MIAN Cubling, 56 tahun, adalah petani buta-huruf yang dianggap
sukses. Bertani di atas tanah seluas 2 ha di Kelurahan Cipayung,
Pasar Rebo (Jakarta Timur), bekas pejuang ini memadukan kebun
jeruknya dan tanaman-tanaman lain dengan peternakan ayam dan
ikan.
Ketika memulai usahanya 14 tahun lalu, ia hanya memiliki 3.000
m2 tanah. Dengan menanam pepaya di sela-sela pohon jeruk yang
waktu itu masih kecil, secara bertahap ia memperluas areal
pertaniannya. Dan kini, dengan 200 batang pohon jeruk, setiap
panen ia memetik sekitar 2,5 ton buah jeruk.
Tapi sumber penghasilannya juga datang dari 1.000 ekor ayam
petelur yang dipeliharanya. Ditambah lagi dengan ikan lele, ikan
mas dan belut. Halaman rumahnya ia tanami berbagai
rempah-rempah, mulai dari jahe, lengkuas hingga kumis kucing. Ia
juga memiliki penggilingan padi, tanaman cengkih, rambutan dan
menjual cangkokan jeruk untuk bibit. Penghasilannya lebih dari
Rp 500.000 sebulan. Di samping bekerja sendiri, Mian
mempekerjakan enam orang buruh dengan gaji rata-rata Rp 20.000
tiap orang sebulan.
Mian mencela kebiasaan petani di Jakarta yang suka menjual tanah
pertaniannya untuk naik haji atau berbagai keperluan lain. "Itu
kebiasaan orang bodoh," ucapnya. Karena itu ia selalu
menyarankan kepada rekan-rekannya agar selalu tekun, sabar dan
yakin. "Kalau tidak, ya tanah bisa habis terjual," katanya lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini