Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Misteri Tiga Kepala

Polisi terus memburu identitas tiga kepala pelaku bom Bali. Jaringan lama kembali disisir.

17 Oktober 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERGUNJINGAN merebak di antara warga Jalan Nangka, Denpasar, Bali. Mereka mengenali wajah salah satu pelaku pengeboman yang dipublikasikan polisi. Ciri-ciri yang disebutkan makin meyakinkan mereka. Rambut hitam ikal, hidung mancung, gigi tumbuh rapi, tinggi kira-kira 160-165 cm, dan usia 20-25 tahun.

Dalam gambar, wajah itu disebut mengebom R.Aja’s Bar and Restaurant, Kuta. Seorang warga segera menghubungi polisi. Tim investigasi bom Bali II segera mengobok-obok rumah kos di kawasan itu. Polisi mengecek pengakuan beberapa warga. Sayangnya, informasi tentang identitas pria itu sangat cekak.

Pria yang mereka curigai itu sering mengunjungi Gatot, Rohim, dan Samsul, yang pernah kos di Gang Nuri III No 11. Menurut warga, empat sekawan itu selalu berbahasa Jawa dialek Madura yang kental saat bertemu. Dari percakapan mereka, lamat-lamat warga mendengar tamu itu sering dipanggil Yanto.

Mereka mulai tinggal di salah satu kamar kos seukuran garasi mobil itu sejak September. Menurut warga, tiga orang penyewa kamar itu jarang bergaul dan selalu pergi pagi pulang malam. ”Istri saya sudah curiga karena salah satunya sering menenteng ransel hitam,” kata seorang warga yang meminta namanya dirahasiakan.

Mereka meninggalkan kamar kos tepat pagi hari menjelang bom meledak, 1 Oktober lalu. Salah seorang sempat menitipkan kunci kamar kos. ”Pamitnya cuma pergi ke Sanur, tapi tak pernah kembali,” kata warga. Tapi informasi lisan itu tak cukup bagi polisi untuk melacak jejak mereka. Namun, ada satu nama yang pernah berhubungan dengan mereka, Hasan, 60 tahun. Hasan dikenal sebagai penghuni lain di rumah kos itu yang tiga hari sebelum peledakan pulang kampung ke Jember, Jawa Timur.

Kecurigaan terhadap Hasan muncul karena ia pernah mengantar Samsul (salah seorang dari tiga pria itu) menemui ketua RT setempat. Mereka bermaksud mengurus kartu identitas penduduk musiman karena Samsul ingin mengajukan kredit sepeda motor. Permintaan itu ditolak karena Samsul tak punya surat pindah dari daerah asal. ”Semua data sudah saya serahkan ke polisi,” kata Ketua RT, Wayan Sueka.

Tapi warga Gang Nuri ragu Hasan terlibat dalam aksi peledakan bom. Hasan mereka kenal sebagai buruh bangunan dan akrab dengan warga. Selain itu, dia memang sering pulang bolak-balik ke Jember karena keluarganya tinggal di sana. ”Ia sudah sekitar dua tahun tinggal di sekitar sini,” kata warga.

Polisi tak mau kecolongan. Mereka mengejar dan menangkap Hasan di Jember, Ahad malam pekan lalu. Hasan langsung diboyong ke Polda Bali. Benar saja. Polisi memastikan keterangan Hasan tidak terlalu mengarah pada identitas pelaku. Polisi akhirnya melepasnya empat hari kemudian. ”Identitas ketiga pelaku bom bunuh diri belum dapat disimpulkan,” kata Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol. Soenarko.

Polisi hanya mendapat informasi tambahan, Yanto berasal dari Malang, Jawa Timur. Polda Jawa Timur mengaku masih kesulitan melacak jejak jaringan pelaku bom Bali II. ”Kita belum menangkap seorang pun terkait bom Bali,” kata Komandan Detasemen Antiteror 88 Jawa Timur, Ajun Komisaris Besar Polisi Oerip Subagyo. Menurut seorang sumber di Polda Jawa Timur, mereka masih berusaha menelusuri jejak pelaku dengan menggunakan jaringan bom Bali I. Fokus pencarian di Lamongan, Madiun, dan Surabaya.

Identitas pemilik tiga kepala pelaku pengeboman masih gelap. Padahal polisi telah menyebarkan ribuan poster wajah orang yang diduga sebagai pelaku pengeboman. Sejauh ini upaya itu belum membuahkan hasil. Seorang sumber di kepolisian menduga, keluarga atau kenalan pelaku diliputi ketakutan bakal ditangkap polisi. ”Kalau mereka tidak disebut pelaku tetapi korban saja, mungkin keluarganya sudah mencari,” kata sumber itu. Polisi menyebut ketiga orang itu sebagai pelaku karena ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa aparat berhasil menemukan pelaku hanya dalam tempo singkat sejak pengeboman.

Kini aparat seperti kehilangan kompas. Mereka terus menggelar operasi pencarian identitas dan jaringan teroris di sejumlah daerah. Sejak pekan pertama seusai pengeboman, polisi bersama TNI memburu ke Sumbawa dan Lombok, Nusa Tenggara Barat. Mereka memeriksa kendaraan, rumah kos, dan penginapan. Orang-orang yang bercelana tinggi di atas mata kaki—ciri yang dipercaya merupakan sunah Nabi—juga diawasi. Bahkan aparat memotong ujung kuku orang-orang yang dicurigai untuk menemukan sisa mesiu. ”Bisa saja mereka kurang teliti membersihkan, karena mesiu itu lama hilangnya,” kata Kepala Polres Mataram, Ajun Komisaris Besar Ismail Bafadhal.

Perburuan di wilayah Banten dilakukan dengan merazia setiap penumpang bus di pintu tol Serang Timur dan bus jurusan Merak-Bakauheni. Sebanyak delapan polisi naik ke setiap bus yang dihentikan dan menunjukkan foto pelaku bom bunuh diri kepada penumpang. ”Kami tidak mau kecolongan,” kata Kepala Polda Banten, Komisaris Besar Pol. Badrodin Haiti.

Polisi melacak kembali jaringan pelaku bom yang ada di Banten. Badrodin Haiti mengakui, daerahnya merupakan tempat persembunyian jaringan dan pelaku bom Bali I. Mereka sempat memeriksa Hudadi, Kuswata, dan Saiful. Namun, setelah diperiksa, ketiganya dilepas kembali. ”Terlalu dini dan belum ada bukti. Tolong jangan cepat-cepat mengaitkan orang yang kami periksa dengan aksi bom,” katanya.

Saat ini polisi masih memburu lima warga Banten yang hilang sejak meledaknya bom Bali II. Mereka juga mengawasi Kelompok Asem, yang terlibat dalam peledakan bom Bali I. Nama Asem dipakai karena kelompok ini sering bertemu di bawah pohon asem di Alun-alun Malingping, Lebak, Banten. Kelompok ini terdiri dari 13 orang, di antaranya Iqbal, Abdul Rauf, Andri Oktavia, Yudi, Amin, dan seorang lagi yang belum diketahui namanya. Mereka adalah kelompok yang direkrut Imam Samudra (terpidana mati bom Bali I) di wilayah Banten.

Di Jawa Tengah, Kepala Polwil Surakarta, Komisaris Besar Abdul Madjid, sempat membuat pernyataan mengejutkan tentang identitas satu dari tiga pemilik kepala yang diduga pelaku bom Bali. Dia menyebut seseorang berjuluk Gareng yang pernah tinggal di daerah Kartopuran, Solo. ”Dia menghilang sejak pertengahan 2004,” katanya, Kamis dua pekan lalu. Belakangan, Gareng dikabarkan masih hidup dan tidak lagi tinggal di Solo.

Tetapi Abdul Madjid belum menyerah memburu identitas asli Gareng. Dia memerintahkan satuan lalu-lintas membuka file untuk menyempurnakan foto. Cara ini untuk mengetahui apakah ada kecocokan antara foto Gareng dan salah satu tersangka pengeboman. Mereka bahkan mencari ahli lukis untuk menyempurnakan foto di komputer data surat izin mengemudi. Kemudian wajah itu akan dianalisis. Jika terdapat kemiripan, mereka akan mengejar ke tempat tinggal barunya. ”Ini salah satu cara membongkar mata rantainya,” kata Abdul Madjid.

Selain itu, puluhan aparat dari Detasemen Khusus Antiteror juga memburu pelaku lain yang membantu ketiga pelaku bom yang tewas di Bali. ”Dugaan awal, tiga bombers itu bukan dari Surakarta. Tetapi wilayah ini menjadi tempat pelarian pelaku yang masih hidup,” kata seorang perwira di Detasemen Antiteror Polda Jawa Tengah. Bahkan beberapa hari lalu, Polda menyebar 10 ribu foto Noordin M. Top dan Dr Azahari. Sedangkan pelacakan identitas pemilik tiga kepala menjadi prioritas kedua. ”Sampai saat ini juga tidak ada yang melaporkan kehilangan anggota keluarganya,” kata sumber di Mapolwil.

Agung Rulianto, Rofiqi Hasan (Denpasar), Imron Rosyid (Solo), Faidil Akbar (Banten), Kukuh S. Wibowo (Surabaya), Sohirin (Semarang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus