Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menjadi Vegan Bukan Sekadar Tak Makan Daging

Yoesi Ariyani, perempuan yang sudah 4 tahun menjadi vegan berbagi kisah dan manfaat menyantap makanan sehat.

13 Oktober 2017 | 21.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi vegetarian. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Vegan merupakan sebutan bagi mereka yang tidak mengonsumsi makanan yang bersumber dari hewan. Namun, menurut Yoesi Ariyani yang sudah empat tahun menjadi vegan, gaya hidup vegetarian lebih luas dari definisi itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan menjadi vegan, perempuan 47 tahun ini bertekad mengedukasi masyarakat tentang gaya hidup vegetarian yang kerap salah dipahami. Yoesi ingin masyarakat mengenal vegan sebagai salah satu alternatif hidup sehat.

“Menjadi vegan itu bukan cuma menghindari daging, tapi bagaimana menjadi sehat," kata Yosie Ariyani. Para vegan artinya juga memilih makanan yang minim proses atau whole food dan tidak mengandung pengawet, pewarna, penyedap, dan zat adiktif. Tujuannya satu, agar tubuh terhindar dari segala penyakit terutama kanker.

Alasan itulah yang mendasari Yoesi menjadi vegan. Dia ingin memutus rantai penyebaran kanker yang turun menurun dari keluarga ibunya. "Ibuku meninggal usia 48 tahun dan keluarga ibuku punya keturunan kanker. Aku tidak ingin seperti itu," ucapnya.

Yoesi Ariyani, 47 tahun, menerapkan gaya hidup vegetarian sejak empat tahun lalu. Tabloidbintang

Yoesi berkenalan dengan gaya hidup vegan lewat Janti Wignjopranoto. Dia praktisi vegan, raw chef, dan pelatih ayurveda, sebuah metode pengobatan holistik dari India. Sejak itu, Yoesi mulai tertarik menerapkan gaya hidup vegetarian.

Dia percaya Janti yang juga seorang penyintas kanker bisa membantunya hidup lebih sehat. “Kalau aku bisa memulai gaya hidup sehat tanpa sakit lebih dulu, akan lebih enak karena semua menjadi mudah,” ujar Yoesi yang juga anggota komunitas pecinta tari Jawa, Purwakanthi ini.

Bagi Yoesi, proses menjadi vegan cukup mudah. Wanita yang pernah menjadi personal trainer ini memang sejak sudah menjaga pola makan sejak muda. "Setelah melahirkan anak kedua pada 1996, aku menjaga pola makan dan pernah sampai olahraga enam hari seminggu karena takut gemuk. Sekarang mikirnya bukan takut gemuk tapi sehat. Menjadi kurus itu bonus,” ujar ibu dua anak ini.

Tantangan datang kala teman-teman memandang aneh gaya hidup vegan yang dijalani Yosie. "Buat mereka, awal aku menjadi vegan itu sesuatu yang aneh. Enggak bisa diajak makan di restoran dan kalau makan harus bawa sendiri dari rumah. Pokoknya enggak menyenangkan," ujar Yosie yang hobi masak ini.

Namun kini pandangan teman-teman Yosie berubah. Dia juga menurunkan sedikit idealismenya tentang makanan sehat. Sesekali Yosie mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif ketika makan di luar.

Menurut Yoesi, gaya hidup vegetarian tidak bisa dipaksakan. "Beberapa vegan ketika diperiksa dokter ternyata butuh protein hewani. Kebetulan aku cocok menjadi vegan," ujarnya. Untuk memperkenalkan vegan sebagai alternatif gaya hidup sehat, Yosie mengadakan workshop dan kelas privat bertema “Feed with Love” pada 2015. Di situ dia berbagi ilmu seputar vegan kepada para peserta. "Intinya, aku cuma ingin berbagi ilmu, masak bareng, makan bareng," kata Yoesi.

Edukasi tentang gaya hidup vegetarian juga dituangkan lewat media sosial dan situs pribadinya yang diluncurkan April 2017. Yoesi berharap menjadi vegan tidak hanya dipandang sebagai gaya hidup yang menjauhi produk hewani. Lebih dari itu, sebagai gaya hidup dalam memilih bahan makanan paling sehat sekaligus melestarikan kekayaan bumi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus