Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mike kilo oscar tango

Sebagai hiburan dan saluran informasi, warga siti rejo, medan main halo-halo lewat interkom. tapi, kariandu,17, tewas dan adiknya agustama pingsan tersengat kawat interkom.

23 Januari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMA bagus dijungkir-balik menjadi ganjil. Inilah wabah baru di kalangan warga Perumnas Simalingkar, Medan, setahun ter- akhir ini. Di situ ada Pak Kuntil, Pak Macan, Pak Tengkorak, Pak Sadam, Pak Manja, Pak Bram, Pak De, dan sebagainya. ''Setahu saya, mereka tidak keberatan dipanggil dengan nama udaranya,'' kata Purwanto kepada Mukhlizardy Mukhtar dari TEMPO. Purwanto adalah Ketua I KISRI (Kumpulan Interkom Siti Rejo I), Simpang Limun, Medan. ''Namaku kini lengket jadi Bu Dewa-Dewi,'' kata Yusmiati, 45 tahun. Sedangkan suaminya, Masno, 50 tahun, dipanggil Pak Dewa-Dewi. Selain nama, yang berubah juga bahasa. Untuk menyebut bekerja, mereka bilang cangkulan, sekolah menjadi sawahan, makan jadi mike kilo, dan seterusnya aneka istilah rojer-rojer yang lazim dimainkan oleh anggota Orari. Mirip dengan walky-talky atau handy-talky, interkom digemari lantaran harganya gampang dijangkau. Cuma Rp 7.000 sampai 40.000, Purwanto yang guru STM itu bisa merakitkan. Main halo-halo dari rumah ke rumah ini, ya, hiburan, ya, saluran informasi. Di Siti Rejo, lima berita kematian diberi tahu lewat interkom. Tiga kali usaha pencurian digagalkan lewat kawat ini. Juga untuk rapat, atau panggilan gotong- royong. Anak muda yang biasa membunuh waktu dengan judi, kini beralih kecanduan rojer-rojer. Di Siti Rejo terdapat empat jalur yang dihubungkan dengan kabel tertutup. Jalur satu untuk anak-anak, jalur dua dan tiga untuk remaja dan jalur empat untuk oscar tango (orang tua). Pesawat biasanya dinyalakan 24 jam. ''Interkom ini bisa menghilangkan suntuk,'' kata Dedi, 20 tahun, seorang buruh bangunan. Boleh jadi asyik buat yang main, tapi sial buat orang lain. Inilah nasib Kariandu, 17 tahun, dan adiknya Agustama, 15 tahun, akhir Desember lampau. Mereka tersengat kawat interkom ketika membersihkan pekarangannya di Kelurahan Mencirim, Kota Binjai, 22 km dari Medan. Agustama menyingkirkan kawat interkom yang terputus. Ia terpelanting dan pingsan. Kariandu berusaha menolong, tapi malah digigit setrum. Tewas. Kawat itu putus kejatuhan pelepah kelapa. Tak jelas dari mana arus listriknya, sebab PLN di situ menggunakan kabel terbungkus. Arus listrik itu diduga berasal dari perabot interkom yang korsleting di rumah penduduk. Atau bisa juga lantaran ada yang iseng mengalirinya dengan arus listrik. Masya Allah! Ed Zoelverdi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus