Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mengganti Presiden Dengan Lagu

Diinisiasi kader Partai Keadilan Sejahtera, gerakan #2019GantiPresiden ditabuh pendukung Prabowo Subianto. Neno Warisman salah satu donaturnya.

3 Juni 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Mengganti presiden dengan lagu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIMULAI bakda asar, pengambilan vokal lagu #2019GantiPresiden di sebuah studio di Jakarta Selatan berakhir pukul delapan malam. Pada Kamis pekan lalu itu, empat "vokalis" bergiliran urun suara: Ketua Partai Keadilan Sejahtera Mardani Ali Sera; Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon; aktor Fauzi Baadilla, dan penyanyi Johny Alang atau Sang Alang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sehari sebelumnya, musikus Ahmad Dhani dan politikus senior Partai Amanat Nasional, Amien Rais, masuk bilik rekaman. Dhani adalah bekas personel band Dewa yang kini menjadi terdakwa kasus ujaran kebencian. "Lagu itu nanti akan ada mixing suara saya, Amien Rais, Fauzi Baadilla, Dhani, dan Alang," kata Mardani, Kamis pekan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Mardani, lagu #2019GantiPresiden yang ini merupakan versi "serius" dari lagu yang sama yang dipopulerkan Johny Alang beberapa hari sebelumnya. Tak ada perubahan lirik dan aransemen. Tapi suara vokal Alang tak lagi dominan seperti pada lagu versi awal. Pada versi baru, liriknya disuarakan bergantian oleh Mardani dan kawan-kawan. Menurut Mardani, kualitasnya pun lebih bagus karena perekaman dilakukan di studio dengan peralatan yang lebih mumpuni.

Johny Alang mengaku membuat lagu tersebut begitu saja pada 10 Mei lalu. "Saya spontan menciptakannya," ucapnya, Rabu pekan lalu. Hari itu Alang diundang seorang kolega untuk menjajal studio rekaman baru di Bekasi. Menurut Alang, ide menulis lirik lagu tercetus setelah dia tiba di studio. Ia lantas melakukan "riset" singkat atas sejumlah ketimpangan di masyarakat yang pernah diberitakan media massa dan menuangkannya dalam lirik.

Lewat tengah malam, lagu itu selesai ditulis dan direkam. Alang langsung membubuhkan judul #2019GantiPresiden. Alasannya: mudah dilafalkan dan enak di kuping. Alang berkukuh pemilihan judul itu tak bermuatan politis, apalagi untuk menyerang Presiden Joko Widodo. "Ganti presiden itu tak harus berganti tokoh," ujarnya. "Bila orangnya sama tapi karakter kepemimpinannya berubah juga berarti ganti presiden."

Begitu selesai rekaman, Alang mengirimkan file lagu itu ke sejumlah koleganya lewat WhatsApp. Salah satunya Raden Rizki Mulyawan alias Dik Doank. Alang ingin mendapatkan masukan dari kawan-kawannya soal musikalitas lagu itu. Ia menampik kabar bahwa lagu itu dibuat atas pesanan partai politik tertentu. "Saya tidak meraup sepeser pun dari pembuatan lagu itu," kata Alang, yang mengaku pendukung Aksi Bela Islam 212.

Setelah tersiar di Internet, lagu tersebut dipersoalkan. Gitaris band Boomerang, John Paul Ivan, melaporkan sebuah situs berita yang mengabarkan dirinya sebagai pencipta lagu itu ke polisi. Lalu bagian refrain-nya dituding menjiplak lagu Better Man (2001). Alang mengakui ada bagian lagunya yang mirip dengan lagu yang dipopulerkan musikus Inggris, Robbie Williams, itu. Tapi ia menyebutkan lagu #2019GantiPresiden sudah dibedah dan hasilnya menunjukkan lagu tersebut berbeda dengan lagu lain.

Alang memahami musik karena pernah menjadi musikus pada 1990-an. Selama berkarier di dunia tarik suara, pria 51 tahun itu mengaku sempat merilis dua album, yakni Sendiri (1995) dan Mengalir (1996). Pada 2011, ia mendirikan PT Sinergi Asia Sejahtera, yang bergerak di bidang periklanan. Jejak perusahaan ini tertera dalam situs pengadaan barang dan jasa pemerintah.

PT Sinergi beberapa kali mengikuti lelang dalam proyek pariwara dan publikasi di sejumlah kementerian dan lembaga. Alang mengungkapkan, partisipasi PT Sinergi di proyek pemerintah sekadar meramaikan lelang. Tak sekali pun perusahaannya menang. "Seandainya mendapat proyek pemerintah, perusahaan kami hanya subkontraktor," ujarnya.

Sebelum Alang mempopulerkan #2019GantiPresiden lewat lagu, tanda pagar itu diperkenalkan Mardani Ali Sera ke dunia maya mulai akhir Maret lalu. Idenya datang saat Mardani mengisi acara bincang-bincang di sebuah stasiun televisi swasta. Menurut Mardani, dalam diskusi tersebut, mengemuka wacana seolah-olah Presiden Jokowi tak terkalahkan. "Saya sodorkan ide alternatif," katanya.

Tagar #2019GantiPresiden terbentuk setelah Mardani berdiskusi dengan sejumlah anak muda di lingkarannya, yang juga aktif di media sosial dan memiliki ribuan pengikut. Mardani sengaja tak menghubungkan tagar ini dengan tokoh politik tertentu. "Kalau nanti kriteria tokohnya enggak cocok, simpatisan tagar ini bisa pergi," tuturnya.

Sejumlah tokoh menyatakan dukungan terhadap gerakan ini. Salah satunya Neno Warisman, penyanyi dan aktris 1980-an. Pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017, Neno aktif bergiat dalam komunitas Jakarta Love Risma (Jaklovers) yang mendorong Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini maju menjadi calon Gubernur Jakarta.

Neno mengaku aktif dalam gerakan #2019GantiPresiden karena melihat kondisi masyarakat belum sejahtera. Neno menjadi salah seorang orator di atas mobil komando pada saat Mardani mendeklarasikan gerakan tersebut di Lapangan Monas pada 6 Mei lalu-meski tagar itu dipopulerkan sejak akhir Maret. "Gerakan ini adalah kapal moral," ujar Neno.

Peran lain Neno diungkapkan Mardani. Ia menyebut pemain film Ketika Cinta Bertasbih 2 ini sebagai donatur terbesar acara deklarasi #2019GantiPresiden di Monas. Mardani mengatakan deklarasi itu menghabiskan dana Rp 40 juta, yang dikumpulkan dari patungan para pendukungnya. Neno penyumbang terbesarnya.

Neno mengatakan tak ingat persis duit yang sudah disumbangkan untuk gerakan itu. "Banyak sumbangan makanan, minuman, kaus, bendera, dan buku berasal dari sumbangan spontan relawan," katanya. Meski begitu, Neno tak menampik disebut sebagai donatur #2019GantiPresiden. "Saya punya kontrak film yang jumlahnya besar," ujarnya. "Tapi saya tak pantas disebut sebagai penyumbang terbanyak karena ada juga donatur lain."

Setelah tagar itu bergaung, Partai Gerindra ikut menabuh genderang. Meski tak ada instruksi khusus untuk mempopulerkan gerakan dan tagar #2019GantiPresiden, kader partai ini mulai menyertakan tanda itu dalam unggahan di media sosial. "Kami bergerak secara organik saja," kata anggota Badan Komunikasi Gerindra, Andre Rosiade.

Pekan lalu, kelompok yang mengatasnamakan Brigade Indonesia Raya merilis lima strategi #2019GantiPresiden. Kelompok ini antara lain mendesak para simpatisan mudik dengan mengenakan kaus bertulisan tanda pagar itu. Kelompok ini juga mengajak pendukungnya mengawasi pemilihan kepala daerah serentak 2018 dan pemilihan presiden 2019.

Andre tak bisa memastikan kelompok Brigade Indonesia Raya berafiliasi dengan Gerindra. "Sulit mengatakan mereka kader atau bukan karena gerakan itu sudah menjadi gerakan rakyat," ujarnya.

Ia sendiri membentuk kelompok relawan pemenangan Prabowo Subianto yang diberi nama Dunsanak Prabowo. Andre menjadi ketua, sementara Fadli Zon menjabat ketua dewan pembina. Kelompok ini menggalang dukungan masyarakat Minang. "Kami mulai mengenalkan #2019PrabowoPresiden sebagai inisiatif pengembangan #2019GantiPresiden."

Raymundus Rikang, Stefanus Pramono, Wayan Agus Purnomo

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus