Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Noer Iskandar Sq.: "Sepeser pun Saya Tidak Menerima"

7 Oktober 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sepanjang TEMPO mengenal Noer Iskandar Sq., baru sekali ini ia bicara dengan nada tinggi. "Wallohi. Sepeser pun saya tidak pernah menerima uang dari Beddu Amang," katanya sembari mengetuk-ngetukkan telunjuknya di atas meja kerjanya keras-keras. Kiai yang menjadi sohib mantan presiden Abdurrahman Wahid itu membantah kabar yang menyebut dirinya—dan seorang bernama Raden Dodi—telah menerima dana "penyelamatan" bekas Kepala Bulog Beddu Amang dari kasus tukar guling Bulog-Goro. Berikut ini wawancara Adi Prasetya dari TEMPO dengan Noer Iskandar, di ruang kerjanya, lantai 18 Gedung Nusantara V, Kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu, 3 Okober, pekan silam.
Nama Anda disebut-sebut terlibat dalam pemerasan Beddu Amang, tersangka kasus Bulog-Goro. Saya juga ditanyai polisi soal itu. Saya katakan yang sebenarnya bahwa saya tidak tahu urusan ini. Itu urusan Dodi. Saya juga tidak pernah menerima uang dari Dodi. Barangkali Pak Beddu mengira saya menerima uang karena saya kenal Dodi dan Pak Beddu diajak ke tempat saya oleh Dodi. Anda dipanggil Mabes Polri sebagai apa? Ya, saksi yang kenal Dodi. Kapan pemanggilan itu? Saya lupa persisnya, tapi sebelum Presiden Abdurrahman Wahid lengser. Menurut saya, sekarang yang penting Dodi itulah yang harus ditemukan. Apa saja yang ditanyakan penyidik kepada Anda? Saya ditanya apakah kenal Dodi. Ya, saya jawab saya kenal. Tapi, kalau soal uang, saya tidak tahu. Wong, dia datang ke tempat saya untuk konsultasi spiritual. Setelah sekian waktu, akhirnya dia bilang bahwa dia orangnya Tommy, dan kemudian menyampaikan maksudnya agar Tommy bisa bersilaturahmi dengan Gus Dur. Apakah Anda merasa diakali Dodi? Itu urusan dia. Anda kan tahu sendiri semua orang saya terima 24 jam di rumah saya. Tapi kemudian saya merasa kena imbas, bahwa saya dapat bagian uang yang diterima Dodi. Wah, berarti nama saya dicatut. Setahu Anda, seberapa dekat Dodi dengan Gus Dur, dan benarkah Central Crisis Analysis (CCA) didirikan mereka bersama-sama? Saya diapusi (dibohongi) Dodi. Dia bilang ke saya bahwa dia dekat dengan Marzuki Darusman. Tapi Marzuki balik ngomong ke saya, "Lo, dia bilang ke saya bahwa dia dekat dengan sampeyan, Pak Kiai." Marzuki percaya karena Dodi membawa foto bareng saya. Jadi, kalau dia mengaku dekat dengan Gus Dur dan mendirikan CCA bersama Gus Dur, itu ngarang. Dalam upaya mempertemukan Gus Dur dengan Tommy, sejauh mana Dodi punya peran? Dua kali pertemuan antara Gus Dur dan Tommy, Dodilah yang menemani Tommy. Bahkan, ketika pertemuan kedua di Hotel Regent (Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta), dia yang mengatur. Saya sudah tidak berperan lagi. Hanya karena saya tahu acara itu dan diminta mendampingi Gus Dur, ya, saya ikut. Lalu bagaimana nama Anda sampai bisa disebut-sebut dalam laporan pemerasan Beddu Amang oleh Dodi? Apakah sekarang Dodi sudah ditemukan? Siapa yang bilang demikian? Begini ceritanya. Mulanya, Dodi datang ke rumah saya untuk konsultasi spiritual. Ya, saya sarankan untuk banyak istigfar dan salat tahajud. Lalu, Dodi bilang kepada saya, dia ingin mengajak Pak Beddu Amang ke rumah saya untuk sama-sama salat tahajud lalu wiridan. Saya bilang, silakan saja. Pak Beddu kemudian benar-benar datang bersama Dodi untuk tahajud di rumah saya sekali. Jadi, bukan saya yang memper-kenalkan Beddu Amang ke Dodi atau saya yang punya inisiatif ketemu Beddu. Kapan persisnya peristiwa pertemuan itu terjadi? Wah, saya sudah lupa. Tapi sebelum pertemuan Gus Dur dengan Tommy. Beddu belakangan melaporkan bahwa dirinya diperas Doddy, yang membawa-bawa nama Anda dan Gus Dur. Beddu mengaku telah keluar uang miliaran rupiah untuk pelicin agar kasus Bulog-Goro beres. Nggak tahu. Itu urusan Beddu dengan Dodi. Saya tidak pernah ada transaksi seperti itu. Sejak Dodi buron, pernahkah Anda kontak dengan dia? Enggak. Sebab, sejak dulu, selalu dia yang mengontak saya. Saya memang pernah minta teman-teman untuk mencari dia, sampai ke Jawa Timur, tapi tidak ketemu. Kabarnya, Beddu Amang menyumbang ratusan juta untuk pesantren Anda, setelah Dodi mempertemukannya dengan Anda? Enggak sama sekali. Wallohi, sepeser pun saya tidak pernah menerima dari Pak Beddu. Jika benar Beddu mengeluarkan uang melalui Dodi, lalu ke mana uang itu? Ya, mandek di Dodi. Saya nggak dapat. Gus Dur kan pernah mencurigai saya soal itu. Beliau tanya saya, "Kok, Kiai Noer mau-maunya, sih, menerima uang?" Saya katakan pada Gus Dur, saya tidak mendapat apa-apa. Apa makna peristiwa ini bagi Anda? Ini risiko persahabatan. Kalau sahabat kita jelek, ya, kita ikut kena jeleknya. Bagaimana saya mau mencurigai Dodi, wong dia ngomongnya ya halus, mengaku orang Jawa Timur, dan datang ingin ngibadah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus