Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menggaet perjaka

Seorang janda berumur 65 th, mbah kasiyem, terwujud keinginannya setelah beberapa malam bersemedi. tak kepalang tanggung ia mendapatkan calon suami seorang perjaka berumur 24 tahun. (ina)

16 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MBAH Kasiyem, 65 tahun, tukang pijat dan dukun bayi di Desa Sanan Wetan, Blitar, dikenal sebagai orang berada. Enam tahun yang lalu suaminya meninggal. Satu-satunya anaknya pun kini tinggal di luar kota. Hidup sorangan dl rumah gedongan, si mbah rupanya kesepian. Tanpa tedeng aling-aling Janda kaya itu minta bantuan comblang untuk mencarikan suami baginya. Sekitar sepuluh peminat menjajaki - dan mereka mundur. Nenek Kasiyem belum putus asa. Tiap malam ia bersemedi memusatkan pikiran minta bantuan roh suaminya. Hingga pada suatu malam ia bermimpi dapat sebilah keris. "Dalam kepercayaan Jawa, keris itu lambang laki-laki," kata Kasiyem yang percaya mimpi itu sebagai restu untuk bersuami dari mendiang suaminya. Jantan yang datang kemudian tak kepalang tanggung, seorang perjaka berusia 24 tahun. Djito namanya, berasal dari Desa Karang Tengah, Blitar juga. Si pemuda sudah telanJur menyatakan setuju mengawini Kasiyem sebelum melihatnya. Akhir Maret lalu Kasiyem dan Djito sepakat menikah. Di hari baik itu pun tata cara peradatan dilakukan. Djito diantar keluarganya. Penghulu pun siap. Namun pernikahan gagal, karenaJiyo, 60 tahun, adik Kasiyem yang sedianya jadi wali, tak mau datang: mogok karena tak disediakan uang Rp 30 ribu. Jiyo perlu duit itu untuk memperbaiki rumah gedeknya. Sekalipun belum resmi menikah, Djito sudah tinggal di rumah Mbah Kasiyem. Samen leven, kata orang. Mulanya pemuda nganggur itu berperawakan ceking, kini mulai gemuk. Ia tak kerja apa-apa, sebab Mbah Kasiyem melarannya bekerja. Malahan pemuda buta huruf itu dibelikan sepeda motor dan kalung emas. Bagaimana kalau Djito jatuh hati pada wanita lain? Begitu suara-suara tetangga Mbah Kasiyem. "Tidak, Mas Djito setia sekali kok," sahut si Mbah. Lalu ada lagi tetangga yang usil nyeletuk: "Ah, mosok. Apa dia cuma mau kawin sama sepeda motor?" Rupanya di antara penduduk desa itu ada yang tak bisa melihat orang lain senang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus