Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mereka Memburu Yess

Hingga kini kaset label Yess masih terus diincar para kolektor kaset bekas. Mereka ingin melengkapi koleksinya dari nomor seri 001 hingga 731.

7 April 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kaset-kaset label Yess bertengger di rak toko kaset bekas DU 68 Musik di Jalan Dipati Ukur, Bandung. Berjumlah puluhan, kaset itu tersebar sesuai dengan urutan abjad, seperti Genesis, Rick Wakeman, dan beberapa band rock progresif lain. Hampir semua kondisinya tak mulus. Foto di kulit muka hasil tempelan ulang, kertas terkikis, juga bertulisan nama pemilik serta tanda tangan pemilik sebelumnya di bagian dalam kertas tanpa lirik lagu tersebut. "Kondisinya memang tidak ada yang mulus, tapi pita kasetnya masih bagus dan suaranya jernih," kata pengelola toko, Gerry Sugeng Riyadi, 28 tahun, kepada Tempo pada pertengahan Maret lalu.

Meski kondisinya kurang mulus, kaset-kaset Yess bekas itu menjadi incaran para kolektor hingga kini. Menurut Gerry, pencari kaset Yess di tokonya kebanyakan penggemar kaset yang telah berusia 60-an tahun. "Mereka biasanya mencari kaset sesuai dengan nomor seri yang belum mereka punya," ujarnya. Sedangkan anak-anak muda yang mencari kaset itu datang untuk membeli album grup progressive rock tertentu, seperti Pink Floyd, Genesis, dan Yes.

Dalam sebulan, sekitar 20 penggemar kaset datang ke toko itu untuk mencari album kaset Yess. Meski banyak yang mencari, Gerry tak menaikkan harga jualnya. Kaset-kaset Yess bekas itu dipatok mulai Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung kondisinya. "Album yang banyak dicari justru yang langka-langka, seperti King Crimson, Gentle Giant, dan Marillion," kata Gerry. Nomor seri awal album kaset Yess dari 1 sampai 30 pun hingga kini masih jadi buruan.

Maraknya pemburu kaset Yess juga mewarnai toko-toko kaset bekas di lantai dasar Blok M Square, Jakarta Selatan. Salah satunya di toko kaset Legend, yang mempunyai stok hingga 160-an. Untung, penjaga Legend, mengatakan perputaran Yess di tokonya cukup cepat. Baru dipajang sepekan, kaset itu sudah terjual. Surbakti, pemilik Bakri Musik, mengatakan hal senada. Kaset-kaset Yess laku. Ia menjual kaset itu dengan kisaran harga Rp 20-50 ribu, tergantung kondisi kaset dan isi albumnya. Agus, yang baru setahun membuka toko di Blok M, mengatakan sejak dulu kaset Yess memang cepat habis diburu kolektor musik rock dan progresif. "Dulu toko saya di Bogor. Di sana juga cepat habis," ucapnya.

Salah seorang kolektor kaset Yess yang terus berburu dan senantiasa mendengarkan rekaman produksi Yess hingga kini adalah Gatot Widiyanto. Koleksi Gatot, 53 tahun, telah mencapai sekitar 600 kaset. Semua koleksinya, menurut dia, masih mulus dan kincling. Penggila rock progresif ini mulai mengumpulkan kaset Yess sejak 1977, saat masih sekolah menengah atas di Madiun. Kaset Yess pertama yang didapat Gatot adalah album Shamal dari grup rock progresif, Gong.

Menurut Gatot, sebenarnya kaset Yess pertama dia dapatkan tanpa sengaja. Kaset itu ia dapat dari kakaknya yang bekerja sebagai penyiar di radio Geronimo, Yogyakarta. Suatu ketika dia meminta sang kakak membawa pulang rekaman band Emerson, Lake & Palmer dan Yes. "Mungkin kakak saya tidak mengerti, malah dia bawakan kaset produksi Yess," ujarnya.

Hasrat Gatot mengumpulkan kaset Yess kian menggebu ketika menjadi mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Bandung pada 1979. Sampai-sampai ia menomorduakan kuliahnya dan lebih memprioritaskan kegemarannya pada musik rock progresif. Dia pun memburu kaset Yess dan mengkhususkan pada album musik kesukaannya. Setiap selesai kuliah, Gatot meluncur ke Jalan Arteri, tempat nongkrong Ian Arliandy, pembuat kaset Yess. Di sana ia menghabiskan hari sambil sesekali membantu Ian membungkusi kaset Yess. "Upahnya, saya diberi kaset," kata Gatot.

Saat itu harga kaset berkisar Rp 1.000-2.000. Lantaran duit terbatas, biasanya Gatot hanya membeli satu kaset dalam sebulan. Sampai akhirnya dia menjadi asisten dosen pada 1982 dan memperoleh pendapatan lumayan. "Setelah dapat kerjaan, sebulan saya bisa beli 10-20 kaset," ujarnya.

Sepanjang 1979-1982 merupakan masa-masa keemasan Gatot sebagai kolektor kaset Yess. Dia mengatakan pada masa-masa itu terasa bangga rasanya bila menenteng kaset Yess. Yess seolah-olah jaminan selera dan cita rasa musik. Hingga sekarang keinginan Gatot mengoleksi kaset Yess terus menggebu. Dia paling sering nongkrong di Blok M Square untuk memburu kaset-kaset lawas. Ia juga berkeliling ke banyak tempat untuk mencari kaset lama, dari Yogyakarta, Bandung, hingga Malang. Namun yang paling lengkap dan banyak, kata dia, tetap Jakarta.

Menurut Gatot, kaset Yess berjasa memperkenalkan musik progresif kepada khalayak Indonesia. Dulu, di zaman belum ada Google, Yess menjadi acuan dan referensi. "Yess mendidik pendengar Indonesia dengan musik-musik seperti itu," ucapnya. Dia menduga Yess juga mempengaruhi musikus lokal pada masa itu. Rilisan Badai Pasti Berlalu, tutur Gatot, sedikit-banyak terpengaruh Genesis, yang diperbanyak oleh Yess. "Lagu Chrisye seperti Anak Jalanan kelihatannya terpengaruh Patrick Moraz." Menurut Gatot, suara yang diproduksi rekaman Yess masih enak didengar sampai kini. "Bunyinya enggak kalah bila kita mendengar CD (cakram padat)," ujarnya.

Eddy Irawan, kolektor kaset Yess lain, juga masih terus memburu kaset itu hingga kini. Pria 47 tahun yang tinggal di Banda Aceh itu mempunyai sekitar 1.200 kaset Yess, padahal seri kasetnya hanya sampai 731. "Saya bisa beli dua-tiga kaset yang sama. Memang itu penyakit," katanya. Obsesi Eddy mengumpulkan kaset Yess lengkap di tiap nomor seri. Hingga kini obsesi itu belum kesampaian, masih 100-an nomor yang ia belum punya. "Terutama yang angka-angka kecil."

Eddy mengoleksi kaset Yess sejak masih di sekolah menengah pertama pada 1980. Di Aceh, menurut pria yang bekerja di PLN itu, sulit sekali mendapatkan kaset Yess. Bahkan sama sekali tak ada yang menjual. Eddy berburu kaset ketika kebetulan sedang berdinas ke kota seperti Medan, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Pertama kali ia mendengar King Crimson dan Emerson, Lake & Palmer berkat kaset Yess. Eddy kagum pada rekaman Yess karena, menurut dia, berani memproduksi album band progressive rock yang musiknya melampaui zaman.

Ananda Badudu (Jakarta), Anwar Siswadi (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus