Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENUJU Paris musim gugur silam, saya menyimpan keingintahuan yang tak boleh ditanyakan: apakah multikulturalisme Eropa, setidaknya Prancis, suatu proyek gagal? Hari ini pun terngiang penembakan terhadap Nahel Merzouk, remaja keturunan Afrika, oleh polisi Prancis, peristiwa yang memicu kerusuhan 19 hari di sekitar Paris, Juli 2023. Tahun lalu, pecah insiden antara polisi dan komunitas Kurdis. Pada 2005, kekacauan tiga pekan di banyak kota juga diawali intimidasi polisi terhadap remaja kulit hitam. Di sisi lain, ada rantai peristiwa terorisme yang berulang hampir tiap tahun, memuncak pada 2015-2017—pelakunya berhubungan dengan kelompok islamis, terutama pendukung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Semua menciptakan lingkaran setan kekerasan dan rasisme.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Mencari Multikulti di Paris"