangan di Hotel Kartika Plaza itu. Agar mudah mengingat-ingat kembali kejadiannya, Wiryono berusaha membuat mereka santai. Beberapa kali dalam sehari ia mengajak saksi merokok atau makan. "Tidak boleh membuatnya takut. Kami perlakukan mereka sebagai teman saja." Tidak mudah mengais ingatan saksi. Salah seorang staf Mitra Motor harus ia hadapi dari pagi hingga sore hari. "Lama baru bisa menangkap bentuk matanya," katanya.
Dari situlah lahir empat gambar sketsa, semuanya pria. Tiga sketsa bikinan Wiryono itu sudah dipublikasi. "Satu sketsa lagi masih saya simpan," kata Wiryono. Sketsa keempat ini adalah sesosok pria berkaus hitam dengan rambut cepak. Wajah di sketsa itu adalah orang yang membeli sepeda motor bebek Yamaha dengan nomor polisi DK 5228 PE, yang diduga digunakan pelaku bom di Legian. Sedangkan sebuah sketsa yang diumumkan polisi Kamis pekan lalu bukan hasil lukisan Wiryono. "Itu dibuat dengan cara komputer," katanya.
Tugas Wiryono hanya sampai di situ. Selebihnya, terpulang pada para penyidik untuk menemukan siapa gerangan wajah di balik sketsa itu.
Tomi Lebang
Sketsa Wajah
Penyidik menyiapkan tiga saksi: seorang penjaga masjid dan dua staf ruang pamer Mitra Motor. Komisaris Polisi Wiryono dan seorang polisi forensik Australia menghadapi saksi-saksi di salah satu ruangan di Hotel Kartika Plaza Bali. Wiryono menanyakan asal daerah orang yang hendak dilukis lewat dialek yang didengar saksi. Wiryono melukis manual dengan pensil, polisi Australia memegang komputer jinjing berisi koleksi bentuk muka. Empat sketsa selesai, dikonfirmasi ulang kepada para saksi. Tiga sketsa di antaranya diumumkan ketua tim investigasi bom Bali. Satu sketsa masih disimpan Wiryono. |
Memunculkan Nomor Rangka
Sebuah minibus Mitsubishi L-300 yang hancur ditemukan di dekat titik ledakan. Polisi Indonesia dan Australia mengais-ngais sisa ledakan di lokasi. Sebagian serpihan ditemukan di loteng, juga hasil ayakan puing. Seperti puzzle, pecahan bodi mobil dipertautkan. Tidak ada nomor rangka dan mesin, kecuali jejak nomor yang sudah digerinda. Polisi menempuh cara re-etching. Cairan kimia dioleskan di permukaan bekas nomor rangka (menggunakan kapas yang digulung di tongkat sepanjang 30 cm, seperti korek kuping). Seorang petugas siap dengan kamera foto. Nomor rangka B 001230 muncul seperti bayangan, dan—klik—difoto. Nomor hilang lagi. Penyidik menelusuri nomor ini dan menemukan fakta: kapasitas 1.400 cc, hasil rakitan tahun 1983. Nomor kir mobil juga ditemukan, dan menuntun penyidik menemukan nomor polisi mobil, yakni DK 1324 DS. Pemiliknya Anak Agung Ketut Adi. Ketut Adi mengaku sudah menjualnya. Pemilik terakhir (keenam) adalah Amrozi. Ia ditangkap di Lamongan, Jawa Timur. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo