PEMERASAN miliaran rupiah terhadap mantan Kepala Bulog Beddu Amang dilakukan Dodi Sumadi bersama tim intinya, suami-istri Irawan dan Wiwiek serta Bambang Sukmahadi. Nama lain yang ikut dilibatkan Dodi adalah Kiai Noer Iskandar dan Mayjen TNI Kivlan Zen.
Doddy, Irawan, Wiwiek, dan Bambang Sukmahadi tidak bisa dikonfirmasi. Ketika TEMPO menghubungi nomor telepon genggam Wiwiek dan Irawan, seorang wanita bernama Ina mengatakan tidak mengenal keduanya. Nomor itu sudah lama dibelinya dari seorang teman. Bambang Sukmahadi sama saja. Seseorang bernama Dito Sutanto yang mengaku sebagai keponakannya mengatakan tidak tahu-menahu di mana Bambang saat ini berada.
Berikut ini tentang mereka yang dituduh.
Kiai Noer Iskandar Muhammad
Ia baru saja selesai menjadi imam salat di ruang kerjanya, Jumat siang pekan lalu, ketika TEMPO menemuinya untuk sebuah wawancara. Pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Asshiddiqiyah di Jakarta ini berusaha santai, meski pada beberapa pertanyaan emosinya lepas dan suaranya meninggi.
Disebut-sebut ikut menikmati dana hasil pemerasan tersebut, anggota Komisi V DPR ini membantah semua tuduhan miring itu. Baginya, pemerasan terhadap Beddu Amang oleh Dodi adalah risiko sebuah persahabatan. Dodi mendatanginya untuk konsultasi spiritual.
Noer memang tak pernah lepas dari berita. Dia, misalnya, pernah menjalin kongsi dengan taipan licin Kim Johanes Mulia Jiauw, yang terlibat ekspor fiktif dan pemalsuan promes, hanya sebulan setelah Abdurrahman Wahid menjadi presiden.
Raden Dodi Sumadi
Ia bisa dibilang sosok misterius. Banyak orang, belakangan, bilang tak kenal dia. Termasuk pengacara Tommy Soeharto, Elza Syarief, yang mengatakan Dodi bukan orangnya Tommy. Tapi, faktanya, "jual omong" Dodi laku di mana-mana. Dia, misalnya, berhasil mempertemukan Tommy dengan Abdurrahman Wahid dua kali tahun lalu. Belakangan, dia bisa memeras Beddu Amang sampai uang mantan Kepala Bulog ini ludes miliaran rupiah.
Keberhasilannya itu bisa jadi karena ke-dekatannya dengan kalangan militer. Pria yang suka berlagak seperti tentara ini ke mana-mana selalu membawa pengawal berbadan tegap dan berbaju safari kayak pengawal presiden. Kalau ketemu orang terkenal, dia tak pernah alpa meminta foto bareng. Foto bareng inilah yang selalu ditunjukkan ke mana-mana, seperti fotonya dengan mantan jaksa agung Marzuki Darusman. Dia mendirikan pusat krisis di Cempakaputih, Centre for Crisis Analysis (CCA), yang diakuinya dibangun bersama Abdurrahman.
Seorang temannya menyebut julukan mafia adalah yang paling cocok untuk Dodi. Menurut dia, pria kelahiran Surabaya sekitar 40 tahun itu sejak mudanya sudah dekat dengan Tommy Soeharto. Operasi sebagai broker dan mafia dagang perkara sudah berjalan lama. Hanya, publik tidak pernah mengetahuinya karena kerjanya yang sangat rapi. Bahkan, polisi sekarang kesulitan mencarinya.
Kedekatannya dengan Tommy membuat dia memiliki akses sangat kuat ke Keluarga Cendana. Akses yang kuat itu sampai pernah membuat dia bisa menjebol Sekretariat Negara. Ceritanya, ada sebuah proyek besar bernilai ratusan miliar yang akan ditenderkan. Sebelum tender dibuka, Dodi membuat kejutan. Dia memalsukan surat keputusan tender, berkop surat dan stempel Sekretariat Negara, yang sudah mencantumkan nama pemenangnya. Surat ini digadang-gadang Dodi kepada perusahaan asing pemenang tender itu, yang akhirnya menyetor Rp 5 miliar kepadanya.
Mayjen TNI Kivlan Zen
Namanya disebut-sebut dalam jaringan pemerasan terhadap Beddu Amang karena pernah dipertemukan oleh Dodi Sumadi dengan mantan Kabulog itu. Tapi Mayjen TNI Kivlan Zen mengatakan tak tahu-menahu maksud di balik pertemuan tersebut. Dodi, suatu hari di bulan Desember 2000, meneleponnya dan mengatakan Beddu Amang ingin bertemu untuk bersilaturahmi. Karena Beddu sedang berada di sebuah hotel di kawasan Ancol, tidak jauh dari rumah Kivlan, dia menyanggupinya. Apalagi Beddu diakuinya sebagai teman lama yang dulu sering berjumpa di organisasi HMI dan diskusi-diskusi.
Dia mengenal Dodi baru setahun, dari Januari 2000. Mereka bertemu di Markas Besar Angkatan Darat. Kebetulan, Kivlan ada di tempat yang sama untuk tujuan lain. Mereka pun berkenalan dan Dodi mengajaknya mengikuti diskusi di pusat krisisnya. Ada empat kali pertemuan yang diadakan Dodi yang dia ikuti. Setelah itu, dia jarang berhubungan karena sibuk di Lembaga Pertahanan Nasional, April-Agustus 2000.
Kivlan sekarang menjadi komisaris PT Tri Usaha Bakti, perusahaan di bawah naungan Yayasan Kartika Eka Paksi. Ia "kenyang" tuduhan, termasuk sebagai tokoh di balik kerusuhan Ambon—yang membuatnya men-datangi mantan presiden Abdurrahman Wahid untuk meminta klarifikasi. Pertengahan Mei lalu, nama mantan Kepala Staf Kostrad ini muncul lagi. Dia diisukan akan diangkat Abdurrahman menjadi Panglima Kostrad menggantikan Letjen Ryamizard Ryacudu.
Leanika Tanjung, Adi Prasetya, Wenseslaus Manggut
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini