BAGAN DELI sudah lama dikenal sebagai "Gudang Janda". Medio Juni lalu, para janda itu berkumpul sekitar 60 orang. Ini gara-gara di rumah Ismail Zainal di desa dekat pelabuhan Belawan itu, kedatangan tamu. Kelima tamu, semua berjubah putih dan beserban, itu diantar oleh Ustad Jalal. Yang belakangan ini guru di salah satu Madrasah Alwashliyah, Medan. Para tamu yang mengaku dari Timur Tengah itu mengatakan ingin bersedekah. Syaratnya, penerimanya harus beragama Islam. Lalu, satu per satu para janda itu diwawancarai. Mereka ditanya mulai dari keadaan sehari-hari hingga jumlah anak yang ditanggung mereka. Setelah itu, ada kesepakatan: janda dengan dua anak mendapat santunan Rp 100 ribu. Kalau punya seorang anak, ia berhak Rp 50 ribu. Dan Rp 150 ribu bagi janda beranak enam. Setelah dibagi-bagikan, ternyata, menurut tamu tak dikenal itu, masih ada sejumlah uang yang hendak diberikan. Alhasil, sedikitnya 30 fakir miskin, termasuk yang lelaki, ikut kecipratan rezeki. Jika dihitung, sekitar Rp 7 juta disumbangkan begitu saja. "Kami bersyukur kepada Tuhan atas rahmat ini," kata Mak Jomah, 48 tahun, salah seorang janda tadi. Lalu kata Husin, 64 tahun, "Duit itu untuk memperbaiki gubuk dan beli perahu baru." Tapi warga desa itu sempat ingar-bingar. Apalagi jika ingat si pengantar yang mengaku namanya Ustad Jalal. "Mungkin itu arwah abang saya," kata Budiarjo, 50 tahun, kerabat dekat Mendiang Jalal, pada Makmun Al Mujahid dari TEMPO. Jalal memang sudah meninggal dua tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini